Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
I Gusti Ayu Agung Sumarheni
"Salah satu sarana untuk mempertebal keyakinan dan menghubungan diri dengan Ida sang Hyang Widi Wasa (tuhan yang maha esa) adalah dengan cara berkesenian. Tari rejang adat klasik pada umumnya mempunyai fungsi sebagai sarana upacara dalam rangkaian suatu upacara piodalan (dewa Yadnya). Karena agama hindu dalam menghubungan diri dengan tuhan lebih banyak dengan menggunakan simbul-simbul, seperti halnya dengan sarana tulisan aksara suci, upakaral banten, berkesenian (tari) dan lain sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan fungsi tari rejang adat klasik di desa bebandem, kabupaten karangasem. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif.
Objek penelitian ini adalah fungsi tari rejang adat klasik dalam upacarapiodalan di pura sanggar agung desa bebandem. teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan alat bantu perekam suara, dan pedoman wawancara.
Hasil penelitian ini ditemukan ada tiga fungsi tari rejang adat klasik di pura sanggar agung desa bebandem akbupaten karangasem tersebut: (1) Pada bagian pertama (memendet) adalah sebagai penyambutan kepada para dewa dan dewi yang turun dari kahyangan ke bumi, (2) bagian kedua (rejang) sebagai simbol dewa dan dewi yang menuntun bhatara bhatari turun kedunia (3) pada bagian ketiga (memande) sebagai ucapan syukur, dan menghibur para dewa dewi dan bhatara bhatari yang telah hadir dalam upacara"
Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB dan NTT , 2017
902 JNANA 22:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
I Gusti Ayu Agung Sumarheni
"Upacar ngaben alit (mebretanem) ini memiliki suatu keunikan khusus diantara upacara-upacara keagamaan yang lain yang ada di Desa Busungbiu yang telah mereka lakukan secara turun-temurun. Keunikan upacara ngaben alit adalah upacaranya dilakukan hanya dikubur saja dan kuburannya itu rata dengan tanah. Setelah itu menggunakan upacara pada umumnya orang meninggal dan orang yang sudah meninggal itu dianggap sudah bersih atau ngabe, dimana secara umum dalam melaksanakan upacara ngaben tanpa dibakar dianggap belum ngaben yang sah. Jika hal tersebut tidak dipatuhi maka desa setempat akan memperoleh bencana. Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data primer yaitu data langsung dari sumber utama. Dalam hal ini peneliti menggali sumber dengan melakukan penelitian secara langsung terhadap masyarakat di Banjar Timbul Gegel Desa Busungbiu Kecamatan Busungbiu Kabupaten Buleleng. Sumber data sekunder yaitu data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh pihak lain mencakup buku-buku, maupun hasil penelitian yang berbentuk laporan data. Kajian pustaka literatur perlu juga dilakukan untuk menguasai teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Upacara ngaben alit mempunyai tujuan khusus untuk mengetahui prosesi pelaksanaan dan untuk mengetahui landasan filosofis yang terkandung dalam pelaksanaan upacara ngaben alit. Karena upakara dan upacara yang mempunyai hubungan erat dengan pendidikan moral atau susila maupun filsafat, ini merupakan hal yang sangat perlu ditingkatkan. Dan dengan terpeliharanya ajaran-ajaran agama serta ajaran-ajaran budi pekerti, etika yang berdasarkan kitab suci maka budaya Bali akan dapat hidup terus."
Denpasar: Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, 2017
902 JPSNT 24:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library