Found 6 Document(s) match with the query
Masithoh
"Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang sering terjadi pada lanjut usia. Perilaku atau gaya hidup diketahui sebagai salah satu faktor resiko hipertensi. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku lansia dengan hipertensi di PSTW wilayah DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kuantitatif dan menggunakan kuesioner terhadap 107 lansia hipertensi yang dipilih dengan menggunakan metode sampling quota. Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hasil penelitian ini adalah mayoritas lanisa mengalami hipertensi tahap 152,2 dengan karakteristik berusia 60-74 tahun 51,4 jenis kelamin laki laki 57,9 tingkat pendidikan rendah 61,7 nilai IMT kurus tingkat ringan 80,4 tidak merokok 78,5 tidak minum kopi 74,7 rutin mengikuti aktivitas senam 66,4 dan rutin mengikuti kegiatan keagamaan 75,7. Perilaku lansia hipertensi mayoritas adalah maladaptif 70,1 dengan komposisi pengetahuan rendah 76,6 sikap positif 58,9 dan keterampilan baik 57. Pemberi pelayanan kesehatan di PSTW wilayah DKI Jakarta diharapkan meningkatkan pengawasan serta mengedukasi lansia untuk meningkatkan perilaku hidup sehat.
Hypertension is a common degenerative disease in elderly Life style behavior known as one of hypertension risk factors The purposed of this research is to desribe the behavior of elderly with hypertension in residential homes in DKI Jakarta. This research uses quantitative descriptive design and uses a questionnaire completed by 107 elderly with hypertension that selected by quota sampling method. This research uses univariate analytic It found that most elderly have type 1 hypertension 52,2 that characterized by the age 60-74 years old 51,4 male gender 9 low education 61.7 underwight BMI 80.4 do not smoke 78,5 do not drink coffee 74,7 follow a routine physical activity 66,4 and routine religious activity 75,7. The most elderly hypertension behavior is maladaptive 70,1 with composition low knowledge 76,6 positive affective 58,9 and good practice 57. Heatlh care providers are expected to increase supervision and education for elderly to increase health behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S61386
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Anny Rosiana Masithoh
"Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh Latihan Ketrampilan sosial terhadap kemampuan sosialisasi pada lansia yang mengalami kesepian di Panti wredha. Desain penelitian ini adalah quasi experimental, pre-post test with control group. Tempat penelitian di Panti Wredha A (Intervensi) dan Panti Wredha B (Kontrol) di Kabupaten Semarang. Sampel penelitian adalah 27 lansia kelompok intervensi dan 28 lansia sebagai kelompok kontrol yang memenuhi kriteria inklusi.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan skor kemampuan sosialisasi lansia setelah dan sebelum dilakukan Latihan Ketrampilan Sosial. Terdapat peningkatan kemampuan sosialisasi pada lansia pada kelompok intervensi. Rekomendasi penelitian ini adalah Latihan Ketrampilan Sosialisasi direkomendasikan pada lansia dengan kesepian.
The aim of this research was to analyze the correlation between social skill training and socialization ability of eldery with loneliness in nursing home. This research used quasi experimental pre-post test with control group design. The research took place at nursing home 'A' for intervention group with 27 subjek and nursing home ?B? for control group with 28 subjek. The result showed a significant difference of elderly socialzation ability before and after that there was training with social skill training. It is proved by an increase of social ability of eldery in intervention group. This research recommended that social skill training needs to be given in elderly with loneliness."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open Universitas Indonesia Library
Anny Rosiana Masithoh
"Defisit perawatan diri merupakan diagnosa perawatan jiwa yang terjadi pada semua pasien gangguan jiwa. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir untuk Menggambarkan Efektifitas Terapi spesialis perilaku “Token Ekonomi” dan terapi Psikoedukasi Keluarga terhadap pasien Defisit Perawatan Diri di RW 08 dan RW 13 Kelurahan Baranangsiang Bogor Timur dengan pendekatan model Self Care Orem. Terapi Perilaku "token ekonomi" adalah bentuk dari reinforcement positif yang digunakan baik secara individu maupun kelompok pasien di ruang psikiatri atau dimasyarakat. Reward diberikan secara konsisten terhadap pasien misalnya dengan tanda, poin atau tiket. Terapi perilaku ini dapat mengubah perilaku yang ditargetkan, target perilaku dapat meliputi : tentang personal hygine. Psikoedukasi keluarga adalah untuk mencegah kekambuhan pasien gangguan jiwa, dan untuk mempermudah kembalinya pasien ke lingkungan keluarga dan masyarakat dengan memberikan penghargaan terhadap fungsi sosial dan okupasi pasien gangguan jiwa. Indikasi dilakukannya family psychoeducation therapy adalah keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan masalah psikososial dan gangguan jiwa. Analisa dilakukan dengan menggunakan pendekatan model Self Care dari Orem. Hasil penulisan ini adalah Terapi Perilaku”Token Ekonomi” dan Psikoedukasi Keluarga efektif untuk meningkatkan kemampuan perawatan diri pada pasien dengan defisit perawatan diri dan direkomendasikan untuk dilakukan pada tatanan pelayanan kesehatan di masyarakat sebagai bentuk pelayanan kesehatan jiwa preventif tersier bagi pasien defisit perawatan diri di masyarakat.
Self-care deficit is a psychiatric diagnosis that occurs in all patients with mental disorders. The purpose of writing a scientific paper to describe the end behavior specialist Therapeutic Effectiveness "Token Economy" and the treatment of patients Psikoedukasi Family Self-Care Deficit in RW 08 and RW 13 Sub Baranangsiang East Bogor by Orem's Self Care Model approach. Behavior Therapy "token economy" is a form of positive reinforcement is used either individually or in groups of patients in the psychiatric or community. Reward is consistently given to patients with signs for example, points or tickets. Behavioral therapy can change the behavior of targeted, the target behavior can include: about personal hygine. Psikoedukasi family is to prevent the recurrence of mental patients, and to facilitate the return of patients to family and community environment by providing an appreciation of social and occupational functioning of patients with mental disorders. Indications are doing family therapy family psychoeducation have family members with psychosocial problems and mental disorders. The analyzes were performed using a model approach to Self Care of Orem. The results of this paper is Behavior Therapy "Token Economy" Psikoedukasi Family and effective way to increase self-care abilities in patients with self-care deficits and recommended to be done in the framework of health care in the community as a form of tertiary preventive mental health services for the patient self-care deficits in the community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ingrid Masithoh
"Ketersediaan tenaga kesehatan yang berkesinambungan sangat vital dalam mendukung pemberian layanan kesehatan yang berkesinambungan pula. Di daerah yang kekurangan tenaga kesehatan; mengoptimalkan retensi menjadi sangat penting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran retensi dokter dan dokter gigi Pegawai Tidak Tetap di daerah terpencil dan sangat terpencil serta faktor yang mempengaruhi retensi. Penelitian ini menggunakan desain cohort retrospective dengan analisis survival dancox regresi. Sampel penelitian 10.361 dokter dan 3.496 dokter gigi yang berasal daridata pengangkatan Pegawai Tidak Tetap tahun 2008 ndash; 2015 milik Biro Kepegawaian Kementerian Kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin lama masa penugasan minimum yang diwajibkan kepada dokter/dokter gigi PTT maka semakin banyak faktor yang mempengaruhi retensinya. Seiring peningkatan minimal masa tugas; pada 2 tahun pertama retensinya semakin meningkat; akan tetapi PTT yang berhenti sesudah penugasan pertamanyapun semakin meningkat. Tidak terdapat perbedaan retensi antar jenis kelamin; dan fasilitas kesehatan dengan kriteria sangat terpencil memiliki retensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang terpencil.
The availability of sustainable health workers is vital in supporting the delivery ofsustainable health services as well. In areas that are short of health personnel,optimizing retention is critical. This study aims to determine the retention of doctors anddentists in Non Permanent Personnel Appointment Program in remote and rural areas,and factors that affect their retention. This study used a retrospective cohort design withsurvival and cox regression analysis. The sample was 10,361 doctors and 3,496 dentistsin Non Permanent Personnel Appointment Program; from 2008 until 2015 that belongto the Bureau of Personnel Ministry of Health. The results showed that the longer therequired minimum assignment period to the doctor dentist; the more factors will affectthe retention; and the longer minimum assignment the retention increase until the first 2years; There is no difference in retention between the types of marital status.Doctors dentists who are assigned to very remote criteria have higher retention than inremote criteria.Keywords retention of Non Permanent Personnel Appointment Program; retentionfactors; doctors dentists of Non Permanent Personnel Appointment Program. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49467
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Alfath Masithoh
"Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, dan Apotek Safa Periode Bulan Juli - Oktober 2019
Internship at Pertamina Central Hospital, Public Health Centre of Jagakarsa, and Safa Pharmacy Period July - October 2019"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Nidia Masithoh
"Reintegrasi mantan narapidana terorisme harus dilakukan secara terintegrasi mulai dari intervensi pembinaan dan pemberdayaan dalam Lapas dengan inisiatif program paska-rilis. Keterlibatan inisiatif mantan narapidana teror dalam reintegrasi luar Lapas mendapat atensi cukup besar beberapa tahun terakhir. Pelibatan yayasan mantan narapidana teror dalam skema asistensi dan supervisi dilakukan untuk membangun ruang dukungan sosial sebagai upaya pencegahan residivisme. Umumnya mantan narapidana teror mengalami risiko dan tantangan paska-rilis yang melekat seperti stigmatisasi, ketidakpercayaan dan ekslusi terhadap akses sosioekonomi. Mengingat hal ini, periode transisi menjadi masa krusial dalam menentukan keberhasilan program pencegahan. Yayasan mantan narapidana teror menginisiasi program pendampingan dan pengawasan berbasis komunitas dengan mendorong kemandirian finansial, mengubah cara pandang ke arah moderat melalui kajian dan dialog serta memastikan penerimaan komunitas. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif untuk menggambarkan intervensi yayasan mantan narapidana teror dalam skema reintegrasi lanjutan dengan menekankan pada risiko krusial periode transisi sebagai urgensi keterlibatan inisiatif yayasan. Teori Ikatan Sosial digunakan untuk mengetahui unsur pencegah kembalinya binaan melakukan kejahatan teror. Penelitian ini menemukan bahwa Yayasan Lingkar Perdamaian memberikan bantuan moril dan materil sebagai bentuk dukungan sosial bagi mantan narapidana teror yang menjalani masa Cuti Menjelang Bebas. Yayasan Lingkar Perdamaian juga memastikan penerimaan komunitas terhadap reintegrasi mantan narapidan teror di wilayahnya.
Ex-terrorist reintegration must be carried out in an integrated way from in-prison empowerments with post-release program initiatives. The involvement of formers in reintegration has received considerable attention in recent years. The involvement of formers foundations in the assistance and supervision is to build a social support to prevent recidivism. Usually, ex-terrorist experience inherent post-release risks and challenges such as stigmatization, mistrust and socioeconomic exclusions. Transition period is a crucial in determining the success of prevention program. Formers foundation initiates community-based assistance and supervision by encouraging financial independence, changing perspectives towards moderation through discussion and dialogue and ensuring community acceptance in the first place. This study uses a descriptive qualitative method to describe the intervention of formers foundation in reintegration scheme by emphasizing the crucial risks of the transition period. Social Bond Theory is used to find out the elements of preventing ex-terrorist from re-committing terrorism. This research found that Yayasan Lingkar Perdamaian as formers foundation provides assistance on moral and material for ex-terrorist on their conditional release. Yayasan Lingkar Perdamaian also ensures acceptance of community for ex-terrorist reintegration in their area."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library