Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dyah Esti Sihanani
Abstrak :
Sebagai bagian dari masyarakat kota di Jakarta, warga yang tinggal di tepian Sungai Ciliwung seringkali masih menanggung stigma sebagai penyebab berbagai masalah sosial dan lingkungan. Untuk melawan narasi tersebut, Inisiatif Ciliwung Rhapsody menggagas kegiatan riverday Sketchwalk 2022 di tiga lokasi tepi sungai Ciliwung, salah satunya di Kampung Tongkol, Jakarta Utara. Kegiatan ini menggunakan seni urban sketching, yaitu seni menggambar di lokasi sebagai medium bagi para peserta yang berasal dari luar Kampung Tongkol untuk merepresentasikan Sungai Ciliwung melalui karya sketsa. Dengan menggunakan metode etnografi berupa pengamatan lapangan dan wawancara, penelitian ini bertujuan untuk menguji kegiatan tersebut sebagai praktik engaged art, yaitu bentuk aktivisme sosial berbasis seni yang melibatkan berbagai pihak sebagai kolaborator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi unexpected drawback yang menyebabkan kurangnya keterlibatan warga dan minimnya ruang berekspresi bagi warga dalam pembetukan ulang representasi Sungai Ciliwung. Meskipun demikian, ditemukan satu kasus yang menunjukkan bahwa praktik engaged art berbasis seni urban sketching dapat memberi kesempatan bagi warga untuk berekspresi apabila dilakukan dengan tepat. Penelitian ini menyoroti kompleksitas praktik engaged art dengan menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan partisipatif untuk menghindari unexpected drawbacks serta mewujudkan keterlibatan masyarakat dalam membentuk ulang representasi lingkungan kampung kota.   ......As a part of the urban community in Jakarta, the people who live along the Ciliwung riverbanks still bear stigma as the source of social and environmental problems. To counter this narrative, Ciliwung Rhapsody Initiatives initiated Riverday Sketchwalk 2022 in three different riverbank locations, one of which was Kampung Tongkol, North Jakarta. This event employed urban sketching, a sketch-on-location art method, as a medium for the participants, who were not the residents of Kampung Tongkol, to represent the Ciliwung River through their sketches. Using field observation and interview as an ethnographic method, this research aims to examine Riverday Sketchwalk 2022 as engaged art, an art-based form of activism involving multiple collaborators. Research findings indicate the occurrence of unexpected drawbacks, which led to a lack of community engagement and insufficient space of expression for Kampung Tongkol residents in reshaping the representation of Ciliwung River as their home. However, one specific case shows that engaged art practice using urban sketching as a medium can allow the local community to express themselves when appropriately conducted. This research sheds light on the complexities of engaged art practices. It emphasizes the importance of inclusive and participatory approaches in avoiding unexpected drawbacks to foster meaningful community involvement in reshaping the representation of rural-urban environments.
Depok: Fakultas Ilmu pengetahuan Budaya Universitas Indonesia;, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Esti Sihanani
Abstrak :
Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi untuk dapat melanjutkan hidupnya dan salah satunya adalah kebutuhan akan rasa aman yang akan terganggu apabila terdapat ancaman yang membuatnya tidak nyaman. Selain itu, manusia juga perlu berinteraksi dengan manusia lainnya pada suatu lingkungan tertentu misalnya pada ruang bertinggalnya yang pada proses interaksi tersebut sering terjadi permasalahanpermasalahan yang mengganggu ketentraman hidup sehingga menimbulkan rasa takut pada diri manusia tersebut. Adapun rasa takut yang dialami oleh masyarakat dalam konteks berkehidupan kota yang akan dibahas pada tulisan ini adalah ketakutan manusia terhadap isu kriminalitas, identitas, anonimitas dan kaum minoritas. Untuk dapat hidup dengan nyaman maka manusia perlu mengatasi ancaman-ancaman yang memicu rasa takut itu. Cara yang dilakukan manusia untuk mengatasi rasa takutnya secara spasial adalah dengan memberi jarak pada sumber ancaman dan mengadakan batas agar tidak terjadi interaksi antara dirinya dengan sumber tersebut. Pengadaan batas baik secara fisik maupun non-fisik sebagai reaksi pemenuhan kebutuhan rasa aman dan antisipasi terhadap rasa takut ini kemudian mewujudkan sebuah komunitas yang tereksklusifkan dari lingkungannya. Komunitas ini terpisah dari lingkungannya karena adanya batas yang menggerbangi baik berupa batas fisik yang menggerbangi ruang bertinggalnya maupun batas non fisik yang menggerbangi pemikirannya. Penulisan ini akan membahas tentang keberadaan ?komunitas tergerbang? ini di kota Jakarta dengan tujuan memberikan gambaran bagaimana reaksi terhadap ketakutan yang dirasakan masyarakat kota dimanifestasikan ke dalam ruang sehingga perasaan takut tersebut dapat teratasi. Pengamatan dan analisis penulis terhadap komunitas-komunitas tersebut dititikberatkan pada pengolahan ruang dan karakter dari elemen yang pembentuk ruang tersebut. ......Human being both as an individual and social creature has needs that must be completed to continue their life and one of those needs is security need which will be interrupted if there are threats that make them feel inconvenience. Besides, human being also needs to interact with others in a specific environment such as the dwelling area in which irritating problems happen sometimes during the process of interaction so that can produce the feeling of fear in theirselves. The fears felt by the people in the context of urban life which will be studied in this writing are fear of criminality, identity, anonymity, and small numbers. To live comfortably human being needs to solve the threats that cause those fears. Ways that can be done to solve it spatially are by keeping distance and creating boundary so that there will be no interactions between people and the threat source. The boundary putting up physically and non-physically which are reactions to fulfill the needs and anticipation to fears as well then generate a community that exclude themselves from the surroundings. This community is separated by the presence of the boundary that confines as physical border that gates their dwelling space and also as non-physical boundary that gates their minds. This writing will study more about the phenomenon of this ?gated community in Jakarta city in order to give the picture of how the reaction to citydweller's fears is manifested into space so that the fears can be solved. The observation and analysis to these communities will be focused on the space ordering and character of the elements that create the space.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48413
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library