Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deddy
Abstrak :
ABSTRAK
Kartu kredit telah lama menjadi sistem pembayaran, bahkan telah diadopsi menjadi sistem pembayaran untuk sistem perdagangan yang memanfaatkan jaringan komputer global. Pada sistem perdagangan seperti itu, sistem pembayaran digital dapat menjadi altematif selain sistem pembayaran kartu kredit Pada sistem pembayaran digital, transaksi tidak sekedar melakukan pencatatan atau akunting saja, melainkan diikuti dengan perpindahan data digital sebagai representasi alat pembayaran atau bukti pembayaran, dari satu pihak, misalnya pihak pembeli, ke pihak lain, misalnya pihak penjual. Contoh sistem pembayaran digital adalah uang digital dan kartu kredit digital anorrim. Uang digital adalah alat pembayaran secara tunai dalam bentuk digital. Kartu kredit digital anonim adalah alat pembayaran secara tidak tunai atau kredit dalam bentuk digital dimana detil pembayarannya anonim, artinya tidak ada pihak lain kecuali pembayar yang dapat menelusuri hubungan antara identitas pembayar dengan informasi pembayaran. Uang digital yang terkenal adalah uang digital David Chaum dan uang digital Stefan Brands. Kartu kredit digital anonim diusulkan oleh Steven H Low, Nicholas F Maxemchuk, dan Sanjoy Paul. Kartu kredit mereka, dalam thesis ini, selanjutnya disebut KK-Low. KK-Low rentan terhadap kejahatan kolusi. Identitas pembayar dapat ditehisuri dari informasi pembayaran jika ada pihak-pihak tertentu yang berkolusi. Dengan kata lain, kolusi antara pihak-pihak tertentu dapat mengasosiasikan identitas pembayar dengan informasi pembayaran. Hal itu dapat merugikan pembayar karena rahasia pembayarannya diketahui pihak tain. Oleh karena itu, thesis ini bertujuan membuat kartu kredit digital anonim yang bebas kolusi. Tujuan tersebut dicapai dengan membuat kartu kredit digital anonim baru, bukan modifikasi terhadap KK-Low. Penyebab kelemahan KK-Low dan teknik menghindari kelemahan itu dipelajari. Juga, uang digital David Chaum dan uang digital Stefan Brands dipelajari sebagai contoh sistem pembayaran digital. Kemudian, dibuat kartu kredit digital anonim dengan konsep baru. Thesis ini menghasilkan kartu kredit digital anonim yang diberi nama SMARTCredit. SMARTCredit berbeda dengan KK-Low karena SMARTCredit bcrbasis credential token sedangkan KK-Low berbasis^und transfer. SMARTCredit bersifat bebas kolusi, artinya tidak ada kejahatan kolusi yang dapat merugikan pihak tertentu. Selain itu, SMARTCredit dapat bekerja secara offline.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy
Abstrak :
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, pada proses perencanaan pembangunan rumah BRR, partisipasi warga hanya terlihat pada proses pendataan, verifikasi dan validasi data kebutuhan rumah penduduk. Sedangkan pada proses pelaksanaan dan penilaian pembangunan rumah, warga tidak terlibat sama sekali. Hal ini berbeda dengan proses pembangunan perumahan yang dilaksanakan Uplink-JUB, dimana partisipasi masyarakat terlihat dengan jelas pada setiap tahapan pembangunan rumah. Umumnya respon warga terhadap rumah-rumah yang telah selesai dibangun oleh kedua lembaga tersebut, dapat diterima secara baik oleh warga. Dengan pendekatan project oriented dan target oriented dengan mekanisme kontrak terima jadi, membuat rumah bantuan BRR selesai sesuai dengan waktu yang telah ditargetkan. Sedangkan dengan pendekatan partisipasi masyarakat yang dilakukan oleh Uplink-JUB dalam pembangunan rumah warga di Gampong Pie, disamping proses pembangunan rumah membutuhkan waktu yang relatif lebih lama, juga realisasi penyelesaian rumah tidak sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Akan tetapi terdapat beberapa pilihan desain untuk rumah yang dibangun oleh Uplink-JUB, sementara untuk rumah yang dibangun oleh BRR, tidak ada pilihan atas type dan desain rumah. Untuk kasus-kasus bencana alam yang memerlukan penanganan secara cepat dan tepat, supaya sesegera mungkin terpenuhinya pemenuhan kebutuhan dasar rumah bagi warga yang terkena dampak bencana, kiranya penanganan yang dilakukan oleh BRR dalam kasus pembangunan rumah di Gampong Pie dapat diterima dengan catatan bahwa pengawasan harus dilakukan secara ketat terhadap kontraktor yang membangun harus disertai beberapa alternatif pilihan type dan desain rumah dengan memperhatikan adat dan kebiasaan setempat. Karena itu untuk kasus-kasus bencana alam dalam kasus yang terjadi di Gampong Pie, terlihat penerapan konsep partisipasi dalam pembangunan rumah warga korban tsunami tidak efisien dan efektif sama sekali. Dengan adanya kendala-kendala yang dapat menghambat partisipasi masyarakat dalam pembangunan perumahan penduduk di Gampong Pie maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan untuk penyempurnaan ke depan. Karena itu sebelum membangun rumah-rumah bantuan pasca bencana, BRR sebelumnya perlu memberikan berbagai alternatif pilihan terhadap type dan desain rumah kepada warga setempat. Diperlukan juga pengawasan yang dilakukan secara ketat dan adanya transparansi selama proses pembangunan di lakukan oleh kontraktor. Sementara untuk Uplink-JUB, perlu memperhatikan penerapan partisipasi masyarakat agar tidak menghambat realisasi pembangunan rumah, mengingat rumah merupakan kebutuhan dasar, yang segera harus terpenuhi kepada warga, apalagi untuk warga korban bencana alam.
From the result of study, it could be concluded that on the BRR resident development plan process, community participation is merely seen on the process of data collection, verification as well as resident development assessment, in other words the community are not involved at all. This matter is different with resident development process so carried out by Uplink-JUB,which the participation of community is seen clearly on each resident development phase. In general, the response of community on the residents which have been completely built by both institutions is acceptable. Through project oriented and target oriented approach under turnkey contract mechanism, the residents so granted by BRR are completed to be built in accordance with targeted period. Meanwhile, on the basis of community participation approach so conducted by Uplink-JUB in developing community?s residents in Gampong Pie, in addition to resident development requiring relative longer period, the realization of resident completeness is not in accordance with the target as stipulated previously. However, there are several design options for the residents so built by Uplink-JUB. Meanwhile, for the residents so built by BRR, there is no option for the type and design of residents. For any natural disaster cases requiring immediate and proper handling, in order to fulfill basic requirement for any community?s residents hit by natural disaster impact, the handling conducted by BRR in the case of resident development in Gampong Pie is acceptable provided that supervision should be carried out firmly for any contractors building the residents. The said contractors should obtain several resident types and designs choices on the basis of local culture and customs. Therefore, for natural disaster cases especially so hit in Gampong Pie area, it is seen that the application of participation concept in developing the tsunami victims? residents is not efficient and effective. Due to obstruction which may impede community participation in community resident development in Gampong Pie, then it is necessary to conduct improvement efforts for the future completion. Therefore, before building post-disaster grant residents, first BRR should provide several choice alternatives for the resident type and design to the local community. It requires firm supervision and transparency whilst development process is conducted by the contractor. Meanwhile, for Uplink-JUB, it is necessary to consider application of community participation in such a way that it may not impede the realization of resident development, in viewing that resident is a basic requirement which should be necessary to be fulfilled for community especially for the community suffered due to natural disaster.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T19274
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang wewenang penyelidikan, penyidikan dan penuntutan yang dimiliki oleh Lembaga Kejaksaan Republik Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam menangani tindak pidana korupsi. Kewenangan-kewenangan tersebut telah diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana dan peraturan perundang-undangan lainnya. Dalam penyelesaian perkara tindak pidana korupsi, lembaga kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi di dalam melakukan penyelidikan, penyidikan dan penuntutan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berbeda satu sama lainnya. Hal tersebut menimbulkan suatu keadaan hukum yang berbeda dalam praktek pelaksanaan dari kewenangan-kewenangan tersebut. Permasalahan yang diangkat adalah dimana letak perbedaan kewenangan-kewenangan yang dimiliki oleh lembaga Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi. Pada dasarnya secara kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi juga berada di Sistem Peradilan Pidana yang menitikberatkan pada pelaksanaan wewenang penegak hukum untuk saling berkoordinasi dan bekerjasama dengan penegak hukum lainnya sehingga terjadi mekanisme check and balances. Maka dengan demikian, wewenang pada lembaga Kejaksaan dan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam penanganan perkara korupsi tidak boleh dilakukan sepenuhnya secara individual namun harus tetap dalam jalur Sistem Peradilan Pidana Indonesia yang mengutamakan koordinasi dan kerjasama antar instansi penegak hukum. ......This thesis discusses the authority of investigate, investigation and prosecution by the Attomey General of the Republic of Indonesia and Commission of Eradicate Corruption of Republik Indonesia in dealing with criminal comiption. The authority has been set in the Act and the Criminal Law Event and other regulations. In the settlement of criminal corruption case, General Attomey of Republik Indonesia and Commission of Eradicate Comiption of Republik Indonesia which in the investigate, investigation and prosecution based on the laws and regulations that differ with each other. This situation raises a different legal practices in the implementation of authorities. The main problem is where are the difference between the authority of General Attomey of Republik Indonesia and Commission of Eradicate Corruption of Republik Indonesia. Basically, according to the authorities of Commision of Eradicate Corruptions Of Republik Indonesia, this institution has aiready in Criminal Justice System that focuses on the implementation of the law enforcement authorities for mutual coordination and cooperation with other law enforcement mechanisms so that there checks and balances. So thus, the authority on General Attomey of Republik Indonesia and Commission of Eradicate Comiption of Republik Indonesia in handling cases of corruption may not be entirely individual but must remain in the system path of the Indonesian Criminal Justice System, which consider as most important is coordination and cooperation between law enforcement agencies.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2009
T26066
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ranov Deddy
Abstrak :
ABSTRAK
Pembahasan ini dilakukan dengan pendekatan sejarah melalui data-data primer, studi kepustakaan dengan metode deskriptif analistis.

Gerakan Desemberis adalah gerakan kaum bangsawan yang menentang institusi perbudakan dan autokrasi. Gerakan ini berkembang pada abad ke 19 di Rusia.

Dua organisasi besar Desemberis, yaitu organisasi masyarakat utara dan organisasi masyarakat selatan yang dipimpin Muravev dan Pestel, mempunyai satu orientasi yaitu orientasi kerakyatan.

Bangsawan Desembris sangat banyak dipengaruhi oleh enlightenment Prancis dan filsafat aufklarung Jerman. Hal ini tentu saja berlandaskan pada sejarah Rusia masa lampau; kehidupan kota Novgorod dan Pskov.
1995
S15093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rully Deddy
Abstrak :
Seringkali dijumpai berbagai sarana fisik yang tidak digunakan sebagaimana rencana pembangunannya. Tangga penyeberangan dijadikan tempat berjualan, trotoar pejalan kaki dijadikan tempat parkir kendaraan dan jalan bagi pengendara motor, serta berbagai sarana fisik lainnya termasuk pula yang ada di terminal bus Blok M. Beberapa sarana, seperti tangga turun yang menurut rancangan pembangunan hanya digunakan untuk turun penumpang dari trotoar kedatangan menuju lobi dalam kenyataan justru disalahgunakan oleh beberapa penumpang. Mereka menggunakannya juga untuk naik sehingga trotoar kedatangan yang tadinya hanya berfungsi sebagai tempat bus menurunkan penumpang digunakan juga sebagai tempat menaikkan penumpang. Padahal tempat untuk naik bus telah disediakan terpisah yakni di trotoar keberangkatan yang dapat dicapai melalui tangga naik jalur yang ada di dalam lobi. Perbedaan antara perancang bangunan dengan pengguna bangunan terhadap pemanfaatan sarana yang ada dapat terjadi karena adanya perbedaan persepsi.

Persepsi seseorang terhadap suatu hal dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya oleh nilai yang dianut orang tersebut (Robbins, 1983; Gifford, 1997). Nilai terbentuk sebagai hasil pengalaman individu dalam berinteraksi dengan lingkungan dan budayanya. Nilai-nilai yang dianut kemudian membentuk suatu sistem nilai yakni nilai instrumental dan nilai terminal. Menurut Rokeach (1973), nilai instrumental dan nilai terminal digunakan dalam menentukan pilihan terhadap suatu hal yang dianggap oleh seseorang lebih baik dari hal lainnya. Nilai selanjutnya akan mengarahkan orang tersebut mencapai hal yang diinginkannya dengan cara melakukan tingkah laku tertentu. Nilai-nilai yang dianut oleh penumpang bus akan mengarahkan mereka pada penggunaan berbagai fasilitas terminal yang ada sesuai dengan apa yang mereka anggap paling baik bagi dirinya masing-masing, termasuk dalam menggunakan tangga naik jalur.

Gibson (dalam Bell et.al, 1996) rnengemukakan bahwa persepsi individu terhadap suatu obyek terkait dengan setting lingkungan dimana obyek tersebut ditempatkan. Setting lingkungan meliputi lingkungan sosial dan lingkungan fisik. Lingkungan sosial diantaranya meliputi tingkat pengenalan individu terhadap orang-orang disekelilingnya, kesesakan, dan kepadatan. Sedangkan lingkungan fisik diantaranya seperti suhu ruangan, pencahayaan ruangan, pewarnaan ruangan, iklim, tata letak perabotan, dan keadaan geografis. Tujuan memahami persepsi individu terhadap obyek dalam setting lingkungan tertentu menurut Barker (dalam Stokols & Altman, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995) adalah untuk menciptakan keselarasan antara individu dengan lingkungan dimana individu tersebut berada. Dalam konteks penelitian ini adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan fisik Iobi dan terminal yang sesuai dengan keinginan penumpang sebagai penggunanya.

Subyek penelitian adalah penumpang bus yang berdasarkan jenis pekerjaan, menuntut aktivitas rutin (lima hingga enam hari perminggu). Rutinnya mereka melakukan aktivitas membuat mereka menggunakan tangga naik yang ada di lobi sebagai sarana naik bus dalarn menunjang kelancaran mereka beraktivitas.

Alat pengumpul data penelitian terdiri dari dua bagian, yakni Rokeach Value Survey dimana subyek diminta untuk meranking nilai-nilai berdasarkan keinginannya sendiri dan skala berbentuk semantik diferensial yang memuat tiga faktor yakni aktivitas, potensi dan evaluasi, Skor-skor yang diperoleh kemudian diolah dengan Spearman's rho untuk melihat hubungan antara sistem nilai dengan persepsi melalui bantuan komputer menggunakan program SPSS PC+ versi 9.0.

Hasil utama penelitian menunjukkan bahwa nilai instrumental tidak mempunyai hubungan yang signifikan pada tingkat 0,05 dengan persepsi ketiga faktor pada skala semantik, sedangan pada nilai terminal menunjukkan hasil yang signifikan hanya pada faktor potensi. Hasil tambahan penelitian menunjukkan bahwa ranking pertama maupun rangking ke-18 dari nilai instrumental tidak menunjukkan hubungan yang signifikan dengan ketiga faktor yang ada dalam skala semantik. Pada nilai terminal, hanya ranking pertama, yakni nilai kebahagiaan yang merniliki hubungan yang signifikan dengan faktor potensi.

Penelitian perlu dilanjutkan kearah melihat hubungan antarbeberapa variabel dengan persepsi penumpang terhdap pemanfaatan tangga naik jalur. Hal ini dikarenakan bahwa secara umum nilai tidak bisa dijadikan satu-satunya variabel independen yang berdiri sendiri dalam mempengaruhi pembentukan persepsi di kalangan populasi penumpang bus. Dengan demikian hubungan antarbeberapa variabel independen dengan beberapa fakor akan lebih bervariasi.

Agar mendapat gambaran lebih konprehensif tentang hubungan antara sistem nilai, yang dianut penumpang dengan persepsi mereka terhadap pemanfaatan tangga naik maka instrumen pengukuran tidak hanya menggunakan Rokeach Value Survey. Hal ini karena nilai-nilai yang dianut suatu komunitas sangat dipengaruhi oleh kultur dan keadaan demografis. Nilai-nilai yang dimiliki masyarakat Indonesia mempunyai kekhasan dan keunikan sendiri dibanding nilai- nilai yang dianut masyarakat Amerika seperti tercermin dalam alat tersebut.

Pengelola dapat rnelakukan manipulasi terhadap ruang lobi agar tangga naik maupun tangga turun jalur dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Salah satu bentuk manipulasi adalah dengan membangun eskalator yang betujuan ?memaksa? penumpang menggunakannya hanya untuk turun atau naik. Penggunaan sarana sebagaimana mestinya akan melancarkan mobilisasi penumpang dan bus yang di terminal tersebut.
2000
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tambunan, Deddy
Abstrak :
Deposit laterite merupakan salah datu jenis bijih nikel yang memiliki cadangan mineral nikel terbanyak dan dapat dijumpai di alam. Indonesia adalah salah satu negara yang memproduksi bijih nikel yang cukup banyak di dunia. Bijih saprolite merupakan salah satu mineral nikel yang menarik untuk diproduksi menjadi logam nikel pada masa depan. Bahkan bijih saprolite memiliki kadar nikel yang banyak dalam mineral nikel laterite. Oleh karena itu, nikel saprolite disebut highgrade nickel. Pada penelitian ini dilakukan beberapa percobaan meliputi karakteristik awal bijih saprolite, proses separasi dengan menggunakan fluida air atau float-sink process dan reduksi roasting. Karakterisasi awal bijih saprolite dilakukan menggunakan Energy Dispersive X-Ray (EDX). Saprolite dipisahkan dari pengotornya menggunakan float-sink process. Saprolite hasil separasi tersebut diuji dengan menggunakan EDX. Dan yang terakhir adalah saprolite direduksi menggunakan reduktor briket arang pada temperature 1000oC dengan variasi waktu 0 detik, 600 detik, 1200 detik dan 1800 detik. Saprolite yang direduksi diuji dengan X-Ray Diffraction (XRD). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui transformasi fasa yang terjadi pada bijih saprolite akibat variasi waktu reduksi roasting. Hasil penelitian ini yaitu terjadi transformasi fasa bijih saprolite menjadi ferronickel (FeNi) akibat reduksi roasting.
Laterite deposite is a kind if nickel ores that has the greatest of nickel reserves in the world. Indonesia is one of countries in the world that produces nickel ore in considerable amounts. Saprolite ore is attractive future sources of nickel ores for the production of refining nickel. Moreover, saprolite has good content of nickel in nickel laterite. So, it is named high-grade nickel. At this research, several experiments were conducted including characterization of saprolite ore, separation method with using water or float-sink process dan roasting reduction. Characterization of saprolite ore was done using Energy Dispersive X-Ray (EDX). Saprolite ore was separated from gangue by using floatsink process. Characterization of saprolite from separation was done using EDX. And the last experiment is process of reduced saprolite ore utilize charcoal briquette as a reductant at temperature up to 1000oC for the variation of holding time which is 0 second, 600 second, 1200 second and 1800 second. Saprolite ore from roasting reduction was tested using X-Ray Diffraction (XRD). This research is conducted to observe about the phase transformation of saprolite ore as a result of the variation of holding time of roasting reduction process. The results of this research show the phase transformation of saprolite ore to be ferronickel (FeNi) as a result of roasting reduction.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42378
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library