Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadianti
"ABSTRAK
Latar Belakang. Prevalensi demam tifoid hingga saat ini diperkirakan lebih tinggi pada pasien yang menderita demam akut dibandingkan pada demam yang disebabkan oleh infeksi lainnya terutama didaerah endemis. Berbagai pemeriksaan penunjang diagnostik demam tifoid pada pasien demam akut selama ini masih banyak kendala. Keberadaan sistem skor diagnostik demam tifoid pada pasien demam akut diperlukan untuk membantu penegakan diagnosis pasti pasien yang memerlukan pemeriksaan kultur kuman sebagai baku emas diagnostik atau uji PCR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi dan determinan dari sistem skor diagnostik demam tifoid pada pasien demam akut. Metode. Penelitian ini merupakan studi disain potong lintang yang dilakukan di bagian rawat inap RSU Kota Tangerang Selatan, RSU Hermina Ciputat dan RSPI Pondok Indah dalam kurun waktu Oktober 2015 sampai Februari 2017. Subjek menjalani anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan baku emas diagnostik. Data penyerta yang dikumpulkan adalah jenis kelamin, usia, pola demam sore hari ge; 38,3oC, gangguan saluran cerna, typhoid tongue, bradikardi relatif, leukopenia, trombositopenia, aneosinofilia, kenaikan kadar ALT, kenaikan kadar qCRP dan uji widal positif. Analisis data dilakukan dengan program SPSS statistics 17.0 untuk analisis univariat, bivariat dan multivariat dan Receiving Characteristics Operator ROC dan SPSS Statistics 20.0 untuk analisis bootstrapping pada Kalibrasi Hosmer-Lameshow Hasil. Sebanyak 200 sampel dianalisis untuk mendapatkan proporsi dan determinan demam tifoid. Sebanyak 32 sampel 16 terdiagnosis demam tifoid dan 84 sebagai demam nontifoid. Determinan demam tifoid pada pasien demam akut adalah gangguan saluran cerna dengan OR sebesar 20,172 95 Interval Kepercayaan/IK1,980-205,52 p = 0,011 , bradikardi relatif dengan OR sebesar 15,406 95 IK 1,261-188,23 p= 0,032, trombositopenia dengan OR sebesar 6,979 95 IK 1,846-26,392, p=0,004 , kenaikan kadar ALT dengan OR sebesar 4, 177 95 IK 1,335-13,069, p= 0,014 , kenaikan kadar qCRP dengan OR sebesar 12, 753 95 IK 2,950-55,132, p= 0,001 dan uji Widal positif dengan OR sebesar 3,493 95 IK 0,857-14,242 p= 0,081 , sedangkan nilai Cut off point adalah total skor ge; 5, dengan AUC 93,2 95 IK 89,3 -97,1 . Kualitas kalibrasi sistim skor didapatkan nilai 0,987 baik dan diskriminasi adalah 94,6 sangat kuat Simpulan. Proporsi demam tifoid pada pasien demam akut adalah 16 . Yang menjadi determinan diagnosis dan komponen sistem skor demam tifoid pada pasien demam akut adalah gangguan saluran cerna, bradikardi relatif, trombositopenia, kenaikan kadar ALT, kenaikan kadar qCRP dan uji widal positif.

ABSTRACT
Background. Prevalence of typhoid fever was greater in acute fever compared to the others etyologic especially in endemic area. There was many problem in diagnostic tools to confirm the diagnosis of typhoid fever in acute febrile patients. This diagnostic score system was needed in patients with acute fever to helping confirmation of definite diagnostic patients who need culture test as standart diagnostic or PCR test. Aim of this study was to identify the proportion and determinants of typhoid fever scoring system diagnostic in acute febrile patients. Methods. A cross sectional study was conducted in inpatient South Tangerang general hospital, Hermina Ciputat general hospital and Pondok Indah general hospital from October 2015 February 2017. All subjects underwent interview, physical examination, laboratory testing and blood culture as gold standart and PCR test. The collected data were gender, age, pattern of fever in the afternoon with ge 3,38oC, gastrointestinal disordes, typhoid tongue, relative bradicardia, leucopenia, trombositopenia, aneosinofilia, elevated level of ALT, elevated level of qCRP and positif widal test. Analysis was done by using SPSS statistics 17.0 univariate, bivariate dan multivariate and Receiving Operator Characteristics ROC and SPSS Statistics 20.0 for bootstrapping analysis in Hosmer Lameshow Calibration Results. 200 subjects met the inclution criteria, 32 subjects 16 were diagnosed as having typhoid fever and 168 84 as nontyphoid fever, Determinants for typhoid fever in acute febrile patients were gastrointestinal disorders with OR 20,172 95 convident interval CI 1,980 205,52 p 0,011 , relative bradicardia with OR 15,406 95 CI 1,261 188,23 p 0,032 , trombositopenia with OR 6,979 95 CI 1,846 26,392, p 0,004 , elevated level of ALT with OR 4, 177 95 CI 1,335 13,069, p 0,014 , elevated level of qCRP with OR 12, 753 95 CI 2,950 55,132, p 0,001 and positif widal test with OR 3,493 95 CI 0,85714,242 p 0,081 ,the Cut off point of total score was ge 5 with AUC 93,2 95 IK 89,3 97,1 . The calibration quality of this scoring system value was 0,987 good and the discriminant value was 94,6 very strong Conclusion. The proportion of typhoid fever in acute febrile patients was 16 . Determinants and components of scoring system of typhoid fever in acute febrile patients were consist of gastrointestinal disorders, relative bradicardia, trombositopenia, elevated level of ALT, elevated level of qCRP and positif widal test."
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Husna Hadianti
"Remaja merupakan kelompok yang berpotensi berisiko tinggi atas perilaku seksual mereka seperti Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), Infeksi Menular Seksual (IMS), dan HIV/AIDS, sehingga perlu mendapat perhatian serius. Keadaan emosi yang cenderung meninggi selama masa remaja diperoleh dari kondisi sosial yang mengelilingi remaja masa kini. Studi ini berjenis kuantitatif dengan pendekatan potong lintang (cross-sectional) yang dilakukan di 3 SMAN Kabupaten Biltar. Sampel berjumlah 217 dari siswa- siswi yang diambil dengan metode simple random sampling.
Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar (59%) remaja SMA di Kabupaten Blitar telah melakukan perilaku seksual pranikah berisiko berat. Dari 90,8% remaja yang pernah atau sedang memiliki teman kencan (pacar) sebanyak 7,1% diantaranya telah melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan analisis bivariat, jenis kelamin, sikap terhadap seksualitas, pengaruh dari teman sebaya, dan paparan media pornografi memiliki hubungan yang signifikan terhadap perilaku tersebut.
Dari penelitian ini diharapkan agar pihak orang tua, sekolah, dan dinas terkait memberikan perhatian serta informasi yang intensif terhadap remaja tentang kesehatan reproduksi supaya dapat meningkatkan pemahaman remaja, sehingga mereka akan berpikir dengan cermat sebelum melakukan perilaku seksual pranikah.

Adolescents are important groups that reported have potentially high risk from unwanted pregnancy, STIs and HIV/AIDS infections, so that needs serious attention. Social conditions that surround today’s youth make emotional condition increase during adolescence. This type of quantitative study with cross-sectional approach were performed in 3 SMAN Biltar Regency. The sample totaled 217 of the students were taken by simple random sampling method.
The results of this study are mostly (59%) high school teens in Blitar have premarital sexual behavior risk weight. 90.8% of teens who have or are having a date (exfriend) as much as 7.1% of them have had sexual intercourse before marriage. Based on bivariate analysis, gender, attitudes toward sexuality, peer pressure, and media exposure to pornography have a significant relationship to such behavior.
From this study, it is expected that parents, school, and related agencies provide intensive care, attention and information to adolescents about reproductive health in order to improve understanding of youth, so that they will think carefully before doing premarital sexual behavior.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arty Renata Hadianti
"Peninjauan Kembali merupakan upaya hukum luar biasa yang dapat diajukan oleh pihak yang sedang bersengketa dalam hal pajak ke Mahkamah Agung. Namun atas pengajuan upaya peninjauan kembali, Mahkamah Agung memiliki masalah yaitu adanya penumpukan sengketa pajak yang terjadi di Mahkamah Agung. Peneltian ini bertujuan membahas tentang faktor-faktor penyebab terjadinya penumpukan sengketa pajak di Mahkamah Agung dan upaya apa yang dilakukan Mahkamah Agung dalam menghadapi terjadinya penumpukan tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif dan teknik pengumpuan data adalah wawancara mendalam dan studi literatur.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penumpukan sengketa pajak di Mahkamah Agung adalah banyaknya berkas sengketa pajak yang masuk, tidak adanya sanksi terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai, kurangnya sumber daya manusia, kurang sederhananya sistem dalam proses pemeriksaan sengketa di Mahkamah Agung, dan kurangnya sarana di Mahkamah Agung. Upaya yang dilakukan Mahkamah Agung adalah mengadakan kebijakan sistem kamar, melaksanakan sistem pembacaan berkas serentak, melakukan koreksi bersama, meminta penyertaan data elektronik, dan melakukan perekrutan sumber daya manusia.

Judicial review is an extraordinary legal act that may be submitted by parties who are in the case of tax dispute to the Supreme Court. However, for the judicial review, the Supreme Court has the problem of accumulation of tax disputes. This research intends to analyze about the factors that cause the accumulation of tax disputes in the Supreme Court and the efforts made by the Supreme Court to overcome the problem. This research uses qualitative approach with descriptive type and the data collection techniques are interview and literature study.
The results of research indicate that the factors that led to the accumulation of tax disputes in the Supreme Court are the number of incoming tax dispute files, the absence of sanctions against incompatible legislation, the lack of human resources, the lack of simplicity in the dispute examination process, and the lack of tools in the Supreme Court. The efforts made by the Supreme Court are conducting chamber system policies, implementing simultaneous readout files, performing corrections together, requesting inclusion of electronic data, and recruiting more human resources.
"
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2015
S61144
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risya Hadianti
"Gangguan pada transformator dapat mengakibatkan kegagalan secara tiba-tiba. Hal ini tentu merugikan dari segi ekonomi. Untuk meminimalisasi hal ini perlu dihitung waktu gagal transformator, sehingga dibuat program aplikasi untuk membantu perhitungan. Perhitungan waktu gagal menggunakan distribusi Weibull dan Lognormal, dimana kedua distribusi dibandingkan dan didapatkan distribusi yang paling baik. Selain itu program aplikasi dapat membantu dalam menganalisa pengaruh variasi data pada perhitungan waktu gagal, karena pada prakteknya data gangguan yang terjadi akan berbeda-beda.

Some faults in the transformer could cause a sudden failure. It is certainly harm from economy aspect. A measurement of transformator failure time is needed to minimise these failures, therefore an application program is designed to help those measurements. These measurements uses Weibull distribution and Lognormal distribution where both distributions are compared to decide which distribution method is better. Moreover, the application program itself could help analysing the effect of data variation on the failure period, because in the actual condition the data that obtained will be different.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S57952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library