Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mardiyanto
Jakarta: Pusat Bahasa Kementerian Pendidikan Nasional, 2010
398.23 MAR p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Handono Mardiyanto
"Tesis ini bertajuan untuk meneliti perbedaan kinerja keuangan, yang diukur dengan rasio-rasio berdasarkan laporan basis akrual (neraca, laba-rugi) dan laporan arus kas, serta mengetahui hubungannya terhadap imbal hasil saham, baik sebelum maupun pada periode krisis ekonomi. Untuk maksud ini, telah diteliti perusahaan-perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Jakarta (BED, mencakup dua tanggal laporan keuangan sebelum krisis (30 Juni 1996 dan 30 Juni 1997) serta dua tanggal laporan keuangan pada masa krisis (30 September 1997 dan 30 September 1998).
Uji beda rata- rata (58 sampel) menunjukkan bahwa tiga rasio akrual berbeda secara signifikan antara periode sebelum dan periode krisis yakni total asset turnover, profit margin, dan return on investment. Sedangkan dua rasio lainnya yaitu debt equity ratio dan cash return on equity, sekalipun berbeda secara signifikan, namun tidak dapat disimpulkan maknanya mengingat pengaruh ekuitas negatif pada kedua rasio ini.
Adapun uji regresi dan korelasi (47 sampel) mengungkapkan bahwa baik sebelum maupun pada masa krisis, hanya return on investment yang berkaitan secara signifikan terhadap imbal hasil. Berhubungan secara negatif sebelum krisis, dan berasosiasi secara positif pada masa krisis.
Riset ini belum mampu menjawab apakah asosiasi rasio-rasio akrual terhadap imbal hasil lebih kuat (atau lebih lemah) dibandingkan asosiasi rasiorasio arus kas terhadap imbal hasil. Penelitian ini hanya mengungkapkan kecenderungan para investor di BEJ untuk lebih meyakini informasi profitabilitas dari laporan basis akrual daripada laporan arus kas.
Kepada para peneliti lain yang tertarik melanjutkan penelitian serupa di masa mendatang, disarankan agar memperhatikan beberapa keterbatasan metodologi penelitian ini yaitu: Perform, model penelitian tidak dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan prediksi diantara rasio-rasio keuangan (akrual maupun arus kas) terhadap imbal hasil saham. Model yang mampu menunjukkan daya prediksi sebenarnya lebih bermanfaat bagi kalangan investor dalam menetapkan keputusan investasinya. Akan tetapi, untuk membuat model prediktif, diperlukan regresi berdasarkan time serries, yang membutuhkan waktu pengamatan lebih panjang. Kedua, metode stepwise yang digunakan untuk memilih variabel bebas yang signifikan, sesungguhnya tidak memperhatikan sama sekali makna teoritis dari setiap rasio keuangan (variabel bebas) yang tidak terpilih masuk kedalam persamaan regresi. Sebagai contoh, quick ratio yang dalam penelitian ini dinyatakan tidak signifikan terhadap imbal hasil di masa krisis (resesi), diabaikan begitu saja tanpa diteliti lebih mendalam. Padahal, hubungan positif quick ratio terhadap imbal hasil pada masa resesi, telah berhasil dibuktikan oleh Kane (1997)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hadi Mardiyanto
"Jejak karbon pada produk minyak sawit Indonesia telah dipelajari dan disimpulkan Palm Oil Mill Effluent (POME) menjadi salah satu penyumbang emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di industri Kelapa Sawit. Menangkap emisi GRK dari POME dan memanfaatkannya sebagai sumber energi merupakan solusi yang banyak diajukan. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan beberapa skema pemanfaatan untuk menemukan skema yang paling layak dengan menggunakan analisis tekno-ekonomi. Kajian ini terbatas hanya di wilayah Indonesia dan terbatas untuk mengeksplorasi skema pemanfaatan dari tiga teknologi pemanfaatan biogas yaitu pembangkit listrik, pemanfaatan biogas secara langsung dan Biogas Terkompres (Compressed Biogas / CBG). Studi ini akan menggunakan dua Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dari provinsi yang berbeda di Indonesia sebagai studi kasus. Hasil kajian menunjukkan bahwa energi yang dihasilkan oleh PKS kurang dimanfaatkan oleh pasar yang ada serta harga energi konvensional lebih rendah dari harga energi yang dihasilkan oleh PKS. Kebijakan yang diusulkan untuk menghadapi temuan ini adalah regulasi wajib untuk menggunakan energi terbarukan dari PKS, penyesuaian tarif listrik FiT yang dihasilkan oleh energi terbarukan, membangun kompleks industri yang terintegrasi untuk menghubungkan kelebihan produksi energi, dan membangun mekanisme kredit karbon untuk menambahkan aliran pendapatan baru untuk PKS.
......Indonesia’s Palm oil Carbon foot print had been studied and concluded that Palm Oil Mill Effluent (POME) is one of the contributor of Greenhouse Gases (GHG) emission in Palm Oil industry. Capturing GHG emission and utilize it as an energy source is the solution that widely proposed. This study aims to compares several utilization scheme to find the most feasible scheme by using techno-economic analysis. This study is limited only in Indonesia region and limited to explore utilization scheme from three biogas utilization technology i.e. electricity generation, direct biogas utilization and Compressed Biogas (CBG). This study would use two Palm Oil Mill (POM) from different province in Indonesia as a study case. The result of the study shows that the energy produced by POM is underutilized by the existing market, the price of conventional energy is lower than the energy that is produced by POM. The proposed policy to encounter these findings would be mandatory regulation to use renewable energy from POM, adjusting tariff for electricity FiT that is produced by renewable energy, establish an integrated industrial complex to interconnect the excess production of energy, and establish the carbon credit mechanism to add new revenue stream for POM."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Mardiyanto
"Penelitian yang dilakukan untuk tugas akhir ini menggunakan miniatur Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) ini diproduksi oleh SNM (Shin Nippon Machinery) dengan TIPE 100-SCR. PLTU ini mampu menghasilkan daya listrik sebesar 450 Watt dengan kapasitas uap maksimum 130 kg/jam. PLTU ini sudah 10 tahun tidak beroperasi, sehingga banyak sekali masalah¬masalah yang terjadi dan menyebabkan alat ini tidak dapat beroperasi dengan baik. Dengan adanya penelitian ini, maka beberapa permasalahan yang ada kemudian diselesaikan. Beberapa tindakan yang dilakukan yaitu mengganti distributor pipe dan kawat kasa pada cooling tower, memasang penutup cooling tower, melapisi tangki kondensat dengan cara hot deep, pemasangan selang dan pipa air yang menghubungkan saluran keluar pendingin bearing dengan cooling tower, pemasangan selang kompresor, pemasangan jalur aliran air dan uap, pemasangan kode untuk alat ukur dan valve. Kerugian dalam suatu PLTU salah satunya adalah pemanfaatan energi kalor yang masih sangat kecil. Untuk mengoptimalkan kinerja dari PLTU maka dilakukan pengujian dengan cara memvariasikan temperatur yang keluar dari superheater terhadap beban listrik. Titik pengaturan temperatur superheater ditentukan yaitu pada 205°C dan 215°C. Hal tersebut dilakukan agar dapat diketahui karakteristik dari PLTU. Sehingga didapatkan suatu kondisi dimana pada saat beban tertentu maka kita dapat melakukan pengaturan pada temperatur keluar superheater sehingga kinerja PLTU secara keseluruhan menjadi optimal. Dari dua hasil studi kasus yang telah dilakukan diperoleh bahwa energi kalor yang terbuang sangat besar bila dibandingkan dengan energi yang dihasilkan oleh turbin, hal tersebut terlihat pada nilai efisiensi termal yang kecil pada kondisi 215°C yaitu sebesar 3,78%. Bila dibandingkan dengan kondisi superheater yang temperaturnya diatur pada 205°C dengan nilai efisiensi termal sistem sebesar 3,88%, maka nilainya 0,1% lebih besar dari pada kondisi pada saat temperatur superheater diatur pada 215°C. Hal ini menunjukkan bahwa pada beban yang sama yaitu 450 Watt dikedua kondisi tersebut, kenaikan temperatur dari 205oC menjadi 215oC menyebabkan menurunnya efisiensi termal dari sistem. Analisa hasil pengujian dengan diagram fase (h-s, p-h, dan T-s) pada titik pengaturan temperatur superheater 215oC diketahui bahwa kerugian kalor diantaranya dari losses yang terjadi pada saat pendistribusian uap, kalor yang dibuang untuk menkondensasikan uap, dan kalor yang terbuang karena percampuran air dan kondensat pada tangki kondensat.
......The research for this thesis uses miniature Steam powerplant was produced by the SNM (Shin Nippon Machinery) with TYPE 100-SCR. This power plant capable of producing electrical power of 450 Watts with maximum steam capacity of 130 kg / hour. This power plant was 10 year s do not operate, so many problems that occur and cause the equipment is unable to operate properly. Given this research, then some existing problems and then solved. Some of the action taken is to replace the distributor pipe and wir e netting on the cooling tower, install the cooling tower cover, condensate tank li ning hot deep way, theinstallation of the hose and water pipe connecting the outlet of the bearing cooling wi th cooling tower, compressor hose installation, installation of flow lines water and steam, installation code for measuring devices and valves. Losses in a power plant one of them is the utilization of heat energy that is still very small. To optimize the performance of the power plant will be tested by varying the exit temperature of the superheater to the electrical load. The point of superheater temperature setting are prescribed at 205°C and 215°C. This was done in order to know the characteristics of the powerplant. To obtain a condition where at a certain load then we can make arr angements at superheater exit temperature so that the overall power plant performance to be optimal. From two case studies have been done show that heat is wasted energy is very large when compared wi th the energy generated by the turbines, it is seen on the small value ofthermalefficiency thatis equal to 3,78%. When compared with the condition that its superheater temperature arranged in 205°C wi th a value system thermal efficiency of 3,88%, the value 0,1% greater than the conditions at the time of superheater temperature is set at 215°C. This shows that at the same load of 450 Watt in both conditions, the increase of temperature from 205°C to 215°C led to decrease the thermal efficiency ofthe system. The analysis of test results put emphasis on the analysis of energy and phase diagrams (h-s, p-h, dan T-s) at the set point temperature of superheater 215oC is known that such heat losses from the losses that occur when the distribution of steam, heat is removed to condense steam, and heat is wasted because of mi xing of water and condensate in the condensate tank. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S985
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library