Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Edwina Satmoko Tanojo
Abstrak :
Sampai sekarang tidak diketahui dengan pasti apakah Kesusastraan Indonesia itu. Karya-karya yang mana saja yang masuk dalam Kesusastraan Indonesia? Sementara belum ada kepastian tentang apakah Kesusastraan Indonesia itu, para peneliti terus meneliti karya-karya yang ditemukan di bumi Indonesia ini. Tidak dapat dipungkiri bahwa karya Melayu Cina yang banyak ditemukan di Indonesia menjadi perhatian para peneliti sastra. Kriteria bahwa sebuah karya sastra harus sebuah karya yang indah baik bahasa maupun strukturnya, tidak membuat para peneliti lalu mundur jika berhadapan dengan karya Melayu Cina. Claudine Salmon dalam bukunya yang berjudul Litetature in Malay by the Chinese of Indonesia mengatakan bahwa ada 3.005 karya pengarang Melayu Cina yang ditemukannya. Dari sekian banyak karya, novel dan cerpen asli menduduki tempat teratas dari segi jumlah, yaitu sebanyak 1.398 buah sedangkan karya yang berbentuk syair berjumlah 183 buah. Kajian-kajian khusus tentang syair Melayu Cina belumlah begitu banyak. Dari daftar yang dibuat Salmon (1981:549), ada delapan kajian khusus tentang syair. Kwee Tek Hoay membicarakan "Sair Siti Akbari" karangan Lie Kim Hok sampai dua kali, yaitu pada surat kabar Sin Bin, tahun 1925 dan pada surat Kabar Panorama, tahun 1928. Dia juga membicarakan "Pantoen Melajoe" pada majalah Moestika Romans pada tahun 1934. Salmon sendiri menulis di Archipel, tentang "Le Sjair de l' Association Chinoise' de Batavia (1905)". Kemudian Nio Joe Lan juga menulis artikel dengan judul "Chinese Literature in Malayan Poetry" dalam The China Journal, XXIII, 4, Oct. 1934. Satu artikel lain yang ditulis Nio Joe Lan ialah "De Indo-Chineesche poezie" dalam De Indishe Gids, yang ditulisnya pada tahun 1937. C. Salmon dan D. Lombard pada tahun 1981 menulis sebuah artikel dengan judul "Le poeme en malais d'un peranakan sur la visite du roi Chulalongkorn a Batavia en 1871" dalam Archipel, 22, 1981. Tzu You juga membicarakan syair Siti Akbari dalam mingguan Sin Po tahun 1939. Yang terakhir adalah Conrad William Watson yang menulis artikel dengan judul "Sair Nona Fientje de Feniks, An Example of Popular Indonesian Fiction in the First Quarter of the Century", dalam Asian Survey, vol. XII, April 1974.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Satmoko Tanojo
Abstrak :
Novel yang baik menurut Balai Pustaka adalah novel yang berisi pengajaran bagi pembacanya (lda.:2.3). Di samping itu banyak novel yang terbit tidak berisi pengajaran bagi pembaca dan biasanya novel semacam diterbitkan oleh penerbit tak bertanggung jawab atau Para agitator (lda.:2.2). Novel-novel semacam inilah yang disebut bacaan liar. Karena Istilah bacaan liar ini datangnya dari pihak penerbit pemerintah dalam hal ini Balai Pustaka, maka kriteria Balai Pustaka dijadikan patokan dalam menentukan sebuah novel masuk kategori bacaan liar. Kriteria pertama Halal Pustaka mengatakan bahwa novel yang diterbitkan harus mempunyai sikap netral terhadap persoalan agama.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1981
S10844
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Satmoko Tanojo
Depok: Universitas Indonesia. Fakultas Sastra, 1993
808.81 EDW d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library