Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualifikasi kinerja oven sterilisasi di PT. Kalventis Sinergi Farma tahun 2024. Proses kualifikasi kinerja penting dilakukan untuk memastikan bahwa oven sterilisasi dapat berfungsi secara optimal dalam memastikan keamanan dan kualitas produk farmasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan observasi langsung pada pelaksanaan kualifikasi kinerja yang meliputi pemeriksaan SOP, status kalibrasi, realisasi pemeliharaan, studi distribusi panas, studi penetrasi panas, serta pengujian indikator biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualifikasi kinerja oven sterilisasi telah sesuai dengan protokol yang ditetapkan. Pemeriksaan SOP, status kalibrasi, dan pemeliharaan rutin sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Studi distribusi panas dan penetrasi panas, baik menggunakan beban kosong maupun beban uji, menunjukkan distribusi suhu yang merata di seluruh bagian oven. Pengujian indikator biologis dengan Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualifikasi kinerja oven sterilisasi di PT. Kalventis Sinergi Farma tahun 2024. Proses kualifikasi kinerja penting dilakukan untuk memastikan bahwa oven sterilisasi dapat berfungsi secara optimal dalam memastikan keamanan dan kualitas produk farmasi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan observasi langsung pada pelaksanaan kualifikasi kinerja yang meliputi pemeriksaan SOP, status kalibrasi, realisasi pemeliharaan, studi distribusi panas, studi penetrasi panas, serta pengujian indikator biologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualifikasi kinerja oven sterilisasi telah sesuai dengan protokol yang ditetapkan. Pemeriksaan SOP, status kalibrasi, dan pemeliharaan rutin sudah sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Studi distribusi panas dan penetrasi panas, baik menggunakan beban kosong maupun beban uji, menunjukkan distribusi suhu yang merata di seluruh bagian oven. Pengujian indikator biologis dengan Bacillus atrophaeus pada beberapa titik lokasi juga menunjukkan hasil yang baik dengan tidak adanya pertumbuhan mikroorganisme setelah proses sterilisasi. Berdasarkan hasil tersebut, oven sterilisasi di PT. Kalventis Sinergi Farma dinyatakan masih memenuhi persyaratan kualifikasi kinerja. Direkomendasikan untuk dilakukan pemantauan dan pemeliharaan oven sterilisasi secara berkala untuk menjaga status kualifikasi dan mencegah terjadinya penurunan kinerja alat. Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas sistem sterilisasi di industri farmasi.

This study aims to evaluate the performance qualification of a sterilization oven at PT. Kalventis Sinergi Farma in 2024. Performance qualification is crucial to ensure that the sterilization oven functions optimally in maintaining the safety and quality of pharmaceutical products. This study used a descriptive method with direct observation of the performance qualification activities, including SOP examination, calibration status, maintenance realization, heat distribution study, heat penetration study, and biological indicator testing. The results showed that the performance qualification of the sterilization oven was in accordance with the established protocol. The SOP examination, calibration status, and routine maintenance met the applicable requirements. The heat distribution and penetration studies, both with empty and loaded conditions, demonstrated uniform temperature distribution throughout the oven. Biological indicator testing using Bacillus atrophaeus at several locations also yielded good results, with no microbial growth observed after the sterilization process. Based on these results, the sterilization oven at PT. Kalventis Sinergi Farma is declared to have met the performance qualification requirements. This study recommends regular monitoring and maintenance of the sterilization oven to maintain its qualification status and prevent a decline in equipment performance. The findings of this study can serve as a reference for improving and enhancing the quality of sterilization systems in the pharmaceutical industry."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis waktu tunggu pelayanan resep pasien di Apotek Kimia Farma 115 Pamulang pada periode Desember 2023. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kesesuaian waktu tunggu pelayanan resep dengan standar yang telah ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif observatif, di mana data diperoleh melalui observasi langsung dan pencatatan waktu tunggu pasien dimulai saat resep diserahkan hingga obat diberikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa waktu tunggu rata-rata pelayanan resep obat non racik adalah 15,7 menit, sedangkan waktu tunggu pelayanan resep obat racikan rata-rata adalah 25,1 menit. Waktu tunggu pelayanan obat non racik sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No. 129/Menkes/SK/II/2008, tetapi belum memenuhi standar pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 73 tahun 2016. Waktu tunggu pelayanan obat racikan telah sesuai dengan kedua peraturan tersebut. Berdasarkan hasil observasi, waktu tunggu yang lebih lama pada obat non racik dapat disebabkan oleh faktor penumpukan obat yang telah diberi etiket yang tidak langsung diserahkan kepada pasien. Berdasarkan hasil penelitian ini, direkomendasikan untuk melakukan evaluasi lebih lanjut terkait tingkat kepuasan pasien serta mengidentifikasi lebih dalam faktor-faktor yang menyebabkan lamanya waktu tunggu pelayanan, khususnya pada jam-jam sibuk dan waktu pergantian shift karyawan.

This study aims to analyze the prescription service waiting time for patients at Kimia Farma Pharmacy 115 Pamulang during the period of December 2023. The evaluation was conducted to determine the compliance of prescription service waiting time with the standards set by the Indonesian Ministry of Health. This study utilized a descriptive observational method, where data were obtained through direct recording of patient waiting times, from the moment the prescription was handed over until the medication was dispensed. The results showed that the average waiting time for non-compounded prescriptions was 15.7 minutes, while the average waiting time for compounded prescriptions was 25.1 minutes. The waiting time for non-compounded prescriptions met the requirements of Ministry of Health Regulation No. 129/Menkes/SK/II/2008, but did not comply with the standards set in Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016. The waiting time for compounded prescriptions, however, was in accordance with both regulations. Based on observations, the longer waiting time for non-compounded prescriptions was due to the accumulation of medications that had been labeled but were not immediately handed over to the patients. This study recommends conducting further evaluations on patient satisfaction and identifying the factors that cause longer waiting times, especially during peak hours and shift changes. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi implementasi aspek Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) di PBF PT. Masiva Guna pada tahun 2023, dengan fokus pada Manajemen Mutu, Organisasi, Manajemen dan Personalia, serta Bangunan dan Peralatan. Implementasi CDOB penting untuk memastikan obat yang didistribusikan tetap terjaga mutu dan keamanannya selama proses penyaluran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional deskriptif, di mana data diperoleh melalui pengamatan langsung dan wawancara dengan Apoteker Penanggung Jawab di PT. Masiva Guna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT. Masiva Guna telah menerapkan aspek Manajemen Mutu dengan baik melalui penerapan sistem mutu dan SOP yang merujuk pada pedoman CDOB. Aspek Organisasi dan Personalia juga telah dijalankan secara efektif, ditandai dengan adanya struktur organisasi yang jelas, pelatihan karyawan secara berkala, serta penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). Sementara itu, aspek Bangunan dan Peralatan menunjukkan bahwa PT. Masiva Guna telah memenuhi persyaratan CDOB, termasuk pemisahan area penerimaan dan pengiriman, pemantauan suhu yang konsisten, serta program pengendalian hama yang memadai. Kesimpulannya, implementasi aspek CDOB di PT. Masiva Guna telah sesuai dengan standar yang ditetapkan. Penelitian ini merekomendasikan agar PT. Masiva Guna terus mempertahankan penerapan CDOB dan melakukan audit internal secara berkala untuk memastikan keberlanjutan implementasi dan kepatuhan terhadap standar distribusi obat yang baik.

This study aims to evaluate the implementation of Good Distribution Practices (GDP) aspects at PT. Masiva Guna in 2023, focusing on Quality Management, Organization, Management and Personnel, as well as Premises and Equipment. The implementation of GDP is crucial to ensure that the quality and safety of distributed medicines are maintained throughout the distribution process. The method used in this study is descriptive observational, where data were obtained through direct observation and interviews with the Responsible Pharmacist at PT. Masiva Guna. The results show that PT. Masiva Guna has effectively implemented the Quality Management aspect through the application of a quality system and SOPs that adhere to GDP guidelines. The Organization and Personnel aspects have also been successfully implemented, evidenced by a clear organizational structure, regular employee training, and the application of Occupational Health and Safety (OHS). Meanwhile, the Premises and Equipment aspect demonstrates that PT. Masiva Guna has met the GDP requirements, including the separation of receiving and dispatch areas, consistent temperature monitoring, and an adequate pest control program. In conclusion, the implementation of GDP aspects at PT. Masiva Guna has complied with the established standards. This study recommends that PT. Masiva Guna continue to uphold GDP practices and conduct regular internal audits to ensure the sustainability and compliance of Good Distribution Practices in the company. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penggunaan antibiotik oral di Puskesmas Pembantu Cipinang Melayu pada tahun 2022 menggunakan metode ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose). Evaluasi ini penting dilakukan untuk mengetahui rasionalitas penggunaan antibiotik dalam upaya mencegah resistensi antibiotik. Data diperoleh secara retrospektif dari Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO), jumlah pasien, serta harga obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antibiotik yang paling banyak digunakan adalah amoksisilin, dengan nilai DDD tertimbang sebesar 556 DDD/1000 pasien dan persentase penggunaan sebesar 69,67%. Kelas terapi antibiotik yang paling banyak digunakan adalah antibiotik untuk penggunaan sistemik dengan kode ATC J01, yang mencakup 98,92% dari total penggunaan. Berdasarkan expenditure (pengeluaran biaya), amoksisilin juga merupakan antibiotik dengan pengeluaran biaya tertinggi, sebesar 70,07% dari total pengeluaran untuk antibiotik di Puskesmas Pembantu Cipinang Melayu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa amoksisilin adalah antibiotik yang paling sering digunakan dan paling besar pengeluaran biayanya. Disarankan agar dilakukan evaluasi lebih lanjut menggunakan data rekam medis pasien untuk menilai ketepatan pemberian antibiotik berdasarkan diagnosis yang lebih akurat.

This study aims to evaluate the use of oral antibiotics at Cipinang Melayu Sub-Health Center in 2022 using the ATC/DDD (Anatomical Therapeutic Chemical/Defined Daily Dose) method. This evaluation is essential to assess the rationality of antibiotic use in efforts to prevent antibiotic resistance. Data were collected retrospectively from the Drug Usage and Request Form (LPLPO), patient numbers, and drug prices. The results show that the most frequently used antibiotic was amoxicillin, with a weighted DDD value of 556 DDD/1000 patients and a usage percentage of 69.67%. The most commonly used therapeutic class of antibiotics was systemic antibiotics with ATC code J01, accounting for 98.92% of total usage. In terms of expenditure, amoxicillin also had the highest cost, comprising 70.07% of the total antibiotic expenditure at Cipinang Melayu Sub-Health Center. This study concludes that amoxicillin is the most frequently used antibiotic and incurs the highest cost. It is recommended that further evaluation be conducted using patient medical records to assess the appropriateness of antibiotic prescription based on more accurate diagnoses. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hadra Khalisya
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan obat-obat kronis pada pasien BPJS di Poli Jantung, Neurologi, dan Pulmonologi di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) selama periode Januari-Maret 2024. Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi kebutuhan obat yang sering digunakan dan pola peresepan guna meningkatkan efisiensi stok obat di RSUI. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, di mana data diperoleh secara retrospektif melalui sistem informasi rumah sakit. Populasi penelitian adalah pasien rawat jalan BPJS di tiga poli tersebut yang datang rutin selama 2-3 bulan berturut-turut dalam periode tersebut. Analisis difokuskan pada penggunaan obat kronis untuk memastikan ketersediaan yang memadai bagi pasien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Poli Jantung, obat yang paling sering digunakan adalah Aspirin 80 mg dan Atorvastatin 10 mg, sementara di Poli Neurologi, Natrium Diklofenak 50 mg menjadi yang paling sering diresepkan. Di Poli Pulmonologi, penggunaan obat Symbicort Turbuhaler 160/4,5 menjadi yang paling umum untuk perawatan inhalasi. Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemahaman pola peresepan obat kronis penting untuk optimalisasi stok obat di rumah sakit. Rekomendasi lebih lanjut adalah audit berkala dan evaluasi perencanaan kebutuhan obat agar pelayanan farmasi di RSUI dapat lebih efisien dan efektif.

This study aims to analyze the use of chronic medications for BPJS patients in the Cardiology, Neurology, and Pulmonology Clinics at Universitas Indonesia Hospital (RSUI) during the period of January-March 2024. The research was conducted to evaluate the demand for frequently used medications and prescription patterns to improve stock efficiency at RSUI. This descriptive study used a cross-sectional approach, with retrospective data collected from the hospital's information system. The study population consisted of BPJS outpatient clinic patients who regularly visited for 2-3 consecutive months during the study period. The analysis focused on the use of chronic medications to ensure adequate availability for patients. The results showed that in the Cardiology Clinic, the most frequently used medications were Aspirin 80 mg and Atorvastatin 10 mg, while in the Neurology Clinic, Sodium Diclofenac 50 mg was the most prescribed. In the Pulmonology Clinic, Symbicort Turbuhaler 160/4.5 was the most commonly used for inhalation treatment. The study concludes that understanding prescription patterns for chronic medications is crucial for optimizing drug stock in hospitals. Further recommendations include regular audits and evaluation of drug supply planning to ensure that the pharmaceutical services at RSUI are more efficient and effective. "
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library