Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Linda Jati Kusumawardani
"Peningkatan kebutuhan terhadap energi dan kesadaran akan ancaman polusi lingkungan, medorong kebutuhan akan adanya solusi terhadap energi yang bersih dan berkelanjutan. Material semikonduktor TiO2 merupakan material yang diharapkan dapat memainkan peran penting untuk membantu menyelesaikan masalah krisis energi melalui pemanfaatan energi matahari berbasis perangkat fotovoltaik. Dye sensitized Solar Cells (DSSC) merupakan sel surya alternatif yang lebih murah dibandingkan dengan sel fotovoltaik berbasis silikon. Pada penelitian ini dilaporkan proses fabrikasi DSSC menggunakan TiO2 nanotube serbuk yang diperoleh dari anodisasi plat Ti dengan teknik Rapid Breakdown Anodization (RBA) dalam elektrolit HClO4 0,15 M. Beberapa variasi potensial yang diberikan, yaitu 10, 13, 14, 15 dan 20 V dengan tujuan untuk memperoleh area permukaan yang lebih luas dengan waktu sintesis yang cepat, sehingga menghasilkan DSSC dengan efisiensi yang lebih tinggi.
Berdasarkan waktu sintesis yang diamati, TiO2 nanotube dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif cepat adalah yang diperoleh dari hasil sintesis pada potensial 15 V dan 20 V, yaitu kurang dari 3 jam. Dari hasil karakterisasi TiO2 nanotube serbuk yang diperoleh tersebut diketahui TiO2 hasil sintesis dengan teknik RBA pada potensial 15 V pada suhu kalsinasi 500oC memiliki area permukaan yang lebih luas, yaitu 69,723 m2/g dibandingkan dengan potensial 20 V pada suhu kalsinasi 500oC, yaitu 63,824 m2/g. TiO2 nanotube-serbuk tersebut kemudian diaplikasikan sebagai perangkat DSSC untuk mengetahui pengaruhnya pada konversi energi surya ke energi listrik. Pada aplikasinya sebagai DSSC, elektroda pendukung yang digunakan dibuat dari deposisi larutan 5 mM H2PtCl6 sebagai partikel Pt pada substrat kaca fluorine-doped tin oxide (FTO) yang memiliki hambatan < 11 Ω/cm2. TiO2/FTO pada sistem DSSC dikarakterisasi gdengan menggunakan FESEM, diperoleh ketebalan film TiO2 sekitar 1,6-1,7 μm dan Spektrofotometer UV-Vis. Sedangkan pengujian nilai efisiensinya diukur dengan metoda Linier Sweep Voltametry menggunakan potensiostat.
Iluminasi pada bagian depan (Frontside Illumination) kemudian dibandingkan dengan iluminasi pada bagian belakang pada system DSSC (Backside Illumination). Nilai efisiensi tertinggi yang diperoleh adalah 2,63% dibawah sumber cahaya lampu halogen 150 watt pada kondisi Frontside Illumination. Nilai tersebut diperoleh dari DSSC berbasis TiO2 yang disintesis dengan potensial 15 V dengan menggunakan zat warna Alizarin Red S. Kondisi yang sama untuk untuk DSSC dengan TiO2 dari proses sintesis pada 20 V menghasilkan efisiensi hanya 0,006%.
......
An increasing energy demand and environmental pollution concern, lead to a pressing need for a clean and sustainable energy solutions. TiO2 semiconductor material is expected to play an important role in helping solve the energy crisis through effective utilization of solar energy based on photovoltaic devices. Dye-sensitized solar cells (DSSCs) are potentially lower cost alternative to inorganic silicon-based photovoltaic cells. In this study, we report on the fabrication of DSSCs, which was constructed by TiO2 nanotubes powder, produced by rapid breakdown anodization (RBA) of Ti foil. The RBA was conducted in 0.15 M HClO4 electrolyte with variations voltage, namely 10, 13 14, 15 and 20 V to obtain better surface area in order to increase efficiency of DSSC in a quickly synthesize.
Based on the observation during anodizing process, nanotube TiO2 powder can be obtained in rapid condition, less than 3 hours by anodization potential applied at 15 and 20 V. Characterization of morphology and surface area of these nanotube titania powder showed the best TiO2 nanotube was obtained by the RBA technique with applied potential 15 V, 69,723 m2/g, meanwhile for potential 20 V is 63,824 m2/g in the same calcination temperature. These Titania will be utilized as DSSC to compare its performance. The counter electrode was made by electrodeposition of Pt from an aqueous solution of 5 mM H2PtCl6 onto fluorine doped tin oxide (FTO) glass substrate. The TiO2/FTO were characterized by FESEM which is obtained thin film of TiO2 is around 1,6-1,7 μm and Spectrofotometer DRS UV-Vis, while efficiency was measured by Linier Sweep Voltametry method using potensiostat.
The frontside of illuminated DSSCs were compared with the backside one. The highest cell efficiency was 2,63% under 150 W using halogen as light source at frontside illumination which is obtained from TiO2 which is synthesized on 15 V and using Alizarin Red S as sensitizer. That efficiency is higher than TiO2 on 20 V in the same condition (0,006%)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Kusumawardani
"Keunggulan-keunggulan material baja tahan karat dua fasa austenitik-ferritik (duplex) UNS32205 pada penggunaannya di industri MIGAS tidak terhindar dari pekerjaan pengelasan perbaikan yang kadang diperlukan untuk menghilangkan cacat pengelasan. Proses pengelasan perbaikan berulang sebanyak empat kali dilakukan dengan menggunakan proses manual SMAW dan masukan panas yang relatif rendah (0,66 KJ/mm) kemudian diuji nilai kekerasan dan ketahanan pasifasi terhadap air laut dengan metode yang sekarang banyak digunakan yaitu Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) dimana sebelumnya dicelup kedalam larutan NaCl 3.5% sebagai simulasi air laut. Uji komposisi, struktur mikro, dan perbandingan dengan literature lain tentang pengelasan perbaikan berulang pada material baja tahan karat lainnya dipelajari dan digunakan sebagai pembanding untuk melihat pengaruh dan kecenderungannya. Kenaikan nilai kekerasan sebesar 7,5% untuk perbaikan pertama dan 5,8% untuk perbaikan keempat dari logam induk dan nilai uji tarik perbaikan keempat yang hanya berbeda 0,7% dari logam induk mengindikasikan tidak adanya pengaruh yang signifikan dari pengelasan berulang dengan masukan panas 0,66 KJ/mm terhadap sifat mekanis. Hal ini didukung dari perubahan yang tidak signifikan dari bentuk struktur mikro yang tidak jauh berbeda pada daerah HAZ. Adanya perbedaan fraksi ferrit dari untuk tiap urutan pengelasan perbaikan yang hanya meningkat 0,29% akibat perbaikan empat kali dari pengelasan awal dan adanya sedikit fasa intermetalik didalam logam lasan seperti sigma σ, dan austenit kedua γ2 tidak terlalu mempengaruhi nilai tahanan polarisasi dari hasil EIS.
......Nowadays, Application of duplex stainless UNS32205 in the Oil and Gas industry still cannot avoid welding repair work that sometimes is necessary to eliminate welding defects. Four times multiple welding repairs using SMAW process with low heat input (0,66 KJ/mm) are performed as measured variable. Hardness value and corrosion resistance of passivation in sea water are tested using method that is now widely used, Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS), after immersed into a solution of NaCl 3.5% as simulated sea water. Chemical composition, microstructure, and literature review are used as a comparison to study the effects and tendency of multiple welding repairs. Hardness value that increases for 7,5% for first repair and 5,8% for second repair and tensile strength that only differ 0,7% from base metal have indicated less effects of 4 times multiple repairs using heat input of 0,66 KJ/mm to mechanical properties. Similar microstructures, intermetallic phases (sigma, σ and second austenite, γ2), and 0,29% increment of ferrite fraction has been observed in weld metal and HAZ of each sample of 4 times multiple repairs. However, these factors still have not shown a significant behaviour related to polarization resistance value from EIS result."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T42980
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jati Kusumawardani
"Cylinder head, sebagai ruang pembakar mesin pada kendaraan sepeda motor terbuat dari Al-9Si-2Cu yang sifatnya ringan, kuat, dan tahan korosi. Adapun, beberapa masalah yang ditemui dalam produksi cylinder head adalah porositas dan penyusutan yang menyebabkan kebocoran. Penelitian ini mempelajari penambahan penghalus butir titanium sebagai alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi proses pembekuan. Selain itu, dilakukan proses perlakuan panas penuaan dengan tujuan untuk menganalisa peningkatan kekerasan saat penuaan.
Pada penelitian ini dilakukan penambahan 0,027 wt. % Ti dengan memberikan penghalus butir AlTi yang berbentuk serbuk pada temperatur 760 °C ke dalam Al-9Si-2Cu pada kondisi lebur. Sampel aluminium cair tersebut diinjeksikan menggunakan metode Low Pressure Die Casting (LPDC). Kemudian, pada sampel dilakukan solution treatment pada temperatur 525 °C selama satu jam, pencelupan ke dalam air, dan dilanjutkan dengan penuaan alami (T4) pada temperatur ruang selama 400 jam, serta penuaan buatan (T6) pada temperatur 200 °C selama 100 jam. Pada selang waktu tertentu dilakukan pengujian kekerasan dan observasi mikrostruktur terhadap sampel untuk mengamati kecenderungan perubahan kekerasan dan perubahan yang terjadi pada mikrostruktur. Setelah itu, pada kedua sampel dilakukan x-ray mapping untuk mengetahui distribusi unsure yang terlarut di dalam paduan.
Penambahan penghalus butir pada Al-9Si-2Cu meningkatkan kekerasan sebesar 6,67 % pada kondisi as cast. Setelah dikenakan perlakuan panas, kekerasan maksimal pada paduan tanpa penambahan titanium mencapai 113,7 dan 113,5 BHN pada penuaan alami (T4) selama 400 jam dan penuaan buatan selama 6 jam. Sedangkan, pada paduan dengan penambahan 0,027 wt. % Ti, kekerasan maksimal mencapai 117,9 dan 122,1 BHN pada penuaan alami (T4) selama 400 jam dan penuaan buatan selama 6 jam. Kenaikan nilai kekerasan ini dikonfirmasikan dengan hasil X-ray mapping dimana unsur Ti tersebar lebih banyak pada sampel dengan penambahan penghalus butir. Unsur lain seperti Al, Si, Fe, Mn terkandung pada fasa intermetalik (Al3 (Fe,Mn)Si2 dan Al12(MnCuFe)3Si2). Mg dan Cu terdispersi sebagai fasa presipitat. Berdasarkan mikrostruktur, terlihat bahwa penambahan 0,027 wt. % Ti dapat mengubah kristal AlSi yang berbentuk serpihan menjadi jarum.

Cylinder head, a part of combustion engine of a motorcycle is usually made of Al-9Si-2Cu alloys. These alloys are popular due to its low weight, strength, and corrosion resistance. Cylinder head is produced through Low Pressure Die Casting (LPDC) process which is prone to porosity and shrinkage, resulted in leakage. This research aimed to reduce the defects by adding grain refiner of titanium further heat treatment processes also conducted to increase hardness of the alloys.
An amount of 0.027 wt. % Ti in the form of Al-Ti flux was added to Al-9Si-2Cu alloy at 760 ºC. Afterwards, samples were solution treated at 525 ºC for 1 h, water quenched, and then naturally aged (T4) at room temperature for 400 h and artificially aged (T6) at 200 °C for 100 h. Hardness testing and microstructure observation were performed to study age hardening response and evolution of microstructure. X-ray mapping was conducted to reveal distribution of solute elements in the alloys during ageing.
Grain refinement of Al-9Si-2Cu alloy increased the hardness of ~ 6.67 % at ascast condition. Upon ageing, the alloys with no titanium reached maximum hardness of 113.7 BHN after 400 h for T4 and 113.5 BHN after 6 h for T6. Otherwise, the alloys added with 0.027 wt. % Ti, reached maximum hardness of 117.9 BHN after 400 h for T4 and 122.1 BHN after 6 h for T6. The increment of hardness was also confirmed by x-ray mapping result that showed more uniform distribution of Ti in the alloys with grain refiner than those without grain refiner. Other element such as Al, Si, Fe, Mn, were detected inside intermetallic phases of Al3 (Fe,Mn)Si2 and Al12(MnCuFe)3Si2. Mg and Cu were dispersed as precipitate phases. Addition of titanium also changed the morphology of AlSi crystal from cuboidal to needle-like shape.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41759
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library