Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Kezia Nathania
"Eksternalitas negatif akibat penggunaan air tanah telah menjadi permasalahan bagi Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 2009. Eksternalitas negatif yang menjadi permasalahan bagi Provinsi DKI Jakarta ialah seputar terbatasnya ketersediaan air tanah dan terjadinya penurunan tanah. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengendalikan eskternalitas negatif ini adalah dengan membatasi penggunaan air tanah di Provinsi DKI Jakarta. Untuk mengendalikan eksternalitas negatif akibat penggunaan air tanah di Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta turut memungut pajak air tanah dengan tujuan membatasi penggunaan air tanah di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis evaluasi kebijakan pajak air tanah untuk pengendalian eksternalitas negatif di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivist, teknik pengumpulan data kualitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa pemungutan pajak air tanah di Provinsi DKI Jakarta belum mampu mengendalikan eksternalitas negatif dari penggunaan air tanah. Keterbatasan dalam pengendalian eksternalitas negatif ini berkaitan erat dengan pentingnya fungsi pengawasan, kesamaan tujuan yang ingin dicapai lembaga pemungut dan/atau pengelola, pemahaman masyarakat, hingga kolaborasi antarlembaga. Apabila hal-hal ini dapat ditingkatkan, maka pemungutan pajak air tanah dalam mengendalikan eksternalitas di Provinsi DKI Jakarta lebih mampu memenuhi kriteria efektivitas kebijakan publik.
DKI Jakarta has been facing negative externalities due to the use of groundwater since 2009. These negative externalities include the limited availability of groundwater and land subsidence. One of the efforts that can be made to control this negative externality is to limit the use of groundwater in DKI Jakarta. To control negative externalities due to the use of groundwater in DKI Jakarta, the Provincial Government of DKI Jakarta also collects a groundwater tax with the aim of limiting the use of groundwater in DKI Jakarta. This study aims to analyze the evaluation of groundwater tax policies to control negative externalities in DKI Jakarta. This study uses a post-positivist approach, qualitative data collection techniques, and qualitative data analysis techniques. The results of this study reveal that groundwater tax collection in DKI Jakarta has not been able to control the negative externalities of groundwater use. Limitations in controlling negative externalities are closely related to the importance of the monitoring function, the unity of goals to be achieved, public awareness, and inter-agency collaboration. If these things can be improved, groundwater tax collection in controlling externalities in DKI Jakarta would be able to meet the criteria of public policy effectiveness."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Kezia Nathania
"Dalam membentuk sebuah narasi, dibutuhkan aspek waktu dalam menyusun kejadian hingga terbentuk sebuah jalan cerita yang runut. Waktu dihadirkan baik dari ceritanya sendiri, maupun waktu pada dunia. Waktu ini dapat membuat manusia yang mengalami narasi memahami jalan cerita. Aspek waktu yang terdapat dalam sebuah narasi antara lain order, plot, pace, dan durasi. Narasi dapat dihadirkan melalui sebuah ruang, salah satunya narrative environment. Dalam narasi yang meruang, aspek waktu yang dibentuk untuk membentuk sebuah jalan cerita juga dapat membentuk pemahaman terhadap narasi. Aspek waktu ini digunakan untuk menghubungkan kejadian-kejadian pada sebuah narasi sehingga dapat dipahami urutan kejadiannya yang dapat terjadi secara kronologis atau kausal. Hal ini dapat terlihat pada Museum Kebangkitan Nasional. Pada proses mengalami Museum Kebangkitan Nasional, saya melakukan perekaman pada pengalaman saya. Melalui urutan ruang dan narasi yang dihadirkan pada museum ini, hubungan antar kejadian ini membentuk sebuah urutan yang dapat menyadarkan pengguna ruang akan alur dari sebuah narrative environment, yaitu lintasan spasial.
Forming a narrative needs the aspects of time in ordering events to form a coherent storyline. Time in a narrative is presented through the story itself and in the real-time world. Both of the aspects can make people experience the narrative understand the story. Time in narrative includes order, plot, pace, and duration. Narrative can be presented through space, such as the narrative environment. In a spatial narrative, the time formed to form a storyline will also form an understanding of the narrative. This aspect of time is used to connect the events in a narrative. It will create a sequence of events that occur chronologically or causally. It can be seen in Museum Kebangkitan Nasional. In the process of experiencing Museum Kebangkitan Nasional, I made a recording of my experience. Through the sequence of spaces and narratives presented in this museum, the relationship between these events forms a sequence that can awaken the user of space to the plot of a narrative environment, namely the spatial trajectory."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library