Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hario Susanto
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah jenis kelompok, praktek keberagamaan, afiliasi agama, dan SVO mempengaruhi tingkah laku kooperatif dalam dilema sosial. Di Indonesia interaksi antar agama merupakan hal yang vital karena agama dianggap penting dalam keseharian. Social Indentity Theory (SIT) memprediksi jenis kelompok ingroup akan mendorong tingkah laku kooperatif, dan sebaliknya pada kelompok outgroup. Tingkah laku kooperatif dalam penelitian eksperimental ini diukur melalui permainan prisoner`s dilemma, melibatkan 190 mahasiswa S1 Universitas Indonesia dengan afiliasi agama Kristen/Katholik (n=96) dan Islam (n=94). Hasil analisis menunjukan tidak adanya efek independen dari jenis kelompok, SVO, afiliasi agama. Praktek keberagamaan individu memiliki efek independen negatif signifikan terhadap tingkah laku kooperatif, B = -4,461, SE = ,137, 95% CI =(,482, ,826). Penelitian juga menunjukan bahwa ternyata partisipan yang berhadapan dengan ingroup (B = ,406, SE = ,160 p<0.05) atau outgroup (B = ,383, SE=,157 p< 0.05) yang semakin sering melaukan praktek keberagamaan akan semakin kooperatif dibanding pada kelompok kontrol. Hasil ini menunjukan praktek keberagamaan sebagai faktor penting untuk memprediksi tingkah laku kooperatif, sekalipun tidak sesuai dengan arah yang diharapkan.
This research aims to explain whether group type, religious practices, religion affiliation, and SVO influence cooperation in social dilemma. In Indonesia, interaction between religion`s affiliation is a very important matter since religion defined as an important thing in daily life. Social Identity Theory (SIT) predicts ingroup will cooperate more and vice versa with outgroup. Cooperation in this experimental research was measured using prisoner`s dilemma that involved 190 undergraduate students of Universitas Indonesia with Protestant/Catholic (n=96) and Islam (n=94). The result shows that there was no independent effect from group type, SVO, religion affiliation. Individual`s religious practices score has negative independent effect to cooperation significantly, B = -4,461, SE = ,137, 95% CI =(,482, ,826). This research also shows that participant facing ingroup (B = ,406, SE = ,160 p<0.05) or outgroup (B = ,383, SE=,157 p< 0.05) with higher religious practice will cooperate more in contrast with those facing control group. This result shows that religiousity is an important factor to predict cooperation, even though did not fit the expected direction.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43885
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hario Susanto
Abstrak :
Rumusan keadilan selama ini begitu identik sebagai yang monumental, yang selalu dapat ditunjuk oleh subjek dengan pendasaran pada asumsi keberadaan sensus communis. Asumsi tersebut telah membuat konsepsi keadilan mengeksklusi kesadaran perseptual subjek seperti yang dilakukan oleh kerangka utiliatarianisme, intuisionisme, dan kontraktarianisme. Penelitian ini mencoba menunjukan bagaimana keadilan yang monumental tidak dapat dipertahankan lagi melalui tawaran Derrida tentang keadilan, sehingga keadilan dapat dipahami sebagai integritasnya dengan kesadaran perseptual subjek sebagai ketegangan yang tanpa henti dan dapat terus hadir walaupun tidak pernah dalam kepenuhan, keadilan momentual. Dengan sasaran memberikan pemahaman yang komprehensif akan momen keadilan maka diharapkan dapat memberikan kecukupan ruang untuk dinamika keadilan itu sendiri menghindari kekerasan pada subjek akibat stagnansinya. ......Formulation of justice has been very identical to something which is monumental, which has always been able to be referred by subject based on presupposition of the sensus communis. That presupposition has excluded the subject's perseptual consciousness by the justice conception, just like the utilitarianism, intuisionism, and contractarianism have done. This research tries to demonstrate how monumental jutice can no longer be preserved through Derrida's offer about justice, thus justice can be understood as its integrity with the subject's perceptual conciousness as the unstoppable stress and will be always present eventhough it has never been the fully one, which is the momentual justice. The aim of this research is to give a comprehensive understanding of the moment of justice. The author expect that this research can give enough locus for the dynamic of justice itself to prevent the violence on the subject which is caused by its stagnancy.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43170
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library