Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Julianty Pradono
"ABSTRAK
Ruang lingkup penelitian ialah gizi kerja dalam hubunggannya dengan produktivitas kerja. Makan pagi merupakan salah satu faktor yang diasumsikan berhubungan dengan produktivitas kerja sedangkan kadar gula darah secara kualitatif dapat mengukur masukan kalori makan pagi. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan masukan kalori makan pagi dengan kadar gula darah dan produktivitas kerja terhadap 81 tenaga kerja wanita (TKW) bagian jahit perusahaan tenun di Jakarta pada bulan Nopember 1994 dengan alasan rendahnya pencapaian target produksi {40 %) di perusahaan ini. Penelitian ini menggunaan desain pendekatan kros seksional, data dikumpulkan dengan melakukan wawancara, "recall" 2x24 jam, pemeriksaan fisik, pemeriksaan hemoglobin dan kadar gula darah, pencatatan hasil produksi mulai jam 7.00 sampai jam 12.00 pada hari penelitian. Hasil penelitian menunjukkan, 9 (11,1 %) TKW tidak makan pagi, 30 (37 %) TKW makan pagi dengan kalori kurang, 42 (51,9 %) TKW makan pagi dengan kalori cukup. Masukan makanan harian secara kualitatif 91,4 % kurang bervariasi. Secara kuantitatif menunjukkan protein {56,52 %), vitamin C dan besi belum mencukupi AKG yang dianjurkan WNPG V tahun 1993. Status gizi TKW 11,1 a kurang, 70,4 % normal dan 18,5 % lebih. Uji statistik mendapatkan adanya perbedaan yang bermakna antara TKW makan pagi dan TKW tidak makan pagi dengan hasil produksi (p=0.004), dengan kadar gula darah jam 6.30 (p = 0.02).
A Study On The Relationship Between Breakfast Calory Intake, Blood Glucose And Productivity Among Women Workers At Weaving Factory In Jakarta, 1994The scope of study is the women workers nutrition in relation to their work productivity. Breakfast is one of the factors which was assumed related to work productivity while blood glucose is one of the objective parameters to measure breakfast calory intake. The objective of this study is to identify the relationship between breakfast calory intake, blood glucose and productivity. A sample of 81 women workers at sewing department a weaving factory in Jakarta had be-come the population of study due to the low productivity record (40 %) of the factory, on November 1994. The design of study is cross-sectional and data were collected through interviews, questionaire, recall 2x24 hour, physical examination, haemoglobin and blood glucose test and one day women workers productivity measured by recording her work productivity performed from 7.00 AM until 12.00 AN. Study result showed that 9 {11.1 %) workers did not have breakfast, 30 (37 %) had breakfast with less calories, 24 (51.9 %) had breakfast with sufficient calories. The one day recall calory intake showed qualitatively that about 91.4'% of their food compositions did not vary. The quantitative food analysis showed that 56.52 0 of protein, vitamin C and iron had not met recommended daily allowance based on WNPG V,1993. About 11.1 % of women workers were undernutrition, 70.4 % normal, 18.5 % overnutrition. Statistical analysis, there were significant relation between works productivity (p = 0.004), blood glucose at 6.30 AM (p=0.02) and women workers who had breakfast compared to those who did not have.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianty Pradono
"Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena prevalensi yang tinggi dan merupakan salah satu faktor utama penyebab kematian yang disebabkan oleh penyakit jantung dan pembuluh darah. Banyak studi yang membuktikan bahwa hipertensi berkaitan dengan pola hidup, yang seharusnya dapat dicegah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan dari faktor komposisional (tingkat individu) serta determinan lingkungan (tingkat rumah tangga dan tingkat kabupaten/kota) terhadap kejadian hipertensi di Jawa Bali.
Penelitian potong lintang dengan pendekatan analisis multilevel dilakukan untuk mengestimasi efek kontekstual, sehingga dapat menentukan skala prioritas implikasi program intervensi terhadap kejadian hipertensi. Dikarenakan adanya keterbatasan data dari Riskesdas 2007, Susenas 2007, Pendataan Sosial Ekonomi 2007 dan Podes 2008, analisis ini hanya meliputi 200.603 penduduk dengan kelompok umur 15-60 tahun dari 83.693 rumah tangga di 134 kabupaten/kota pada 7 Provinsi di wilayah Jawa Bali.
Prevalensi hipertensi di Jawa Bali adalah 26,4% (95% CI: 26,2-26,6). Tampak ada perbedaan peranan di tingkat individu (84,9%), tingkat rumah tangga (6,4%) dan tingkat kabupaten/kota (8,7%). Pada tingkat individu, ada 3 variabel yang berperan cukup besar terhadap kejadian hipertensi di wilayah Jawa Bali yaitu IMT ≥ 25 Kg/m2 (OR: 2,02) dengan kontribusi 4,3%, obesitas abdominal (OR: 1,45) dengan kontribusi 2,4% dan tingkat pendidikan < SLTP (OR: 1,38) dengan kontribusi 1,6%. Apabila ketiga faktor risiko tersebut ditiadakan, maka dapat menurunkan prevalensi hipertensi di Jawa Bali dari 26,4% menjadi 18,1%.
Pada tingkat rumah tangga, variabel yang berperan terhadap kejadian hipertensi adalah < 9 m2/orang (IOR: 1,56 - 1,74), 1,56 - 1,74) (IOR: 1,51-1,80). Sedangkan pada 1,00 - 1,62). Penelitian ini merekomendasikan program intervensi, terutama ditujukan untuk menurunkan berat badan dengan mempertahankan berat badan ideal dan meniadakan obesitas sentral, serta meningkatkan kerjasama lintas sektor non kesehatan dalam menangani masalah hipertensi.
......Hypertension is a public health problem, due to its high prevalence and also one of the main factors causing the deaths by heart and blood vessel disease. Many studies showed that hypertension is associated with lifestyle behavior that could have been prevented. The purpose of this study is to determine the role of compositional factors (individual level) and environmental determinants (the household level and at the district/city level), with the incidence of hypertension in Java Bali region.
Cross-sectional study with a multilevel analysis is used to estimate the effects of contextual, so it can determine the implications priority intervention program on the incidence of hypertension. Because of limited data available from Riskesdas 2007, Susenas 2007, Social Economic Survey 2007, Podes and 2008, this analysis only covers 200.603 population with 15-60 years age group from 83.693 households at 134 districts / cities at 7 provinces in Java Bali region.
The prevalence of hypertension in Java Bali region is 26.4% (95% CI: 26.2 to 26.6). It appears that there are differences in the role at the individual level (84.9%), household level (6.4%) and district/city level (8.7%). At the individual level, there are three main factors that contribute: BMI ≥ 25 kg/m2 (OR: 2.02) for 4.3%, abdominal obesity (OR: 1.45) for 2.4% and level of education < junior (OR: 1.38) for 1.6% on the incidence of hypertension in Java Bali region. If all three risk factors are exempted, it can decrease the prevalence of hypertension in Java Bali region, from 26.4% to 18.1%.
Variable that contributes at the household level are the density of occupancy <9 m2/person (IOR: 1.56 - 1.74), expenditure per capita (IOR: 1.56 - 1.74), and the lack of support in sports activities (IOR: 1.51 - 1.80) on the incidence of hypertension. Meanwhile, at the district/ city level variable that contributes is from regions with high HDI score (IOR: 1.00 - 1.62). This study recommends intervention programs, primarily intended for weight loss by maintaining ideal body weight and eliminate central obesity also to increase cooperation across non-health sector in addressing the problem of hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
D1406
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library