Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Susilowati
"Pengembangan perumahan tidak akan terlepas dari pengembangan fasilitas yang akan memenuhi tiga kebutuhan pokok konsumen perumahan yaitu tempat belanja kebutuhan sehari-hari, tempat ibadah dan sekolah. Bagi konsumen perumahan, terutama keluarga muda atau keluarga yang memiliki anak usia sekolah dasar, pemilihan lokasi perumahan akan mempertimbangkan keberadaan sekolah dasar di lingkungan perumahan dan sekitarnya. Kondisi ini terjadi karena kemampuan jangkauan anak usia sekolah dasar masih relatif rendah atau tidak jauh dari tempat tinggalnya. Oleh karena itu sekolah dasar yang balk diharapkan berada dalam lingkungan perumahan, apalagi Iingkungan perumahan tersebut sengaja direncanakan oleh pengembang Di Kecamatan Kelapa Gading saat ini berkembang 37 sekolah dasar yaitu 17 sekolah dasar negeri (SDN) dan 20 sekolah dasar swasta (SDS), yang jika ditinjau lebih dalam terdapat beberapa perbedaan antara SDN dan SDS yaitu perbedaan distribusi lokasi, daya tampung siswa, jenjang akreditasi dan biaya pendidikan. Perbedaan antara SDN dan SDS yang disebutkan di atas, menyebabkan persaingan antar sekolah yang akan menambah perbedaan atau variasi antar sekolah dan akan mengurangi kesamaan akses terhadap pendidikan. Di sisi lain perkembangan SDS menimbulkan beberapa penyimpangan penggunaan lahan karena pemilihan lokasi SDS yang mempertimbangkan pasar sehingga perlu memperluas jangkauan pelayanan. Konsekuensinya lokasi yang dipilih seringkali tidak sesuai dengan kriteria lokasi SD. Hal ini mendorong munculnya pertanyaan penelitian yang perlu dijawab yaitu `Bagaimana penyediaan sekolah dasar di Kecamatan Kelapa Gading?', `Apakah penyediaan sekolah dasar sesuai dengan kebutuhan masyarakat (efektif)?', dan `Bagaimana penerapan kriteria penyediaan sekolah dasar di Kecamatan Kelapa Gading?'.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut maka akan dilakukan beberapa analisis dengan beberapa metode yaitu analisis deskriptif, perbandingan, non parametrik, faktor dan keruangan. Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah penyediaan SD 1) selaras dengan perkembangan perumahan walaupun menimbulkan kesenjangan antar SD dan penyimpangan penggunaan lahan, 2) melibatkan multistakeholder, 3) terutama SDS, didorong oleh permintaan masyarakat yang cukup tinggi terutama masyarakat dengan tingkat sosial ekonomi yang tinggi, penawaran pelayanan pendidikan yang kurang memadai, keterbatasan pemerintah serta dukungan pemerintah bagi swasta untuk lebih berperan dalam penyelenggaraan pendidikan, 4) efektif atau sesuai dengan kebutuhan masyarakat, 5) didasari oleh penerapan kriteria penyediaan SD mencakup perhitungan kebutuhan SD dan lingkup pelayanan SD, 6) tidak didasari oleh penerapan kriteria penyediaan SD mencakup alokasi lahan dan distribusi Iokasi, 7) terkait dengan distribusi lokasi SD, dipengaruhi oleh perkembangan perumahan, status sekolah dasar, kualitas sekolah dan penggabungan SD dengan jenjang sekolah lainnya. Kesimpulan ini diduga tidak hanya berlaku di Kecamatan Kelapa Gading, tetapi berlaku juga di wilayah lain yang memiliki karakteristik serupa.
Adapun rekomendasi penelitian ini adalah pemerintah harus menerapkan integrated and multi-stakeholders approach dalam penyediaan SD di Kecamatan Kelapa Gading (dan kasus lain yang serupa, mengkaji kembali kriteria penyediaan SD, membentuk format dan program kemitraan, dan pembenahan legal adminstratif penggunaan lahan dan perijinan pembangunan; pengembang harus merencanakan fasilitas perumahan yang memadai dan sesuai kebutuhan masyarakat sejak awal pengembangan perumahan dan sebagai bagian dari perencanaan pengembangan perumahan dengan mempertimbangkan rencana kota secara keseluruhan; yayasan pendidikan dan pemerintah harus mempertimbangkan berbagai hal dalam pemiiihan lokasi, dari faktor lokasi, perkembangan perumahan, status dan kualitas sekolah, penggabungan sekolah dan rencana kota secara keseluruhan; melakukan beberapa kajian lanjutan karena adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, mengenai kesenjangan SDN dan SDS, keterlibatan multi-stakeholder dalam penyediaan terkait dengan format dan program kemitraan antar stakeholder, penerapan kriteria penyediaan SD dengan kasus lain dan integrasi perencanaan fasilitas dengan perencanaan kota.

Facilities development in a housing development is inevitable and shall be able to provide three basic needs of housing consumer they are shopping places for common goods, worships places and schools. Housing consumer, typically young couples or a family with primary school-age children would consider chosen a housing complex by considering the presence of primary school in the neighborhood. This consideration was based on the limited mobility of primary school-age children to go to school. In this case, parents expecting that there will be good primary school in their neighborhood, especially when the neighborhood was planned/ designed by the housing developer, In Kecamatan Kelapa Gading currently established 37 primary schools consisting of 17 public schools (Sekolah Dasar Negeri - SDN) and 20 private schools (Sekolah Dasar Swasta -- SDS). Based on further review it was found out that there are few differences between them, such as location distribution, school capacity, accreditation level and tuition fee. These differences create higher school competition that will lead to school variation and decreasing equal access to education. In the other side the development of private primary school introduced few discrepancies in the land use implementation, since the private school's location is mainly selected based on market demands and the need to increase service area. As consequences of this selection, the chosen location usually not complies with the primary school location criteria.
Above facts triggered research questions, that will be answered in this research such as "How is the provision of primary school in Kecamatan Kelapa Gading?, 'Did the primary school provision meet the consumer needs (effective)?', and 'How does the implementation of primary school provision criteria in Kecamatan Kelapa Gading?'.
To answer above questions there are few analysis will be conducted by utilizing various analysis methods such as descriptive analysis, comparative analysis, non-parametric analysis, factorial analysis and spatial analysis. The conclusions of those analysis are 1) the provision of primary school is aligned with housing development even it's caused gap among primary schools and discrepancies in the land use, 2) the provision of primary school involves multistakeholders, 3) the provision of primary school, especially private primary school, is influenced by demand of consumer whose high social economic level, inadequate education service supply, Iimitations of government and supports from government for private sector to be involved in education service production 1 provision, 4) the provision of primary school met the consumer needs, 5) the provision of primary school is based on implementation of primary school provision criteria including calculation of primary school need and primary school service area, 6) the provision of primary school isn't based on implementation of primary school provision criteria including land classification and distribution of location, 7) the provision of primary school, especially primary school location distribution, influenced by housing development, school status, school quality and combination of primary school with other school level in one location. These conclusions are assumed to be applicable not merely in Kecamatan Kelapa Gading, but in other area that have similiar condition with Kecamatan Kelapa Gading.
Recommendations from this study are government must implement integrated and multi-stakeholders approach in primary school provision especially in Kecamatan Kelapa Gading (and other similar area), review the primary school provision criteria, create partnership format and program, and improve legal administrative approach in land use and building permit sector; ensure that developer must plan housing facilities as part of housing development plan with consideration to the entire of urban plan; education institution and government must consider some factors in location selection (location factors, housing development trend, status and quality school, and urban plan); conduct various further study, due to limitation of this study, related to the gap between private - public primary school, multi-stakeholders involvement in primary school provision in regards to the partnership format and program among stakeholders, the implementation of primary school provision criteria in another case and the integration of facilities planning into urban planning."
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T20232
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Susilowati
"Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan bahwa proporsi ruang terbuka hijau pada wilayah kota paling sedikit 30 % dari wilayah kota. Sedangkan RTH yang dimiliki oleh Jakarta baru mencapai 9.6 %. Pada kota-kota besar yang terlanjur sudah berkembang seperti Jakarta sulit memenuhi target tersebut termasuk di dalamnya RTH Pemakaman. Jakarta mengalami krisis lahan pemakaman dimana sudah banyak areal pemakaman yang penuh dan terjadi alih fungsi guna lahan. Hal ini menuntut penelitian untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi dalam implementasi kebijakan penataan ruang pada RTH dengan fokus areal pemakaman di Jakarta.
Penelitian ini menggunakan pendekatan positivism/ kuantitatif. Pengumpulan data sekunder dan wawancara mendalam dilakukan pada pihak pemerintah, swasta dan masyarakat. Faktor-faktor diperoleh dalam proses penelitian adalah ketersediaan anggaran, regulasi penataan ruang, struktur organisasi dan dukungan politik. Hasil penelitian menunjukan bahwa ketersediaan anggaran terbatas, regulasi penataan ruang menyimpang, struktur organisasi belum mendukung, dan dukungan politik tidak konsisten dalam membela kepentingan umum.

The Law Number 26 of the Year 2007 on space management mandates that the proportion of the green open space in the city area is at least 30% out of the city area. Meanwhile, the Green Open Space (GOS) owned by Jakarta only reaches 9.6%. In the big cities which have been developed like Jakarta, it is difficult to accomplish the target, including the target on the Cemetery GOS. Jakarta suffers from the cemetery land crisis as many cemetery areas are full, and the function of some of these cemetery areas has been altered. This situation requires research to seek for factors influencing the implementation of the space management policy on the GOS with the focus of the cemetery area in Jakarta.
This research uses the positivism/quantitative approach. The secondary data collection and the in-depth interview were conducted to the government, the private sector, and the society. The factors obtained in the research process are the budget availability, the space management regulations, the organizational structure, and the political support. The research results show that the budget availability is limited, the space management regulations deviate, the organizational structure has not supported, and the political support is not consistent in defending public interests.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
T35415
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suci Indah Susilowati
"ABSTRAK
Penelitian ini akan membahas mengenai fungsi apa yang dapat diintegrasikan kedalam Proyek Soekarno-Hatta International Airport Rail Link untuk meningkatkan daya saing proyek, risiko utama apa yang paling mempengaruhi nilai investasi dari proyek tersebut serta cara memitigasi risiko utama tersebut. Fungsi yang dapat diintegrasikan pada proyek SHIARL adalah adanya integrasi dengan proyek MRT dan Tunnel pengendali banjir serta utility shaft yang akan mengurangi permasalahan perkotaan yaitu kurangnya aksesibilitas, kemacetan dan banjir. Fungsi-fungsi tersebut diilustrasikan pada FAST Diagram. Selanjutnya dicari risiko utama dari proyek tersebut akibat penambahan fungsi. Setelah didapatkan risiko utama maka selanjutnya dilakukan mitigasi terhadap risiko tersebut.Teknik pengumpulan data menggunakan metode survey kuisioner, survey kuesioner dilakukan sebanyak dua kali. Kuesioner pertama untuk mengidentifikasi fungsi-fungsi tambahan apa yang dapat diintegrasikan pada proyek SHIARL. Kuesioner ke dua adalah untuk mencari risiko dominan pada proyek tersebut. Lalu dilakukan validasi pakar untuk mendapatkan rekomendasi mitigasi risiko tersebut.

ABSTRACT
This research will discuss about functions that can be integrated into Soekarno-Hatta International Airpor tRail Link project in order toenhance project competitiveness, the major risks that mostly affect the investment value of the project as well a show to mitigate these major risks. Functions that can be integrated on SHIARL project are the integration with MRT project and Tunnel flood contrlo,and also utility shafts that will reduce urban problems to include the lack of accessibility, congestion and flooding. The functions are illustrated in FAST Diagram. Subsequently, the major risk of this project due to the addition of functions will besought. Having obtained the major risks, the mitigation is done towards these risks. The data collection is done using questionnaire survey, where it was conducted twice. The first questionnaireis to identify what additional functions that can be integrated in the project SHIARL. The second questionnaire is to look for the dominant risk in the project. Expert validation is then conducted in order to get the risk mitigation recommendations."
2013
T38671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Susilowati
"Self-efficacy merupakan penilaian individu terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan. Individu yang tidak memiliki keyakinan untuk mencapai tujuan dapat menimbulkan stres karena kurangnya kepercayaan diri sehingga akan memperburuk kondisi kesehatannya dan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Hasil penelitian lain menyebutkan bahwa intervensi self-management program, dapat meningkatkan self-efficacy pada pasien hemodialysis. Teori Barbara menyebutkan ekspektasi hasil dan self-efficacy sama-sama penting menentukan perilaku kesehatan dan perlu memperhatikan keempat sumber self-efficacy. Tujuan penelitian: mengetahui efektivitas penerapan intergrasi program edukasi manajemen diri yang terintegrasi (website, WA grup, Message WA, Konseling) terhadap self-efficacy pasien kanker buli yang menjalankan hemodialisis. Metode penerapan EBN dengan melibatkan 5 pasien kanker buli yang menjalani hemodialisis, kemudian diberikan intervensi. Pengukuran self efficacy dengan instrument The chronic kidney disease self-efficacy (CKD-SE). Hasil penelitian: intergrasi program edukasi manajemen diri berbasis web berpengaruh terhadap self-efficacy pasien kanker buli yang menjalankan hemodialisis. Terjadi peningkatan skor sebesar 97% pada pengukuran ke-1, dan sebesar 0.85% pada pengukuran ke-2. Sub variabel yang memiliki nilai mean terbesar adalah sub variabel otonom, skor peningkatan terbesar pada pengukuran ke-1 adalah sub variabel dukungan sosial (103%). Sedangkan, pada pengukuran ke-2 peningkatan terbesar yaitu sub variabel intergrasi diri (2,29%). Dari hasil penelitian ini diharapkan ada penelitian lanjut untuk melihat dampak efikasi tersebut.

Bladder cancer patients are the second largest cancer case (11.28%) in the hemodialysis unit and in 2023, there is an increase in bladder cancer cases, which is 12.63%, so bladder cancer patients need to be managed by providing good nursing care, one of which is by providing patient self-management education/intervention by applying Barbara's self-efficacy theory which looks at aspects of self-efficacy sources by providing enactive attainment, role models, verbal persuasion and psychological reciprocity. Residents apply Evidence-Based Practice Nursing (EBPN) in caring for five bladder patient cases. The EBPN used aims to overcome self-efficacy problems in buli cancer patients undergoing hemodialysis. The method used as a nursing intervention is an Integrated Self-Management Program (Website, WhatsApp group, Message by SMS/ WA and faceto-face/counseling). The intervention of an integrated self-management program in the management of five managed cases has a significant effect in increasing patient selfefficacy. Increasing the score of 97% in the first measurement, and by 0.85% in the second measurement. The sub-variable that has the largest mean value is the autonomous, the largest increase score is the social support (103%) in the first measurement. Meanwhile, the second measurement is the self-integration (2.29%). The nursing implication is encouraging nurses to strengthen patients' confidence in performing daily care, such as medication management, wound care, or health monitoring independently and holistically."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library