Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dina Amalia Susamto
"Serentaun Rekonstruktif merupakan upacara seremonial tahunan masyarakat Sunda di Sindangbarang, Kabupaten Bogor. Upacara ini berasal kebudayaan masyarakat agraris, yang direvitalisasi untuk dikomodifikasikan dalam pembangunan pariwisata budaya.
Persoalannya adalah Serentaun Rekonstruktif tidak benar-benar budaya lokal. Politik komodifikasi budaya dalam ruang global telah menghibridakan lokal-global, sehingga merusak otoritas kemurnian keduanya. Lokal yang terikat lokalitas geografis yang sempit dan kesakralan tradisi menjadi lokalitas imajiner dalam ruang global melalui teknologi informasi global yang menguniversalkan semua menjadi produk di bawah pasar modal menjadi ruang global yang dimanfaatkan untuk merepresentasikan identitas budaya Sunda. Ruang ketiga lokal-global menghasilkan hubungan tarik menarik yang akhirnya cenderung pada keuntungan pihak yang mempunyai modal.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa Serentaun Rekonstruktif yang menghibridakan budaya lokal-global telah merusak otoritas kemurnian lokal dan global yang universal di bawah modal. Penelitian ini juga membuktikan bahwa gerakan politik ekonomi yang mengkomodifikasi budaya tradisional di ranah lokal dalam ruang kapitalisme global menguntungkan pihak transnasional yang memiliki korporasi modal.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggali upacara Serentaun yang telah masuk dalam pasar pariwisata dan hubungannya dengan subjek budaya, sebab penggalian mendalam melihat permasalahan sebagai sesuatu yang lebih kompleks.
Hasil akhir penelitian ini membuktikan bahwa hibrida lokal-global telah meruntuhkan lokal-global menjadi tidak kedua-duanya. Ruang ketiga dalam relasi kuasa lokal-global menghadirkan tegangan yang tarik-menarik untuk menjadi dominan. Dalam relasi kuasa tersebut pemerintah nasional dan daerah cenderung memberi kesempatan pada korporasi modal transnasional untuk mendapatkan keuntungan.

Reconstructive Serentaun is a yearly ritual ceremony of Sundanese society in Sindangbarang , Bogor. This ceremony is rooted from the society agrarian culture which revitalized to be comodified in line with the development of cultural tourism.
The problem is that Reconstructive Serentaun is not authentic local culture. The politic of cultural comodification in the global space has mixed local-global, as result it deconstructed the authority of them. The local that bound in particular narrow geographic, bound the sacred, becomes imaginary local in the global space through information technology. The global that universalizing all in the name of market capital become global that is used by sundanesse Serentaun culture represents its identity. The third space from local-global causes the tension that finally tend to benefit the capital corporation side.
This study aims to prove that Reconstructive Serentaun that hybrid local -global culture has deconstructed the authority of authentic local and universalized global through capital. To prove that economic political movement that comodify traditional cultural in the local area in global capitalism benefit the side whose transnational capital corporation.
This study uses qualitative method to dig into the ceremony of Serentaun which has entered into the tourism market and the relation with cultural subject. This is done because deep inquiry could see a problem as something from a more complex side.
The result of the study shows that hybrid local-global has deconstructed where local and global don?t become either local or global. The third space is in the tension to contest who becomes the dominant. In the power relation local-global, the national and region government tend to give more chance to transnational capital dominating the beneficial local-global."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24451
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Amalia Susamto
"Women and nature have a bonding which reflect the connectedness between humans and non-humans. The exploitation of women affects nature and vice-versa. The novels Entrok, written by Okky Madasari, Tarian Bumi by Oka Rusmini, and Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk by Ahmad Tohari narrate the experiences of women struggling to survive in cultures dominated by the patriarchal system. This article uses qualitative research methods to describe data about the women’s experiences of their encounters with exploitation in these three novels. All data were decoded using the ecofeminism theory. The results show that their nurturing character is a power in the spirituality of women, and it was used in patriarchal systems. The notion of feminization, which preserves both nurture and love, proved insufficient for this purpose as it objectifies women and weakens the struggle. To strengthen the advancement of women, it is important to develop the ethical relationship between humans and nature."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
909 UI-WACANA 24:1 (2023)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Amalia Susamto
"Pepatah tradisional merupakan ekspresi berbahasa yang menjadi sarana dalam legitimasi pengetahuan masyarakat. Masyarakat Lombok memiliki pengetahuan lokal yang berasal dari pepatah tradisional dan hukum adat yang dapat mengatasi masalah-masalah ekologi yang kini semakin meningkat. Bahasa dalam ungkapan tradisional dan hukum adat digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi pola pikir masyarakat terhadap kesadaran sosial melalui proses internalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pepatah tradisional dan hukum adat yang digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi kesadaran sosial. Permasalahan yang dibahas adalah pepatah tradisional dan hukum adat apa saja yang muncul dan bagaimana konteks kelahirannya, bagaimana konstruksi sosial yang berhubungan dengan ekologi bekerja melalui ungkapan tradisional dan hukum adat untuk membentuk kesadaran masyarakat Nusa Tenggara Barat, dan bagaimana praktek budaya, dalam diri individu dan masyarakat, seperti menjaga ekologi di Nusa Tenggara Barat, setelah nilai-nilai itu terinternalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial yang berubah di masyarakat sebagai akibat dari dinamika kekuasaan yang berubah telah berkontribusi terhadap pengetahuan dan membentuk kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Bahasa merupakan representasi simbol legitimasi aturan masyarakat yang muncul dalam pepatah tradisional dan hukum adat. Pepatah tradisional dan hukum adat digunakan untuk mengonstruksi kesadaran masyarakat dari generasi ke generasi melalui proses internalisasi nilai.

Traditional proverb is a language expression that is used as a tool to legitimize knowledge in a society. Lombok people have local knowledge that camefrom proverb and customary law thatsolvedthe ecology’s problemthat increase today. Language ass traditional proverbs and customary law areused asthe tools to construct people’s thought toward social awareness through internalization .The study aimed to analyze the proverb and costumary law which has used as the tools to construct social awareness.The study also discussed about kindsof traditional proverbs and customary lawand their appearance, how the social contruction which related to ecology could constructpeople’s awareness in west Nusa Tenggara through proverbs and customary law, and how individual and society practicedtheir culture, such as keeping and that the change of social structure that caused by the change of dinamical power hadcontributed to knowledge and people’s awarenessof the environment. Language was the representative of the symbolical legitimation of the lawwhich wasexpressed in traditional proverbs and custamry law. These proverbs and customary law are used to construct people’s awareness from generation to generation through internalizing the values."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018
400 JIKKT 6:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dina Amalia Susamto
"Pepatah tradisional merupakan ekspresi berbahasa yang menjadi sarana dalam legitimasi pengetahuan masyarakat. Masyarakat Lombok memiliki pengetahuan lokal yang berasal dari pepatah tradisional dan hukum adat yang dapat mengatasi masalah-masalah ekologi yang kini semakin meningkat. Bahasa dalam ungkapan tradisional dan hukum adat digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi pola pikir masyarakat terhadap kesadaran sosial melalui proses internalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pepatah tradisional dan hukum adat yang digunakan sebagai alat untuk mengonstruksi kesadaran sosial. Permasalahan yang dibahas adalah pepatah tradisional dan hukum adat apa saja yang muncul dan bagaimana konteks kelahirannya, bagaimana konstruksi sosial yang berhubungan dengan ekologi bekerja melalui ungkapan tradisional dan hukum adat untuk membentuk kesadaran masyarakat Nusa Tenggara Barat, dan bagaimana praktek budaya, dalam diri individu dan masyarakat, seperti menjaga ekologi di Nusa Tenggara Barat, setelah nilai-nilai itu terinternalisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur sosial yang berubah di masyarakat sebagai akibat dari dinamika kekuasaan yang berubah telah berkontribusi terhadap pengetahuan dan membentuk kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. Bahasa merupakan representasi simbol legitimasi aturan masyarakat yang muncul dalam pepatah tradisional dan hukum adat. Pepatah tradisional dan hukum adat digunakan untuk mengonstruksi kesadaran masyarakat dari generasi ke generasi melalui proses internalisasi nilai.

Traditional proverb is a language expression that is used as a tool to legitimize knowledge in a society. Lombok people have local knowledge that camefrom proverb and customary law thatsolvedthe ecology’s problemthat increase today. Language ass traditional proverbs and customary law areused asthe tools to construct people’s thought toward social awareness through internalization .The study aimed to analyze the proverb and costumary law which has used as the tools to construct social awareness.The study also discussed about kindsof traditional proverbs and customary lawand their appearance, how the social contruction which related to ecology could constructpeople’s awareness in west Nusa Tenggara through proverbs and customary law, and how individual and society practicedtheir culture, such as keeping and that the change of social structure that caused by the change of dinamical power hadcontributed to knowledge and people’s awarenessof the environment. Language was the representative of the symbolical legitimation of the lawwhich wasexpressed in traditional proverbs and custamry law. These proverbs and customary law are used to construct people’s awareness from generation to generation through internalizing the values."
Ambon: Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2018
400 JIKKT 6:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library