Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farid Fadli
Abstrak :
Tesis ini membahas pengostruksian realitas kehidupan para imigran di Amerika oleh Wayne Kramer melalui film yang berjudul Crossing Over (2009). Hasil pengostruksian (film) tersebut mengandung pesan-pesan akan adanya mitos-mitos (innocence, islamophobia, American dream, dan unlimited opportunities) yang diyakini oleh orang Amerika dan non Amerika. Kramer berupaya mengritisi mitosmitos tersebut melalm plot-plot dalam filmnya. Penelitian tesis int menggunakan metode kualitatif dengan ancangan konstruksionis yang menekankan pada interpretasi penulis dalam memahami pesan-pesan yang disampaikan oleh pembuat film. Dengan menggunakan ancangan konstruksionis, penulis melakukan analisis berdasarkan pengalaman pribadi dan budaya sehingga menemukan adanya pesan-pesan melalui pengonstruksian mitos-mitos Amerika oleh pembuat film. Dalam memahami pengonstruksian mitos tersebut, penulis melakukan analisis teks dengan ancangan semiotik Roland Barthes. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui Crossing Over, Wayne Kramer berusaha untuk mengkritik keyakinan orang Amenka dan non Amerika bahwa adanya masalah di masyarakat Amerika dikarenakan kepercayaan mereka akan mitos-muitos tersebut.
This thesis discusses about the construction of reality of immigrants’ lives reality in America, depicted by Wayne Kramer through a film, entitled Crossing Over (2009). This construction contains the messages of myths that are believed by American and non American citizens which are innocence, islamophobia, the American dream, and unlimited opportunities. Kramer attempts to criticize these myths through the plots in his films. This research uses qualitative methods with a constructionist approach that emphasize on the researcher’s interpretation in understanding the messages that are conveyed by the film maker (Kramer). By using a constructionist approach, the researcher conducted the analysis based on his personal and culture experience. This analysis showed that the film maker sent the messages through the constmiction of ' American myths. In understanding the construction of myths, the researcher conducted texts analysis through Roland Barthes’ semiotic approach. The results of this study concluded that through Crossing Over, Wayne Kramer tries to criticize the beliefs of Americans and non-Americans on these myths.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33325
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Fadli
Abstrak :
ABSTRAK
Budaya Amerika adalah budaya pengharapan, kaum Puritan meyakini The Promised Land yang akan membebaskan mereka dari tirani pada daerah sebelumnya menuju cita-cita yang kini dikenal sebagai American Dream Berkembangnya Great Awakening kedua di Amerika yang terjadi pada awal abad ke-19 membawa sekali lagi perkembangan agama di Amerika menuju pemikiran yang lebih religius. The Great Awakening II melahirkan pemikiran-pemikiran tentang ketuhanan, kemanusiaan dan rasionalisme. Pemikiran yang rasional, keadaan sosial yang ada, ketidakstabilan politik, pendidikan yang tidak bagus, dan rusaknya kehidupan beragama merupakan faktor pendorong berkembang pesatnya usaha-usaha untuk menciptakan suatu kelompok atau sekte pembaru yang mulai berkembang pada era 1830-an di Amerika.

Penulis melihat terjadi gejolak sosial ketika ajaran Mormon yang dibawa oleh Joseph Smith dengan justifikasi/pembenaran sebuah kitab dan pewahyuan yang diterimanya pada awal abad ke-19, membawa ajaran tersebut sebagai gerakan religius yang besar pada jamannya. Walaupun mereka tidak dapat menyaingi sekte-sekte yang sudah ada sebelum kelahirannya, seperti Metodis dan Presbiterian, sejarah pembentukan konsentrasi mereka di wilayah Barat, Utah, menjadi subjek yang sangat menarik pada kajian perkembangan agama di Amerika ataupun kajian tentang perluasan daerah Barat (Westward Movement)

Salt Lake adalah tempat mereka mengembangkan suatu sistem ekonomi yang maju dan bervariasi yang didasarkan pada sistem pertanian dengan irigasi, pertambangan, dan perindustrian, pengembangan lebih lanjut di bidang sumber daya alam dan manusia yang dilakukan dengan menanamkan investasi yang cukup besar di bidang pendidikan, perbaikan lahan dan tanaman, dan di bidang industri, menyebabkan pertambahan penduduk, naiknya potensi, dan kemajuan kebudayaan. Kota Salt Lake, pada masa selanjutnya merupakan kota terbesar di Utah karena orang-orang Mormon yang pertama menghadapi masalah-masalah alam di pedalaman daerah Barat berhasil memecahkan sebagian besar permasalahan tersebut.

Diresmikannya Utah sebagai negara bagian Amerika pada tahun 1898 merupakan hasil dari komulasi konflik dan konsensul antara Gereja dan orang-orang non Mormon di Amerika. Dengan mengkaji usaha kaum Mormon membangun pemukiman di Salt Lake City, dapat dipahami proses dan dinamisasi dari kebudayaan Amerika dipengaruhi oleh semangat kebebasan. Walaupun tulisan mengenai good society yang menitik beratkan pada peran tokoh yang kharismatik dan cenderung melupakan efek marjinal yang terjadi akibat perubahan sosial dengan menyoroti perjuangan kaum Mormon yang akhirnya mempunyai tempat yang layak, namun dibalik itu tercermin sebuah irama dari proses perkembangan kebudayaan Amerika yang beraneka ragam.
2001
S12349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library