Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indah Uswatun Hasanah
"Propranolol Hidrochloride to belong to the drug of reseptor β-adrenergik inhibitor non selective. Reseptor β-adrenergik inhibitor by propranolol hydrochloride will lessen the heartbeat and contractility miokard. Dissolution rate represent the limiting step drug absorption.
The aim of is to know the comparison of dissolution profile two trademark of tablet of propranolol hydrochloride 10 mg produced by PMA and PMDN with using parameter of difference factor (F1) and similarity factor ( F2). The result showed that the amount of propranolol hydrochloride which dissolution after 1 hour from tablet A (comparator tablet) 104,87% and tablet B 106,84%.
Calculation result the difference factor (F1) and similarity factor (F2) indicate that dissolution profile of tablet A (comparator tablet) with the tablet B in medium buffer chloride pH 1,2 showed the dissolution profile which do not different.

Propranolol Hidroklorida merupakan obat penghambat reseptor β-adrenergik non selektif. Penghambat reseptor β-adrenergik oleh Propranolol Hidroklorida akan mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas miokard. Kecepatan disolusi merupakan tahap penentu pada absorpsi obat.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan profil disolusi dua merek dagang tablet Propranolol Hidroklorida 10 mg yang diproduksi oleh PMA dan PMDN dengan menggunakan parameter faktor perbedaan (F1) dan faktor persamaan (F2).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah Propranolol Hidroklorida yang terdisolusi setelah 1 jam dari tablet A (tablet pembanding) 104,87% dan tablet B 106,84%. Hasil perhitungan nilai f1 dan f2 menunjukkan bahwa profil disolusi tablet A (tablet pembanding) dengan tablet B dalam media dapar klorida pH 1,2 tidak berbeda."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2008
S33075
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Uswatun Hasanah
"Suku Dinas Kesehatan merupakan lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab dalam melaksanakan pelayanan perizinan, perencanaan, Pengadaan, pengendalian, dan penilaian efektivitas pelayanan kesehatan di wilayah kota administrasi dan kabupaten. Untuk mengetahui peran apoteker di Pemerintahan serta kendala dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian di Suku Dinas Kesehatan, maka Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan Suku Dinas Kesehatan Jakarta Utara menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 17 Juni-28 Juni 2013. Berdasarkan pengamatan selama praktek kerja di Pemerintahan, apoteker memiliki peran dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Suku Dinas Kesehatan, yakni pada proses perizinan, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian sarana serta tenaga kefarmasian. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan pekerjaan kefarmasian yaitu pengadaan obat harus dioptimalkan dengan menerapkan sistem pengadaan elektronik sehingga dapat menghemat anggaran biaya puskesmas. Sedangkan dibidang pelayanan kefarmasian diseluruh puskesmas kecamatan di jakarta utara perlu ditingkatkan dengan penambahan jumlah apoteker. Pelaksanaan pengadaan obat secara e-purchasing sistem e-catalog di puskesmas kecamatan Kelapa Gading Jakarta Utara merupakan tugas khusus yang diberikan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

Sub Health Department is the government agency responsible for implementing licensing services, planning, procurement, control, and assessment of the effectiveness of health services in municipalities and counties. Therefore, The Professional of Apothecary Program University of Indonesia in collaboration with sub health department administrative city Jakarta held a Professional Field Work of Apothecary, period of June17nd-June28st, 2013. Based on an observation, pharmacists have a role in the performance of duties and functions of the sub health department, which is in the process of licensing, training, supervision, and control facilities and personnel pharmacy. Problems in performing the work of pharmacy that drug procurement should be optimized by implementing an electronic procurement system so that it can save the cost of health center budgets. While the field of pharmacy services throughout the district health center in northern Jakarta needs to be improved with the addition of a pharmacist. The implementation procurement drug of e-purchasing with e-catalog systems in district health centers at Kelapa Gading, North Jakarta is special assignment report which given in this Professional Field Work of Apothecary.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Uswatun Hasanah
"Apoteker merupakan salah satu dari tenaga kesehatan yang berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien di Rumah Sakit. Untuk mengetahui dan memahami peran apoteker di Rumah Sakit serta kendala dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit, maka Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan Rumah Sakit Marinir Cilandak menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 08 Juli-30 Agustus 2013. Berdasarkan pengamatan selama praktek kerja di Rumah Sakit, peran apoteker diantaranya adalah memberikan pelayanan kefarmasian secara klinik dan non klinik. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian yaitu belum berjalannya farmasi klinik karena keterbatasan Sumber Daya Manusia, belum diterapkan sistem distribusi obat rawat inap secara dosis unit, dan belum optimalnya peran Panitia Farmasi dan Terapi dalam menetapkan dan mengawasi kebijakan penggunaan obat di lingkungan Rumah Sakit. Analisis biaya penggunaan perbekalan kesehatan di ruang operasi Rumah Sakit Marinir Cilandak untuk pasien dengan jaminan Askes periode Mei-Juni 2013 merupakan tugas khusus yang diberikan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

Pharmacist is one of health professional who give health service for patient in hospital. Therefore, The Professional of Apothecary Program University of Indonesia in collaboration with Cilandak Naval Hospital held a Professional Field Work of Apothecary, period of July8nd-August30st, 2013. Based on an observation, Pharmacists give their services not only for clinical but also nonclinical. Limiting of human resources is being their problem now. It makes that not only clinical pharmaceutical care but also drug distribution system is not doing yet. Determination and Controlling of drugs use policy held by Committee of Pharmaceutical and Medical are not doing optimal yet. Cost of medical supplies usages analysis in ASKES’s patient at operating room in Cilandak Naval Hospital period of May-June 2013 is special assignment report which given in this Professional Field Work of Apothecary.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Uswatun Hasanah
"Apotek sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan merupakan tempat dilakukannya praktek kefarmasian oleh apoteker. Keberadaan apotek di lingkungan masyarakat ditujukan untuk menjamin tersedianya sediaan farmasi yang cukup bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, maka apoteker perlu mengetahui dan memahami bagaimana cara melakukan pengelolaan sediaan farmasi yang tepat sehingga selalu tersedia di apotek dan dapat disalurkan kepada masyarakat. Adanya peran apoteker dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di Apotek, maka Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia bekerja sama dengan Apotek Keselamatan menyelenggarakan Praktek Kerja Profesi Apoteker periode 02 September-11 Oktober 2013. Berdasarkan pengamatan selama praktek kerja di Apotek, peran apoteker dalam pengelolaan apotek yang meliputi kegiatan administrasi, manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, penjualan dan pemusnahan perbekalan farmasi telah dilakukan dengan baik. Kendala yang dihadapi dalam menjalankan pelayanan kefarmasian yaitu belum tersedianya tempat khusus bagi pasien untuk melakukan konseling dengan apoteker sebagai sarana penunjang pelayanan kefarmasian yang berorientasi pada pasien, serta belum disediakannya brosur dan poster kesehatan di ruang tunggu sebagai sarana edukasi pelanggan. Studi kasus asma pada serangan akut berat merupakan tugas khusus yang diberikan pada Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.

Apothecary as a health care facility is a place where the practice of pharmacy by a pharmacist. Presence in the community pharmacy is intended to ensure the availability of sufficient pharmaceutical preparations for the community. To achieve this goal, the pharmacist needs to know and understand how to do the proper management of pharmaceutical preparations that are always available in pharmacies and can be distributed to the public. Therefore, The Professional of Apothecary Program University of Indonesia in collaboration with Apothecary Keselamatan held a Professional Field Work of Apothecary, period of September2nd-October11st, 2013. Based on an observation, the role of the pharmacist in management pharmacy activities include administration, management financial, procurement, storage, sales and extermination of pharmaceutical have well done. Constraints faced in implementing pharmacy services, namely the unavailability of a special place for patients to seek counseling with a pharmacist as a means of supporting pharmacy services on patient-oriented, and not the provision brochures and posters of health in waiting rooms as a means of educating the customer. Study case asthma attack of acute severe is special assignment report which given in this Professional Field Work of Apothecary.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Uswatun Hasanah
"Telah dilakukan pelapisan diamond-like carbon (DLC) dengan metode plasma enhanced chemical vapour deposition (PECVD). Variasi parameter jenis gas, temperatur, tekanan, dan architecture coating dilakukan untuk mengetahui karakteristik lapisan diamond-like carbon yang terbentuk. Diamond dan grafit adalah alotrop karbon yang paling banyak diketahui. Diamond merupakan mineral alam yang paling keras yang memiliki struktur hibridisasi sp3 dan memiliki sifat ketahanan terhadap abrasive. Sedangkan grafit memiliki sifat yang lunak dengan struktur hibridisasi sp2. Diamond-like carbon adalah bentuk karbon amorf metastabil yang memiliki hibridasi sp3 dan sp2.
Dalam penelitian ini dilakukan rekayasa lapisan diamod-like carbon di atas permukaan substrat AISI D2 dengan metode chemical vapour deposition berupa plasma lucutan pijar yang biasa disebut plasma enhanced chemical vapour deposition. Digunakan liquid petroleum gas (LPG) sebagai sumber gas hidrokarbon yang lebih murah dan mudah di dapat. Selain itu juga dilakukan variasi parameter tempespratur dan tekanan untuk mengontrol rasio sp3/sp2. Selanjutnya architecture coating dengan metode double layer dipilih sebagai upaya untuk memperbaiki lapisan single layer. Karakterisasi raman dilakukan untuk membuktikan pembentukan lapisan diamond- like carbon serta rasio ID/IG (Intensity Graphitic/Intensity Disorder). Selain itu pengujian mekanik dan keausan dilakukan untuk mengetahui hubungan rasio sp3/sp2 terhadap rekayasa yang telah dilakukan.
Penggunaan reaktan gas LPG sebagai sumber gas hidrokarbon untuk pelapisan berhasil meningkatkan nilai kekerasan lebih besar yaitu 418,08 HV dibandingkan dengan nilai kekerasan menggunakan gas C2H2 (388,58 HV). Selain itu penggunaan gas LPG menghasilkan CoF lebih kecil sebesar 5,52 x 10-3 sedangkan gas C2H2 didapatkan 7,59 x 10-3. Hal ini dikarenakan rasio H/C pada LPG yang lebih besar yaitu 2,3 sedangkan pada C2H2 yaitu 1. Daya lekat yang dimiliki lapisan dengan gas LPG maupun gas C2H2 memiliki kriteria klasifikasi yang sama yaitu 5B. Didapatkan ketebalan lapisan menggunakan gas LPG lebih besar yaitu 38,65 µm, sedangkan lapisan dengan gas C2H2 sebesar 25,7 µm. Ketebalan ini dipengaruhi oleh kandungan karbon di permukaan, didapatkan bahwa kandungan karbon LPG sebesar 50,57% sedangkan pada gas C2H2 sebesar 35,9%. Nilai rasio ID/IG penggunaan gas LPG berhasil menurunkan rasio yaitu 1.17 dibandingkan dengan gas C2H2 yaitu sebesar 1.31. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin bear rasio sp3/sp2 nya, hal ini akan memperbaiki sifat mekanik di permukaan.
Pengaruh parameter temperatur dan tekanan pelapisan juga telah dilakukan untuk merekayasa lapisan diamond-like carbon. Didapatkan bahwa nilai kekerasan terbesar terjadi di tekanan 1.6 mbar sebesar 445,51 HV, sedangkan pada temperatur yang lebih rendah yaitu 400 oC dihasilkan kekerasan yang lebih besar yaitu 448,06 HV dibandingkan nilai kekerasan pada temperatur yang lebih tinggi (450 oC). Kenaikan tekanan pada 1.6 mbar berhasil menurunkan CoF menjadi 1.3 x10-3. Selain itu juga pada temperatur 400oC dihasilkan nilai CoF yang lebih kecil sebesar 1,15 x10-3, sedangkan pada temperatur 450oC didapatkan 5,52 x10-3. Hal ini dikarenakan kenaikan tekanan akan menghasilkan volume gas yang meningkat dan menghasilkan deposisi yang semakin banyak di permukaan substart yang menyebabkan kekerasan dan ketahanan ausnya meningkat. Kemudian pada temperatur rendah akan menghasilkan tumbukan antar gas dengan energi yang lebih kecil untuk menghasil sp3 lebih banyak, sehingga hal ini menyebabkan peningkatan kekerasan dan ketahanan keausan pada lapisan DLC. Daya lekat yang dimiliki lapisan diamond-like carbon pada semua varisasi temperatur dan tekanan memiliki kriteria klasifikasi yang sama yaitu 5B. Peningkatan temperatur berhasil meningkatkan ketebalan yaitu 38,65 µm. Sedangkan peningkatan ketebalan lapisan didapatkan pada tekanan yang rendah yaitu 1.2 mbar sebesar 28,9 µm. Kenaikan tekanan pada 1.6 mbar berhasil menurunkan rasio ID/IG sebesar 0,84 dibandingkan pada tekanan 1.4 dan 1.2 mbar masing-masing sebesar; 0,96 dan 1,17. Penurunan temperatur terbukti berhasil menurunkan rasio ID/IG sebesar 0,78. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin bear rasio sp3/sp2 nya, hal ini akan memperbaiki sifat mekanik di permukaan.
Selain pelapisan single layer, architecture coating dengan metode double layer telah dilakukan untuk memperbaiki sifat lapisan single layer. Kemudian pengembangan lapisan interlayer kromium juga dilakukan sebagai metode architecture coating lainnya. Pada tahap penelitian architecture coating diperoleh dengan metode double layer Rekayasa 1 didapatkan nilai kekerasan 438,7 HV dan CoF sebesar 2.9x10-3. Hal ini dikarenakan pengaruh gas LPG pada tahap 2 di rekayasa 1 yaitu penggunaan gas LPG, tahap akhir disetiap rekayasa menentukan sifat dari lapisan DLC. Daya lekat yang dimiliki architecture coating Rekayasa 1 dan Rekayasa 2 juga memiliki kriteria klasisfikasi yang sama dengan lapisan diamond-like carbon single layer yaitu 5B. Selain itu juga ketebalan lapisan Rekayasa 1 dan Rekayasa 2 didapatkan masing masing; 30,1 µm dan 24,3 µm. Hal ini dikarenakan jumlah kandungan karbon di permukaan pada Rekayasa 1 lebih besar yaitu 48,74% dan pada Rekayasa 2 yaitu sebesar 29,08%. Architecture coating Rekayasa 1 memiliki nilai rasio ID/IG yang lebih kecil dibandingkan Rekayasa 2 yaitu masing-masing; 0,89 dan 0,96. Semakin kecil nilai rasio maka akan semakin besar rasio sp3/sp2 nya, hal ini akan memperbaiki sifat mekanik di permukaan. Lapisan interlayer chromium pada rekayasa parameter arus dan waktu pelapisan berhasil memperbaiki sifat mekanik dan ketahanan aus subtrat AISI D2. Kenaikan nilai kekerasan seiring dengan penurunan laju keausan yang mencapai 2,85 x 10-6. peningkatan arus listrik meningkatkan migrasi ion chromium dari larutan elektrolit ke katoda dan menghasilkan lebih banyak chromium di permukaan.

A diamond-like carbon coating has been carried out using the plasma enhanced chemical vapor deposition method. Variations in the parameters of gas type, temperature, pressure, and architecture coating were carried out to determine the characteristics of the diamond-like carbon layer formed. Diamond and graphite are the most widely known allotropes of carbon. Diamond is the hardest mineral with an sp3 hybridized structure and abrasive resistant properties. Meanwhile, carbon has a soft nature with an sp2 hybridization structure. Diamond-like carbon is a metastable amorphous carbon form with sp3 and sp2 hybridization.
In this study, we fabricate diamond-like carbon coatings on AISI D2 substrates using glow discharge plasma-enhanced chemical vapor deposition. LPG gas is used as a cheap and readily available source of hydrocarbon gas. In addition, we modified the temperature and pressure parameters to control the sp3/sp2 ratio. In addition, a double- layer coating structure was chosen to improve the single-layer coating. Raman characterization was performed to demonstrate the formation of diamond-like carbon layers and the sp3/sp2 ratio. Additionally, mechanical and abrasion tests were performed to determine the relationship between the sp3/sp2 ratio and the technique performed.
Using LPG gas reactants as a source of hydrocarbon gas for coatings increased the hardness value to , 418.08 HV as compared to 388.58 HV when using C2H2 gas reactants. In addition, using LPG gas resulted in a CoF of 5.52 x 10-3, whereas C2H2 gas yielded 7.59 x 10-3. This is because the ratio of hydrogen to carbon in LPG is greater than in C2H2; 2.3, 1 respectively. The adhesion of the coating with LPG gas and C2H2 gas has the same classification, 5B, as the adhesion of the coating with C2H2 gas. It was determined that the layer with LPG gas was thicker, measuring 38.65 µm, than the layer with C2H2 gas, which measured 25.7 µm. This thickness is influenced by the carbon content on the surface; it was determined that the carbon content of LPG was 50.57 % while it was 35.9% for C2H2 gas. Using LPG gas, the ID/IG ratio decreased to 1.17 from 1.31 when C2H2 gas was utilized. The greater the sp3/sp2 ratio, the better the mechanical properties of the surface, the smaller the ratio.
The influence of coating temperature and pressure parameters has also been carried out to engineer diamond-like carbon coatings. At a pressure of 1.6 mbar, the highest hardness value was 445.51 HV, while at a lower temperature of 400 oC, the hardness value was 448.06 HV, which was greater than the hardness value at a higher temperature (450 oC). The pressure increase at 1.6 mbar was able to decrease the CoF to 1.3 x 10-3. In addition, a CoF value of 1.15 x10-3 was measured at 400oC, whereas 5.52 x10-3 was measured at 450oC. This is due to the fact that an increase in pressure will result in an increase in gas volume, leading to an increase in deposition on the surface of the substrate, thereby increasing its hardness and wear resistance. Then, at low temperatures, encounters between gases with less energy produce more sp3, resulting in an increase in the DLC layer's hardness and wear resistance. The adhesion of the diamond-like carbon layer is classified as 5B regardless of variations in temperature and pressure. Temperature increase resulted in a thickness increase of 38.65 m. While the increase in layer thickness was achieved at a low pressure of 1.2 mbar and 28.9 µm, it was observed at a thickness of 28.9 µm. Increased pressure at 1.6 mbar decreased the ID/IG ratio by 0.84 compared to pressures of 1.4 and 1.2 mbar, by 0.96 and 1.17 respectively. The ID/G ratio was successfully decreased by 0.78 by lowering the temperature. The greater the sp3/sp2 ratio, the better the mechanical properties of the surface, the smaller the ratio.
In order to enhance the properties of single layer coating, architecture coating with double layer method has also been implemented. The development of the chromium interlayer layer as an additional architectural coating method followed. At the architectural coating research stage, the double layer Design 1 method yielded a coating with a hardness of 438.7 and a CoF of 2.9 x 10-6. This is due to the effect of LPG gas in stage 2 of design 1. The final stage of this design affects the characteristics of the DLC layer. The adhesive strength of Design 1 and Design 2 is also classified as 5B, the same as the single-layer diamond-like carbon coating. In addition, the thickness of Design 1 and Design 2 layers were determined to be 30,1 µm and 24,3 µm, respectively. This is because the surface carbon content of Design 1 is 48.74% higher than Design 2, which is 29.08%. Design 1's architectural coating has a lower ID/G ratio than Design 2's; 0.89 and 0.96, respectively. The surface's mechanical properties will be enhanced as the ratio decreases and the sp3/sp2 ratio increases. The mechanical properties and wear resistance of the AISI D2 substrate were enhanced by the chromium interlayer coating on the current and coating time parameter optimization. The increase in hardness value corresponded to the 2.85 x 10-6 decrease in wear rate. The increase in ecurrent increases the migration of chromium ions from the electrolyte solution to the cathode, resulting in a greater concentration of chromium on the surface.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library