Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elizar Ayu Putri
"Salah satu pembunuhan yang menjadi sorotan publik pada tahun 2009 adalah kasus pembunuhan berantai yang dilakukan oleh Baekuni alias Babeh terhadap empat belas orang anak jalanan berusia 8sampai 12 tahunpada periode1993-2009. Diketahui bahwa terdapat konteks situasional tertentu yang membawa korban dan pelaku dalam peristiwa kejahatan.Oleh karenanya perlu dilihat konteks situasional, dibatasi pada aspek spasial dan temporal, yang memungkinkan terjadinya pembunuhan berantai oleh Baekuni alias Babeh. Crime event perspective untuk memahami bahwa kejahatan terjadi karena adanya pelaku, korban, dan konteks situasional.Crime pattern theory digunakan untuk memahami bahwa kejahatan tidak terdistribusi secara acak dalam tempat dan waktu, melainkan terpola.Rational choice theory kemudian digunakan untuk memahami bahwa pembunuh berantai dalam melakukan kejahatannya juga didasarkan pada pertimbangan yang rasional. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dengan para narasumber dan observasi secara langsung di lokasi kejahatan dan data sekunder yang diperoleh dengan melakukan studi pustaka berupa artikel jurnal, hasil penelitian, dan data lain yang relevan. Temuan-temuan yang diperoleh dari hasil penelitian adalah bahwa Baekuni alias Babeh melakukan tahapan pembunuhannya di beberapa tempat berbeda, yakni victim encounter site, point of first encounter, murder site, body dump site, dan vehicle drop site.Baekuni dan korban bertemu di tempat dan waktu dimana mereka melakukan aktivitas rutin.Korban diserang oleh Bakeuni di tempat dan waktu korban melakukan aktivitas rutin.Pembunuhan terjadi di tempat dan waktu ketika tidak ditemukan adanya social deterrent of crime.Jasad korban dibuang oleh Baekuni di tempat yang jauh dari rumah pada waktu malam dan dini hari ketika tidak ada social deterrent of crime. Pada situasi tertentu, Baekuni menggunakan kendaraan umum untuk memindahkan jasad korban dari lokasi pembunuhan dan turun di tempat tidak jauh dari tempat ia membuang jasad korban pada saat ada social deterrent of crime. Kesimpulannya, pembunuhan berantai oleh Baekuni alias Babeh tidak terdistribusi secara acak dalam ruang dan waktu melainkan terpola dengan jelas pada ruang dan waktu tertentu.
One of murder cases that became the public spotlight in 2009 is a case of serial murder committed by Baekuni aka Babeh to fourteen street children aged 8 to 12 years in the period 1993-2009. It is known that there are specific situational contexts that bring victims and perpetrators in the crime scene. Therefore situational context should be examined, restricted on the spatial and temporal aspects, which enables the serial killings by Baekuni aka Babeh. Crime event perspective is used to understand that the crime occurred because of the offender, the victim , and the situational context . Crime pattern theory is used to understand that crime is not randomly distributed in space and time, but patterned. Rational choice theory is then used to understand that the serial killer in doing crime is also based on rational considerations. This study is a qualitative research . The data used in this research is primary data obtained from interviews with the speakers and direct observations at the crime scene and secondary data obtained by studying the literature in the form of journal articles, research, and other relevant data. The finding from the research is that Baekuni aka Babeh do stages murder in several different place, which are victim encounter site, the point of first encounter , murder site , body dump site , and vehicle drop site . Baekuni and his victims met at a place and time where they did their routine activities. The victims were attacked by Baekuni in place and time where victims did their routine activities . The killings took place in a place and time when there was no social deterrent of crime. The bodies were disposed by Baekuni in a place away from home during the night and early morning when there was no social deterrent of crime. In certain situations, Baekuni used public transportation to transport the bodies from the murder scene and got off at a place not far from where he dumped the bodies of victims where there was no social deterrent of crime. It is necessary to conduct further researches using the data obtained from this study to enrich the study of the situational context of serial murder, especially the spatial and temporal aspect."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizar Ayu Putri
"Penelitian ini berfokus pada pemilihan target oleh para pelaku kasus perampokan X dan Y. Kasus perampokan X merupakan kasus perampokan terhadap rumah, sementara kasus perampokan Y merupakan kasus perampokan terhadap truk komersial. Diketahui bahwa pemilihan target perampokan tidak dilakukan secara acak, melainkan dipilih berdasarkan pada kriteria tertentu. Oleh karena itu perlu dilihat bagaimana para pelaku dalam kasus perampokan X dan Y memilih target mereka.
Elemen choice dalam Structural-Choice Model of Victimization digunakan untuk memahami bahwa adanya komponen target attractiveness dan lack of guardianship yang mempengaruhi pemilihan target. Rational choice theory kemudian digunakan untuk memahami bahwa pemilihan target dilakukan berdasarkan pada pertimbangan rasional terhadap kriteria-kriteria positif dan negatif suatu target.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh dari wawancara dengan para pelaku dalam kasus perampokan X dan Y. Sementara data sekunder diperoleh dengan melakukan studi pustaka berupa artikel berita, karya ilmiah, dan data lain yang relevan.
Temuan-temuan yang diperoleh dari penelitian adalah bahwa para pelaku kasus perampokan X dan Y tidak memilih target secara acak, melainkan berdasarkan pada lima kriteria, yakni: 1 Keuntungan yang diperoleh dari perampokan profitability ; 2 Kemudahan mendekati target accessibility ; 3 Kemudahan mengendalikan target manageability ; 4 Tingkat risiko degree of risk ; dan 5 Kemungkinan korban melaporkan perampokan ke polisi. Terdapat kecenderungan para pelaku untuk melakukan penyederhanaan simplification dalam mengevaluasi kriteria pemilihan target dalam situasi yang kompleks dengan berfokus pada kriteria tertentu dan mengabaikan kriteria lainnya. Adanya keterbatasan waktu dan hambatan lainnya membuat para pelaku cenderung membatas perhatiannya pada sejumlah kecil informasi yang dianggap relevan.Diperlukan adanya penelitian lanjutan dengan melakukan pengembangan kriteria pemilihan target dan perlunya dilakukan penelitian dalam skala besar agar dapat melakukan generalisasi terhadap populasi umum.

This research focuses on the target selection made by robbers on robbery case X and Y. Case X is a robbery committed against house. While Case Y is a robbery committed against commercial trucks. Target selection isn rsquo t done randomly, but chosen based on some criteria. Therefore it rsquo s necessary to study about how the robbers on robbery case X and Y chose their targets.
Choice element in Structural Choice Model of Victimization is used to understand that there are target attractiveness and lack of guardianship that affect target selection. Rational choice is further used to understand that target selection is based on a rational calculation between positive and negative criteria of the targets.
This study is a qualitative study. Data used in this research is primary data obtained from the interviews with the robbers of case X and Y. Meanwhile, the secondary data was obtained from the literature reviews on news articles, researches, and other relevant data.
The research found that the robbers on robbery case X and Y didn rsquo t choose the targets randomly, but they were chosen based on five criteria, which are 1 profitability achieved from robbery 2 accessibility 3 manageability 4 degree of risks and 5 the likelihood of the victim reporting the robbery to police. The robbers tend to do simplification when evaluating the criteria of target selection in complex situations by focusing on certain criteria and ignored other criteria. Time and other constraints made the robbers limit their attention to lesser information that was considered relevant.It is necessary to conduct further researcher by expanding the target selection criteria. And it is necessary to do large scale research so it rsquo s possible to generalize the result to the population."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T49706
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elizar Ayu Putri
"Anak Kasus Terorisme yang berada di Lembaga Pembinaan Khusus Anak Klas II Jakarta akan kembali ke masyarakat setelah menjalani pidana. Seyogyanya negara hadir untuk melakukan intervensi sosial berbasis bukti bagi AKT di LPKA Jakarta yang mengarah pada deradikalisasi dalam rangka reintegrasi sosial yang sukses. Tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan model pembinaan deradikalisasi AKT yang idealnya dilaksanakan di LPKA Jakarta dengan menggunakan Program Theory dari Funnel dan Rogers (2011), strengths perspective, desistance, dan konsep deradikalisai. Data diperoleh melalui wawancara semi terstruktur dan focus group discussion dengan mantan AKT, para petugas LPKA Jakarta dan stakeholder terkait, serta studi dokumen dan kajian literatur. Terdapat beberapa temuan penting dalam penelitian, yakni bahwa pelibatan AKT dalam terorisme dimulai dari keluarga dan peran mereka pada umumnya masih terbatas pada kategori simpatisan. Kemudian, penelitian juga menemukan bahwa pembinaan AKT di LPKA Jakarta yang ada saat ini belum optimal. Berdasarkan pada analisis komponen theory of change dalam program theory, penelitian ini merumuskan outcome chain yang menghubungkan antara tujuan langsung dari tujuh mode rehabilitasi, deradikalisasi sebagai tujuan antara, dan reintegrasi sosial sebagai tujuan akhir. Pada theory of action, penelitian ini merumuskan berbagai atribut dari masing-masing kegiatan sampai dengan indikator keberhasilan dalam masing-masing mode rehabilitasi. Model pembinaan deradikalisasi AKT direpresentasikan dalam bentuk logic model, menggambarkan keterkaitan antara input, mode rehabilitasi, dan outcome chain untuk mencapai tujuan akhir pemasyarakatan, serta tahapan pembinaannya. Implikasi penelitian ini adalah bahwa model pembinaan deradikalisasi AKT memberikan kerangka kerja yang jelas, eksplisit, dan terukur, sehingga dapat menjustifikasi implementasinya di LPKA Jakarta. Selain itu, pembahasan mengenai aktor program memberikan justifikasi pada aplikasi pekerjaan sosial dan pelibatan pekerja sosial dalam rangka pembinaan deradikalisasi AKT di LPKA Jakarta di masa yang akan datang.

Children involved in terrorism (or Anak Kasus Terorisme or AKT) in Jakarta Juvenile Correctional Center will return to the community after serving their sentene. The state should be present to provide evidence-based social interventions for AKT in LPKA Jakarta that lead to deradicalization for smooth and successful social reintegration. The purpose of this study is to formulate an ideal deradicalization rehabilitation model for AKT to be implemented in LPKA Jakarta using Funnel and Rogers' Program Theory (2011), strengths perspective, desistance, and the concept of deradicalization. Data was obtained through semi-structured interviews and focus group discussions with former AKTs, LPKA Jakarta officers and stakeholders, as well as document studies and literature reviews. There are several findings in the research. First, the involvement of AKT in terrorism starts from the family and their role is generally still limited to the category of sympathizers. Furthermore, the research also found that the current treatment for AKT in LPKA Jakarta has not been optimal. Based on the analysis of the theory of change component in the program theory, this research formulates an outcome chain that connects the direct objectives of the seven rehabilitation modes, deradicalization as an intermediate goal, and social reintegration as the final goal. In the theory of action, this research formulates various attributes of each activity, as well as the success indicators in each rehabilitation mode. The model of deradicalization treatment in LPKA Jakarta is represented in the form of a logic model, describing the relationship between inputs, rehabilitation modes, and outcome chains to achieve social reintegration as ultimate goal of corrections, as well as the treatment process. The implication of this research is that the deradicalization treatment model for AKT provides a clear, explicit, and measurable framework, thus justifying its implementation in LPKA Jakarta. In addition, the discussion of program actors provides justification for the application of social work and the involvement of social workers in the proposed deradicalization rehabilitation for AKT in LPKA Jakarta."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library