Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikhwan Rinaldi
Abstrak :
Latar Belakang : Peningkatan persentase usia lanjut Indonesia disertai proporsi perempuan melebihi laki-laki meningkatan masalah kesehatan perempuan usia lanjut khususnya jatuh. Kelemahan otot kuadriseps femoris adalah faktor risiko jatuh yang dan dapat diintervensi serta seringkali muneul bersamaan dengan defisiensi vitamin D pada usia lanjut. Penelitian di dunia tentang hubungan keduanya belum signifikan bahkan ada yang tidak signifikan sehingga masih kontroversi. Penelitian ini dilakukan di Indonesia yang mengalami dua musim dengan alat ukur dinamometer Cybex yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya guna melengkapi hasil-hasil yang sudah ada. . MetodoIogi : Penelitian dilakukan di tiga panti werdha di Jakarta dan satu di Bekasi dengan desain korelatif potong lintang pada bulan Januari 2005 terhadap perempuan mandiri berusia 60 tahun atau lebih. Subyek diperiksa kekuatan otot kuadriseps femoris dengan alat dinamometer Cybex pada kecepatan 150°Idetik sebanyak 2 set (3 repetisi dengan waktu istirahat 30 detik). Konsentrasi 25 (OH) D diperiksa dengan cara ELISA. Basil : Dari 67 perempuan usila yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan, lima orang diantaranya mengundurkan diri saat pemeriksaan kekuatan otot kuadriseps femoris. Rerata (SB) usia adalah 71,1 (7,2) tahun, konsentrasi vitamin D serum adalah 68,2 (21,6) nmoill, dengan konsentrasi < 50 nmoIll sebesar 22,6%, median (minimum-maksimum ) kekuatan otot kuadriseps femoris adalah 40,00 (11-116) N.m., dengan persentase subyek yang mengalami kelemahan otot sebesar 82,3%. Terdapat korelasi konsentrasi 25 (OH)D serum dengan kekuatan otot kuadriseps femoris (r = 0,327 ; P = 0,009). Simpulan : Pada perempuan usia lanjut Indonesia konsentrasi 25(OH)D serum berkorelasi dengan kekuatan otot kuadriseps femoris. Proporsi perempuan usia lanjut dengan kekuatan otot yang lemah lebih besar dibandingkan dengan dengan perempuan usia lanjut dengan kekuatan otot yang normal. Besamya proporsi kelompok kekuatan otot yang lemah lebih besar pada kelompok usia yang lebih tua. Proporsi status vitamin D berturut-turut dari yang paling besar sampai yang paling kecil adalah normal dan defisiensi vitamin D.
Background The increase of elderly people in Indonesia with a higher proportion of women impact on the increase of the health problem , especially the falls. One of the falls risk factor that could be intervented is the femoral quadriceps weakness. More commonly vitamin D deficiency may also occur some previous studies on the correlation between falls and vitamin D deficiency showed no significant results and it remains controversial. This study was performed in Indonesia and using a cybex dynamometer. It is a reliable tool to measure the muscle strength and has been validated. Objective To investigate correlation between serum vitamin D (25(OH)D) concentration and the femoral quadriceps femoral muscle strength in Indonesia elderly women in nursing homes Methods This study was a cross sectional. correlative study and conducted at three nursing. homes in Jakarta and one nursing homes in Bekasi. On January 2005. The subjects were women aged 60 years or above. Those selected study subjects underwent the femoral quadriceps muscle strength examination with cybex dynamometer on speed of 15001second, twice (three repetition with a rest time of 30 second). 25 (OH)D concentration was measured by ELISA. Results Out of 67 subjects met the required criteria for this study. Five subjects were discharged when femoral quadriceps muscle strength examinations were performed. The mean age was 71.1 (SD 7.2) years old while the mean serum vitamin D concentration was 6&2 (SD 21.6) nmolIl. Vitamin D deficiency 50 nmolll) was found in 22.6% of subjects. It was also found that the median (minimum-maximum) femoral quadriceps muscle strength was 40.00 (11-116) N.m. Approximately, 82.3% of subjects had muscle weakness overall, there was a correlation between serum 25 (OH)D concentration and femoral quadriceps muscle strength ( r = 0.327; P = 0.009).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58461
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Rinaldi
Abstrak :

Entrustable professional activities (EPA) adalah kerangka kerja asesmen dengan pemberian tanggung jawab dari staf pengajar kepada peserta didik untuk dilakukan tanpa supervisi setelah peserta didik memiliki kompetensi yang memadai. EPA diharapkan dapat menjembatani kinerja sehari-hari peserta didik, kompetensi yang dimiliki dan supervisi yang sesuai sehingga meningkatkan secara sinergis keselamatan pasien dan kualitas pendidikan. Tujuan penelitian adalah menetapkan aktivitas residen program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam sebagai EPA dalam kurikulum pendidikan berbasis kompetensi program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia. Penelitian dilakukan dengan desain kualitatif yang meliputi telaah pustaka, panel ahli (expert panels) untuk menentukan daftar aktivitas residen program pendidikan dokter spesialis penyakit dalam Indonesia yang dapat ditetapkan sebagai EPA menggunakan kuesioner Taylor dkk, serta pengambilan kesimpulan pendapat pemangku kepentingan melalui metode Delphi terhadap butir EPA yang telah disusun menggunakan kuesioner Hauer et al. Diskusi paneh ahli penelitian ini menghasilkan  28 EPA terbaru melalui penilaian kelayakan EPA sebagai unit kerja, esensi, dan peran menggunakan kuesioner Taylor dkk.  Metode Delphi menetapkan 28 butir EPA dapat diterima (Content Validity Index ≥ 80%). Pada analisis statistik tidak didapatkan perbedaan bermakna. Akhir tahap pendidikan butir EPA menunjukkan sebagian besar variasi yang tidak berbeda bermakna antara keempat kelompok dalam menentukan akhir tahap pendidikan suatu butir EPA.

 


Entrustable professional activities (EPA) is an assessment framework where teaching staff gives students responsibility to be carried out without supervision after students have sufficient competence. EPA is expected to be able to bridge daily performance of students, their competencies, and appropriate supervision so as to synergistically improve patient safety and education quality. Objective of this study was to determine activities of internal medicine resident as EPA in the competency-based educational curriculum of Indonesian internal medicine specialist education program. The study used a qualitative design which included literature review, expert panels to determine list of resident activities in Indonesian internal medicine specialist education program that could be designated as EPA using questionnaire by Taylor et al and drawing conclusions on stakeholder opinions through Delphi method on EPA items. Expert panel discussion resulted in 28 new EPAs through assessment using questionnaire by Taylor et al. The Delphi method determines that 28 EPA items are acceptable (Content Validity Index ≥ 80%). In statistical analysis, there was no significant difference. At the end of the education stage, the EPA item shows most of the variations do not differ significantly between the four groups in determining the final stage of education for an EPA item.

 

Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwan Rinaldi
Abstrak :
Mortalitas 30 hari pascaoperasi CABG di RSCM mencapai 13,96%. Angka ini jauh lebih besar dari mortalitas di Amerika Serikat 2% dan Pakistan 3,4%. Perbedaan yang besar ini menimbulkan pertanyaan adakah prediktor mortalitas lain selain yang terdapat pada EuroSCORE dan STS yang dapat menjadi prediktor mortalitas 30 hari pascaoperasi CABG di Indonesia. Penelitian ini berusaha mengetahui peran determinan praoperasi seperti yang terdapat pada EuroSCORE dan STS, determinan intraoperasi, dan pascaoperasi terhadap mortalitas 30 hari pascaoperasi CABG. Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif menggunakan data sekunder rekam medis pasien berusia > 18 tahun yang menjalani operasi CABG di Pusat Jantung Terpadu, Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo tahun 2012-2015. Analisis dilakukan secara multivariat regresi Cox untuk mendapat model akhir hubungan antara deteminan pra-, intra-, pasca-, dan perioperasi dengan mortalitas pascaoperasi CABG. Penelitian ini menunjukkan bahwa Terdapat hubungan antara disfungsi neurologi, disfungsi ginjal, disfungsi ventrikel kiri, lama klem aorta, durasi operasi, trombositopenia pasca operasi dan pemasangan IABP pasca operasi dengan HR (IK 95%) berturut-turut: 5,63 (2,18-14,49); 3,49 (1,30-9,42); 3,07 (1,30-7,23); 4,00 (1,62-9,88); 3,03 (1,08-8,49); 3,37 (1,40-8,14) dan 9,56 (4,03- 22,67). Di samping prediktor praoperasi yang sudah standar, lama klem aorta, durasi operasi, trombositopenia pascaoperasi dan pemasangan IABP pascaoperasi merupakan determinan yang perlu dipertimbangkan dalam memprediksi mortalitas 30 hari pascaoperasi CABG. ...... Thirty-day mortality after CABG surgery in dr. Cipto Mangunkusumo Hospital is 13.96%, higher than in the US (2%) and Pakistan (3.4%). This huge difference suggests that there are other predictors beside those included in EuroSCORE dan STS. This research aimed to determine the role of preoperative, intraoperative, postoperative, and perioperative determinants of CABG surgery in 30-day mortality after the procedure. This was a retrospective study using secondary data from medical record of patients who underwent CABG in Comprehensive Heart Care Centre, dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital in 2012-2015. Data were analysed using regresi Cox multivariate. This research showed that age, neurological dysfunction, renal dysfunction, left ventricle dysfunction, aortic clamp time, surgery duration, low platelet after surgery, and IABP support after surgery were associated with 30-day mortality after CABG with HR (95% CI) : 5,63 (2,18-14,49); 3,49 (1,30-9,42); 3,07 (1,30-7,23); 4,00 (1,62-9,88); 3,03 (1,08- 8,49); 3,37 (1,40-8,14) and 9,56 (4,03-22,67). In conclusion, besides scoring model determinants, low platelet count and administration of IABP after surgery should be considered as predictors of 30-day mortality after CABG.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library