Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Helmi
Abstrak :
ABSTRAK
Merasa diakui dan kemungkinan mengembangkan karir merupakan kebutuhan insani. Maka sistem yang dapat menjamin kebutuhan tersebut akan memotivasi seseorang untuk berkinerja lebih baik. Hal lain yang penting adalah rasa keadilan, bahwa setiap karyawan ditempatkan pada jabatannya berdasarkan kriteria-kriteria yang objektif. Untuk tujuan itu, di RS Khusus THT-Bedah Perhati telah dilakukan pendekatan penentuan jabatan, golongan dan sub-golongan kepangkatan secara kuantitatif berdasarkan sistim nilai.

Maka telah dibuat uraian jabatan dan spesifikasi jabatan. Dari situ diidentifikasi faktor-faktor jabatan. Faktor-faktor jabatan yang dapat diidentifikasi dan dipakai adalah Pendidikan yang dibutuhkan untuk setiap jabatan, kelebihan pendidikan, usaha fisik, usaha mental, tanggung jawab, keamanan kerja, dan keterampilan khusus. Faktor-faktor jabatan inilah yang kemudian diberi nilai dan bobot untuk setiap jenis pekerjaan.

Faktor-faktor jabatan inilah yang kemudian diberi nilai dan bobot untuk setiap jenis pekerjaan. Perkalian antara bobot dan nilai setiap faktor pekerjaan dari setiap karyawan kemudian dijumlahkan. Dari hasil penjumlahan tersebut didapat akumulasi angka kredit yang dipakai untuk golongan kepangkatan awal.

Yang harus dikembangkan juga adalah sistim penilaian kinerja, bahwa dalam masa kerjanya setiap karyawan mendapat supervisi dan diukur kinerjanya dengan memberi nilai pada faktor-faktor yang berhubungan dengan kinerja. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang dipakai untuk mengukur kinerja tersebut adalah, kehadiran, kedisiplinan, mutu hasil kerjanya, kuantitas hasil kerjanya, kerja-sama, loyalitasnya dan pelayanan kepada konsumen. Masing-masing faktor kinerja tersebut mempunyai nilai kredit.

Penilaian kinerja dengan angka kredit ini dilakukan tiap bulan. Setiap 6 bulan (misalnya tiap Juni) dilakukan analisa awal kinerja setiap karyawan. Analisa enam bulanan ini dipakai untuk memberi umpan balik (feed back) bagi karyawan yang bersangkutan. Setiap tahun (misalnya tiap Desember) dilakukan analisis kinerja tahunan, Angka kredit dan penilaian kinerja ini dimasukkan ke dalam angka kredit kumulasi seluruh masa kerja karyawan yang bersangkutan yang akan dipakai untuk penetapan kenaikan golongan atau sub-golongan kepangkatan serta perhitungan gaji.

Aktifitas tersebut telah didiskusikan dan disepakati dalam diskusi kelompok (peer review) pimpinan rumah sakit.

Diharapkan sistim kepangkatan dan penggajian yang lebih objektif tersebut dapat memotivasi karyawan untuk berkinerja lebih baik demi perbaikan nasibnya.
ABSTRACT
The Development of Determination of Job Rank by Measuring Credit Value of Job Factors and Performance Appraisal in Perhati Hospital, JakartaRecognition and advancement are some of the basic human aspirations. A proper system, which provides for these aspirations, motivates as person to provide better output. On the other hand, the absence of such system leads to frustration, disappointment, and lethargy, which result in the deterioration of performance. The basic of human resource management is to help the company provides efficiency by objectivity and fairness, equal pay for equal work, rewards good performance, controls labor cost.

For that reason, a quantitative based approach is designed in Perhati Hospital to determine job rank. Job description and job specification have been described, job factors have been identified. The job factors, which are general skill, physical effort, mental effort, responsibility, working condition and specific skill, are then weighted and valued as cridit value. Then every employee with his or her specific job has specific credit value for each job factor. The multiplication of specific weight of job factors with specific job credit value of specific employee is then accumulated. The accumulation is called basic point value of a specific employee. The basic point value is used to determine the basic job rank. Basic salary can be determined by multiplication this basic point value with a point factor, which is taken from awage survey.

For career development, a performance appraisal has to be developed. During the job period the employee is supervised by means of measuring some factors of performance. The factors are attendance, discipline, and quality of work, quantity of work, cooperation, loyalty, and service to consumer.

Each of the factors is measure every month by applying credit point value appraisal. Every six month, performance credit point value of every employee is accumulated and analyzed, to be used as a feed back to the employee. Each year, annual accumulation of the performance credit point value is added to the basic credit point value. This new accumulated credit point value is used for determining new job rank and new basic salary.

The job factor and performance criteria are discussed and selected in a peer review of the hospital executives.

All those activities activities have been discussed and reviewed in a group discussion of the executives of the Perhati hospital.

With this measurement, job classification can be assigned more objectively. By apprising performance for career development, the employee is motivated for better output.
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Hipertrofi jantung dapat timbul akibat stres patologis misal hipoksia yang merupakan respon jantung sebagai mekanisme homeostatis yang diperlukan untuk menormalkan stres dinding ventrikel kiri dan mempertahankan curah jantung. Hipoksia sistemik kronik merupakan stres lingkungan yang berat. Respon spesifik jantung terhadap stres jantung terlihat pada peningkatan kadar peptida di dalam plasma, yang membantu jantung dalam menghadapi beban yang meningkat. Menurut sejumlah peneliti, kadar Apelin berhubungan erat dengan disfungsi ventrikel. Apelin merupakan preproprotein dengan 77 asam amino yang disekresikan dari keluarga adipokine, berperan dalam mempertahankan performa jantung pada beban tekanan kronik. Pada tingkat molekular, respons adaptasi diperantarai oleh perubahan ekspresi gen. Tujuan penelitian: Menganalisis pola ekspresi gen Apelin dan gen BNP pada hipertrofi ventrikel akibat induksi hipoksia sistemik kronik dengan mengukur konsentrasi Apelin-13 dan konsentrasi BNP-45. Penelitian bersifat eksperimental menggunakan 28 ekor tikus Sprague-Dawley jantan, umur 8-12 minggu yang dibagi dalam 7 kelompok n=4 ekor/kelompok , terdiri dari kelompok kontrol normoksia, O2 atmosfir dan kelompok perlakuan hipoksia dalam sungkuphipoksia, 8 O2, masing-masing selama 6 jam, 1, 3, 5, 7 dan 14 hari . Parameter stres oksidatif akibat hipoksia jantung, dilakukan dengan pengukuran kadar malondialdehid MDA dan histopatologi dengan pewarnaan HE. Selain itu juga dilakukan pengukuran protein Apelin-13 dan BNP-45 menggunakan metoda ELISA dan pengukuran ekspresi relatif mRNA Apelin dan BNP-45 jantung, menggunakan real time RT-PCR kuantitatif dengan rumus Livak. Hasil penelitian: ekspresi relatif Apelin-13 di jantung menurun pada awal hipoksia dan kemudian meningkat mulai hari ke-3 sampai hari ke-14. Peningkatan kadar MDA yang signifikan terjadi sejak hipoksia 7 hari. Korelasi MDA terhadap peningkatan ekspresi relatif Apelin adalah kuat r=0.750 dan signifikan p=0.000 . Korelasi BNP-45 terhadap Apelin-13 adalah sangat kuat r=0.943 dan signifikan p=0.000 . Dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan MDA, peningkatan ekspresi relatif dan protein Apelin-13 dan peningkatan ekspresi relatif dan protein BNP-45 pada jaringan jantung mempunyai korelasi yang signifikan dan kuat, sesuai dengan peningkatan lamanya perlakuan hipoksia.
ABSTRACT
Background: Cardiac hypertrophy can result from pathological stress eg hypoxia as a response to ventricular wall stress and to maintain cardiac output. Chronic systemic hypoxia is a severe environmental stress. During cardiac stress certain peptides are release by the heart into the plasma, which help the heart to compensate the increased myocardial load. According to several authors, apelin levels are increased during cardiac dysfunction. Apelin is a preproprotein with 77 amino acids from adipokine, which contributes to maintaining cardiac performance at chronic stress loads. At the molecular level, the adaptation response is mediated by changes in gene expression. Objective: To analyze the expression pattern of Apelin-13 and BNP-45 on ventricular hypertrophy due to induction of chronic systemic hypoxia by measuring Apelin-13 and BNP-45 concentrations. The experimental study used 28 male Sprague-Dawley rats, 8-12 weeks old divided into 7 groups 4 per group , consisting of control group normoxia, atmospheric O2 and 4 hypoxia treatment groups, which underwent systemic hypoxia in hypoxic chamber containing 8 oxygen, respectively for 6 hours, 1, 3, 5, 7 and 14 days . The presence of oxidative stress due to cardiac hypoxia was determined by malondialdehyde MDA and cardiac structural alteration was examined by HE staining. Apelin-13 and BNP-45 proteins were determined using the ELISA method and the relative expression of cardiac Apelin and BNP-45 mRNA were determined using quantitative RT-PCR real time with Livak formula. Results: Relative expression of Apelin-13 in the heart decreased early in hypoxia and then increased from day 3 to day 14. Significant increases in MDA levels occurred after 7 days hypoxia. There was a strong and significant correlation between MDA levels and Apelin relative expression r = 0.750, p = 0.001 . Similar results were obtained for of BNP-45 and Apelin-13 r = 0.943, p = 0.001 . From the results, it can be concluded that during chronic systemic hypoxia there was an increase in oxidative stress, relative expression and Apelin-13 proteins and relative expression and BNP-45 protein of the rat cardiac tissue.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
617.87 HEL o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0281
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Rosmalia Helmi
Abstrak :
Visi baru Indonesia Sehat 2010 dengan pendekatan paradigma sehat merubah cara pandang dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat yang semula mengutamakan upaya kuratif dan rehabilitatif, dengan paradigma sehat lebih mementingkan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Perubahan paradigma ini berdampak terhadap peningkatan kemampuan SDM kesehatan yang dibutuhkan untuk mencapai misi baru. Untuk meningkatkan kemampuan SDM kesehatan ditempuh berbagai cara salah satunya adalah pelatihan. Desentralisasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan berdampak meningkatkan wewenang, tugas, dan tanggung jawab SDM kesehatan di kabupaten/ kota. Peningkatan harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan SDM kesehatan di kabupaten/kota. Untuk meningkatkan kemampuan SDM kesehatan di kabupaten/ kota, salah satu upaya melalui pelatihan. Desentralisasi penyelenggaraan pembangunan kesehatan termasuk kewenangan menyelenggarakan pelatihan oleh kabupaten/kota. Dengan perubahan-perubahan tersebut, pelatihan di kabupaten/kota akan meningkat baik jumlah maupun jenisnya. Atas dasar itu perlu dipersiapkan kemampuan kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pelatihan kesehatan. Untuk mengetahui bagaimana kondisi kemampuan kabupaten/kota dalam menyelenggarakan pelatihan, dilakukan penelitian. Objek penelitian adalah kemampuan penyelenggaraan pelatihan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus. Variabel yang diteliti adalah komitmen akan pentingnya pelatihan, kapasitas kuantitatif dan kapasitas kualitatif penyelenggaraan pelatihan. Sebagai responden adalah seluruh SDM kesehatan yang terlibat dalam penyelenggaraan pelatihan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif jenis studi kasus didukung oleh analisis kuantitatif sederhana. Instrumen penelitian menggunakan pedoman akreditasi pelatihan Pusdiklat Pegawai Depkes RI Jakarta tahun 1999 dan pedoman wawancara terhadap responden. Dari hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kemampuan penyelenggaraan pelatihan kesehatan di Dinas Kesehatan Kabupaten Tanggamus masih rendah. Rendahnya kemampuan penyelenggaraan pelatihan disebabkan faktor kurangnya kemampuan SDM kesehatan dalam mengelola pelatihan. Upaya untuk meningkatkan kemampuan melalui pelatihan. Jenis pelatihan yang diperlukan yaitu manajemen pelatihan dan administrasi pelatihan. Mengingat masih rendahnya kemampuan penyelenggaraan pelatihan kesehatan di Kabupaten Tanggamus, maka desentralisasi penyelenggaraan pelatihan agar dilaksanakan secara bertahap sambil terus menerus meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pelatihan kesehatan di Kabupaten Tanggamus.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2000
T2607
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syarif M. Helmi
Abstrak :
Karya akhir ini membahas kasus sederhana pada bagian rawat jalan suatu rumah sakit di bilangan Cibubur. Dibalik keseclerhanaan kasus ini, dengan menggunakan pendekatan berorientasi objek, penulis mencoba menyajikan suatu pembahasan komprehensif dan kohesif dalam konteks analisis sistem untuk tujuan mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai sistem seperti "apa" yang diperlukan oleh rumah sakit tersebut. Pendekatan berorientasi objek dengan menggunakan Unified Modelling Language (UML) yang digunakan dalam tulisan ini akan memberikan gambaran yang jauh lebih jelas tentang bagaimana suatu proses bisnis dapat diterjemahkan menjadi suatu system requirement dibandingkan apabila dilakukan dengan menggunakan structural approach. Dengan demikian peran analis dari kalangan akuntansi sebagai jembatan antara pengguna bisnis dan pengembang sistem akan jauh lebih bermanfaat. Kasus yang dibahas dalam karya akhir ini mempunyai setting yang berbeda dimana saat pengumpulan data primer dan sekunder dilakukan objek penelitian yang merupakan institusi rumah sakit masih dalam tahap persiapan untuk melakukan operasional. Sehingga analisis yang dilakukan sangat mengandalkan data dari Standard Operating Procedures (SOP) rumah sakit tersebut dan diskusi dengan konsultan yang mengembangkan SOP rumah sakit tersebut. Analisis dimulai dengan identifikasi masalah potensial yang mungkin dihadapi rumah sakit tersebut, sebut saja RSX, dalam kegiatan operasionalnya. Pemahaman terhadap masalah bisnis ini menjadi titik awal tentang dimana dan bagaimana suatu sistem informasi dapat berperan dan menjadi sebuah solusi. Analisis berorientasi objek (Object-oriented Analysis), sebut saja OOA, dimulai dengan menterjemahkan kejadian-kejadian bisnis yang saling berkaitan dalam suatu model use case yang didukung dengan dokumentasi narasi use case yang komprehensif. Suatu model use case merupakan "kontrak" awal yang menjadi dasar dan lingkup dalam tahap pengembangan sistem selanjutnya. Dengan mengacu pada dokumentasi narasi use case, selanjutnya digambarkan logika setiap use case dengan menggunakan activity diagram. Penggunaan diagram ini memberikan pemahaman tentang logika dari suatu proses bisnis dan gambaran awal mengenai bagaimana sistem berinteraksi dengan pengguna dan aktor bisnis. Berdasarkan dokumentasi narasi use case, selanjutnya diidentifikasikan sejumlah objek yang menjadi komponen dasar yang dapat digunakan secara berulang dari suatu model objek ke model obejek lainnya. Objek-objek yang telah diidentifikasikan tersebut selanjutnya digunakan dalam class diagram untuk menggambarkan hubungan antar suatu objek dengan objek lainnya. Setelah mendapatkan bentuk hubungan antar objek, analisis dilanjutkan dengan model diagram kolaborasi dan diagram sequence untuk mendapatkan gambaran lebih jauh tentang bagaimana suatu objek berinteraksi dengan objek lainnya. Proses analisis ini diakhiri dengan membuat prototipe user interface yang akan digunakan oleh user untuk berinteraksi dengan sistem, dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih nyata tentang apa yang harus dilakukan sistem. Penelitian ini berakhir dengan dua kesimpulan. Pertama, RSX, jelas memerlukan dukungan sistem informasi berupa sistem informasi administrasi untuk mendukung kegiatan operasionalnya. Kedua, pendekatan berorientasi objek memberikan gambaran lebih jelas proses penterjemahan proses bisnis menjadi gambaran suatu system requirement.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T14765
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syariful Helmi S
Abstrak :
Ringkasan Eksekutif


Pengelolaan HTI sebagai salah satu sumber daya hutan yang menghasilkan bahan baku untuk industri harus mengacu pada kebijaksanaan pengelolaan hutan sebagai komponen lingkungan hidup, diharapkan terpadu dengan kebijaksanaan pembangunan sektor kehutanan. Industri hasil hutan harus mengoptimalkan pola produksi yang menghasilkan nilai tambah besar namun tetap mempertahankan aspek pengelolaan lingkungan hidup dengan diterapkannya eco-labelling.

Suatu HTI akan mempunyai kelayakan untuk dibangun dan diusahakan apabila jelas urgensi dan prospeknya. Oleh karena itu, keberhasilan program pembangunan Hutan Tanaman Industri (HTI) Nasional berperan sangat strategis dalam upaya menjamin kesinambungan penyediaan bahan baku bagi industri perkayuan, khususnya industri pulp dan kertas di masa mendatang.

Kajian kelayakan pembangunan pabrik pulp terintegrasi dengan HTInya yang direncanakan oleh perusahaan kehutanan PT XYZ bekerjasama dengan BUMN Kehutanan berlokasi di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur dapat dikatakan layak dan dapat juga dikatakan tidak layak apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda terhadap parameter yang dikaji.

Apabila dikaji hanya dari faktor finansial maka pembangunan dan pengusahaan HTI dengan harga jual kayu HPH sebesar USD 22,7/m3 dan kayu HTI sebesar USD 20,9/m3 tidak dilayak diimplementasikan, karena nilai NPV pada discount rate biaya dana proyeknya (cost of capital) bernilai negatif. Besarnya biaya dana pembangunan HTI adalah 11,07 persen, dimana nilai NPV pada discount rate 11 persen adalah sebesar 1.768,6 juta, dan nilai NPV pada discount rate 12 persen sebesar 2.701,8 juta. Selain itu, nilai IRR proyek (10,65%) lebih kecil dari biaya dananya (11,07%) sehingga disimpulkan pembangunan dan pengusahaan HTI ini tidak layak apabila akan dilaksanakan.

Namun, mengingat adanya ketentuan apabila perusahaan baru akan mendirikan pabrik pulp harus terintegrasi dengan Hutan Tanaman Industri yang merupakan syarat perijinan yang dikeluarkan oleh Departemen Kehutanan, serta dengan tujuan agar pabrik dalam proses produksinya tidak menghadapi masalah pasokan bahan baku maka pembangunan dan pengusahaan HTI ini mutlak diperlukan.

Pertimbangan lain, adalah karena akan diterapkannya era labelling terhadap seluruh produk yang berbahan baku dari alam pada tahun 2000 nanti maka untuk mengantisipasi persyaratan tersebut, perusahaan yang akan mendirikan pabrik pulp oleh Departemen Kehutanan diwajibkan memiliki HPH dan HTI sebagai sumber pasokan bahan baku produksinya.

Kajian pembangunan dan pengusahaan HTI ini akan layak secara finansial apabila harga jual kayu minimal sebesar USD 25/m3 baik (untuk kayu HPH maupun kayu HTI. Harga jual kayu ini merupakan harga ketetapan yang diberikan oleh PT XYZ (pabrik) kepada PT SHS (perusahaan pengelola HTI) apabila pasokan kayu yang dihasilkan oleh PT SHS bersumber dari HTI yang dikelola berkesinambungan sebagaimana yang disepakati oleh kedua perusahaan yang bernaung di bawah group usaha yang sama.
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahbudi Helmi
Abstrak :
Penyusunan perencanaan strategis lima tahun kedepan (2007 - 2011) pada Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan Departemen Kesehatan R.I. merupakan suatu kebutuhan yang didorong oleh komitmen pimpinan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan perbekalan kesehatan serta meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian yang didukung oleh tenaga farmasi yang profesional.

Perencanaan Strategis disusun melalui penelitian operasional yang diawali dengan analisis situasi lingkungan eksternal dan internal untuk mengidentifikasi faktor peluang dan ancaman serta faktor kekuatan dan kelemahan Direktorat Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.

Dari hasil penelitian ini ditetapkan strategi peningkatan sosialisasi pedoman¬pedoman dan juknis, pengembangan kapasitas organisasi, peningkatan advokasi, peningkatan kompetensi tenaga pengelola obat, peningkatan sistem informasi pencatatan dan pelaporan, peningkatan pemanfaatan obat esensial, dan peningkatan efisiensi pemanfaatan dana pengadaan obat. Strategi yang telah ditetapkan secara konsesnsus selanjutnya dilakukan pemetaan strategi dengan pendekatan Ballance Scorecard (BSC) agar dapat diimplementasikan ke dalam langkah-langkah kegiatan yang komprehensif dan berkesinambangan melalui pendekatan empat perspektif sasaran strategik: 1) keuangan, 2) pelanggan, 3) proses bisnis internal, dan 4) pembelajaran dan pertumbuhan.

Pada tahap implementasi dilakukan upaya tindak lanjut dengan menyusun Rencana Aksi (Plan of Action/POA) pada pelaksanaan kegiatan pokok dan kegiatan indikatif untuk pencapaian tujuan jangka panjang dan penilaian pencapaian kinerja
To develop further five years strategic planning (2007 - 2011) at Directorate of Public Drug and Medical Device Ministry of Health (MoH) Republic of Indonesia was a demand which to be supported by managerial commitment in performing task and functions of assuring availability, equity, affordability of medicines and medical devices and promoting pharmaceutical care which supported by professional pharmacy staff.

Strategic Planning was developed through operational research initiated by situational analysis of external and internal environment in identifying opportunity - threat factors and strength - weakness factors of Directorate of Public Drug and Medical Device.

Regarding to research results, it was defined strategies of strengthening socialization of guidelines and standardized procedures, developing organization capacity, strengthening advocacy, escalating pharmacy staff competency, revitalizing reporting and recording system, expanding essential drug utilization, and increasing efficiency of drug funding. A set of strategies decided consensually followed by strategy mapping with Balance Scorecard (BSC) approaches for better implementations into comprehensive and sustained steps in perspectives of finance, customer, internal process and grow-build.

Follow up actions on implementation stage articulated in developing Plan of ActionlPOA at Main Activities and streamlined by indicative actions toward long term objective achievement and performance assessment.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fida Helmi
Abstrak :
ABSTRAK
Penggunaan jalur produksi tunggal (single production line) akan diterapkan pada proyek pengembangan lapangan gas “A” yang berada di laut dalam. Pemakaian jalur produksi tunggal menghadapi tantangan yang berkaitan dengan kemampuan alir gas ketika operasional produksi dan pigging dilakukan. Saat pigging berlangsung, pig diluncurkan dengan hanya mengandalkan fluida gas dan tekanan dari sumur saja. Potensi masalah yang mungkin terjadi adalah terbentuknya hidrat dan aliran slug. Studi flow assurance dilakukan untuk mempelajari perilaku aliran saat operasi dan pigging berlangsung. Studi dilakukan pada kondisi steady state (tunak) dan transient untuk jalur produksi tunggal menghasilkan desain teknis jalur pipa dengan diameter 10” dan insulasi setebal 20 mm. Simulasi operasional pigging menghasilkan strategi optimal berupa pengaturan laju alir 50 MMscfd dan tekanan separator 80 bara sehingga dihasilkan kecepatan pig optimal 3.5 m/s selama 30 menit. Analisis biaya CAPEX dan OPEX memberikan penghematan biaya penggunaan jalur produksi tunggal sebesar 57% dibandingkan dengan jalur produksi ganda.
ABSTRACT
The use of a single production line will be applied to the deep water gas development project "A". The single production line face the challenges associated with gas flow assurance when production and pigging operations performed. At pigging operation, pig propelled by simply relying on the pressure from the gas wells. The potential problem that might be occured is the formation of hydrates and slug flow. Flow assurance studies conducted to study the behavior of gas flow and pigging operation. Studies conducted at steady state and transient for a single production line result technical design of pipelines with a diameter of 10" and 20 mm thick insulation. Pigging operation simulation results the optimal strategy with the setting of flow rate: 50 MMscfd and pressure separator: 80 bara to produce optimal speed 3.5 m / s of pig movement for 30 minutes. CAPEX and OPEX cost analysis provide cost savings using a single production line by 57% compared with double production lines.
2013
T35581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Helmi
Abstrak :
Kinerja Badan Peneliti dan Pengembangan Provinsi Riau belum maksimal dari sasaran rencana pembangunan daerah. Untuk memaksimalkan Kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau dibutuhkan: (a) Sinergi dan kesamaan persepsi antara seluruh aparat agar memperhatikan hasil penelitian yang berkualitas. (b) Meningkatkan kinerja para pejabat struktural, yaitu Kepala Badan Balitbang, Sekretaris dan Kepala Bidang agar semakin mendukung program dan para pejabat fungsional peneliti untuk melaksanakan perannya lebih berkualitas. (c) Memperbanyak jumlah Fungsional Peneliti dan Fungsional Perekayasaan yang berkualitas sesuai harapan dan tantangan Badan dan Dinas Pemerintah Daerah. Jumlah hasil penelitian Balitbang Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau tiap tahun mengalami peningkatan dan sebagian besar penelitian mandiri yaitu sebanyak 61% dan penelitian hasil kerjasama dengan pihak ketiga sebanyak 39%. Secara umum kualitas penelitian belum sesuai dengan yang diharapkan, karena: (a) Sistem perencanaan penelitian yang tidak sesuai dengan kebutuhan daerah atau satuan kerja. (b) Pelaksanaan penelitian yang menggunakan pihak ketiga (konsultan) kurang memuaskan, karena dalam pelaksanaannya hanya menyelesaikan kegiatan penelitian saja. (c) Terbatasnya tenaga fungsional peneliti yang bersertifikasi. (d) Hasil penelitian belum maksimal karena tenaga peneliti yang tersedia kualifikasi keilmuan yang dibutuhkan sering tidak sesuai dengan penelitian yang dikerjakan. (e) Adanya usulan/ program penelitian yang tidak berdasarkan kebutuhan tetapi cenderung keinginan dari luar Balitbang. Badan dan Dinas Pemerintah Provinsi serta Kabupaten/Kota telah mendapat manfaat dari hasil penelitian, namun secara teperinci belum, karena: (a) Sistem perencanaan penelitian belum berawal dari kebutuan daerah dan satuan kerja yang dibangun melalui forum kelitbangan. (b) Kurangnya sosialisasi dan publikasi hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. (c) Penelitian belum seluruhnya bisa menjawab permasalahan Badan dan Dinas Pemerintah Daerah serta Pemerintah Kabupaten /Kota. Untuk peningkatan kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Riau mendatang diperlukan perhatian terhadap: (a) Riset unggulan yang sudah diprogramkan seperti energi terbarukan, bidang ketahanan pangan, klaster sawit dan lain lain dikasanakan dengan memperhatikan kualitas dan sosialisasi hasil temuan. (b) Seluruh peneliti fungsional dan institusi yang membidangi ristek diupayakan untuk dapat melaksanakan penelitian semaksimal mungkin berdasarkan kemampuan yang tersedia serta kemungkinan berkolaborasi dengan institusi lain sepanjang dibenarkan oleh ketentuan yang berlaku. (c) Pelitian mandiri dilaksanakan oleh Peneliti Internal Balitbang dalam rangka meningkatkan inovasi, kegairahan serta kreabilitas peneliti dan institusi.
The performance of Research and Development Board of Riau Province has not achieved the maximum target of local development plans yet. In order to maximize the performance, research and development board of Riau province requires (a) To synergy the perspective and to cooperate among the entire apparatus in order to consider the quality of research results. (b) To improve the performance of structural official, namely the head of the Research and Development Department, secretary and head of the field witch aimed for supporting the program and functional research official in order to carry out better quality of their role. (c) To multiply the number of functional engineering researchers and qualified functional engineer that could meet the expectation and challenges of Local Government Agencies. The research results of Riau Province R&D Board has increased each year in number and most of researches are conducted independently which said 61% from the total research while 39% of the research is conducted in cooperation with third party. In general, the quality of the research has not met the expectation yet. There are four factors that become major causes of such issue; (a)The research planning system which incompatible with the area or working unit. (b)The performance of research which entirely relies third party (consultant) that works under the expected quality (c)The limited number of functional certified researchers (d)The result of researches has not met the maximum quality since the scientific qualification of the available researchers in the field are not suitable with the conducted research (e)The proposal of research program mostly is not based on the need but tends to do research out of R & D Board expectation. The Agency and The Provincial Government Offices and District / City have got benefit from the research but it is not detailed yet. It is because: (a)The research planning system is not based from local region needs and working area which built through research and development forum; (b)The minimum publication upon the conducted research results; (c)The research results have not been able to entirely answer the issue of Agency and local Government and District Agencies. In order to improve the performance of The Research Provincial body and Development of Riau Province in the future, they need to pay more attention to: (a)The excellent research which has been programmed upon renewable energy sources, food security, palm oil cluster and other must be conducted by paying attention on the quality and the publication of research result (b)The entire functional research and institution that is in charge of Research and Technology is sought to undertake research as closely as possible based on the available capacity and the possibility of collaborating with other institutions along with the existing regulations (c)The independent research is conducted by internal R & D researchers in order to enhance innovation, excitement and the credibility of researchers and institutions.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T28144
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>