Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Mardi Dwi Lestari
Abstrak :
Propinsi X adalah salah satu propinsi di Indonesia dengan ibukota Y. Pemerintah Propinsi X memiliki visi menjadikan Y sebagai kota yang berdaya saing global dengan lingkungan kehidupan yang aman. Untuk mencapai visi tersebut, Pemerintah Provinsi X kemudian menetapkan sejumlah kompetensi yang harus dimiliki oleh aparatnya. Kompetensi adalah karakteristik dasar dari individu yang berhubungan dengan sejumlah kriteria bagi munculnya performa yang efektif atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. Dengan memiliki kompetensi yang dibutuhkan, diharapkan aparat Pemerintah Provinsi X akan mampu melakukan pekerjaannya dengan cukup efektif. Untuk mengetahui apakah aparatnya telah memiliki kompetensi yang dipersyaratkan, pemerintah Propinsi X melakukan uji kompetensi pejabat Eselon III pada tahun 2005. Dari hasil uji kompetensi itu terdapat 7 aspek yang termasuk kategori dibawah cukup, dimana ke 7 aspek tersebut merupakan aspek-aspek dalam kompetensi kepemimpinan. Aspek tersebut adalah berpikir strategis, fleksibilitas berpikir, kemampuan interpersonal, stabilitas emosi, toleransi terhadap stress serta efektivitas dan efisiensi kerja. Kelemahan dalam kompetensi kepemimpinan membuat pejabat Eselon III sulit untuk mengarahkan dan memotivasi bawahan kearah pencapaian tujuan. Kelemahan ini dapat diperbaiki, karena kompetensi dapat dimodifikasi. Salah satu cara memodifikasi kompetensi adalah melalui pelatihan yang berdasarkan teori adult experiential education. Berdasarkan teori tersebut, metode yang akan dipergunakan dalam pelatihan kepemimpinan ini adalah kuliah/ceramah, roleplay, latihan (exercise), instructional game, simulasi dan feedback.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T38222
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mardi Dwi Lestari
Abstrak :
Rumah susun merupakan alternatif untuk mengatasi masalah perumahan di Jakarta. Sayangnya, masyarakat masih belum menyukai tinggal di rumah susun, karena bentuk rumah susun sering diasosiasikan dengan bilangnya privacy dan timbulnya crowding pada penghuninya. Menurut Tognoli dan Bell, privacy, place atachment, territoriality dan disain mempengaruhi kepuasan seseorang terhadap tempal tinggalnya. Penelitian ini bertujuan membandingkan kepuasan tempat tinggal pada. penghuni rumah susun Bidara Cina dan Bendungan Hilir yang mempunyai disain berbeda. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dan penggunaan kuesioner. Kueaioner terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama untuk mengukur aspek privacy, territoriority dan place atachment, bagian kedua mengukur kepuasan ruang; bagian tiga mengukur kepuasan secara umum. Hasil yang didapat adalah tidak ada perbedaan dalam hal place atachment, territoriality dan kepuasan secara umum pada kedua kelompok subyek akan tetapi terdapat perbedaan dalam hal kepuasan terhadapan ruangan. Jika dilihat dari aspek privacy, terdapat perbedaan antara dua kelompok subyek. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dalam hal kepuasan umum diantara subyek Bidara Cina dan Bendungan Hilir, dan tidak ada perbedaan dalam hal territoriality dan place attachment pada subyek yang secara umum merasa puas terhadap tempat tinggalnya. Sementara itu, subyek yang kurang terpenuhi kebutuhan privacynya teryata juga merasa puas dengan tempat tinggalnya, tidak berbeda dangan subyek yang terpenuhi kebutuhan privacynya. Kesimpulan lainnya adalah subyek yang secara umum merasa puas terhadap tempat tinggalnya juga merasa puas dangan kondisi ruangan yang ada.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2003
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library