Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mellia Christia
Abstrak :
Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), bunuh diri menduduki peringkat 12 sebagai penyebab kematian. Setiap tahun di seluruh dunia tak kurang 948.000 orang tewas karena bunuh diri. Ada suatu proses pemikiran yang negatif atau manifestasi suara secara internal yang terdapat pada pasien yang melakukan usaha bunuh diri. Inner voice memiliki peran dalam merendahkan self-esreem seseorang hingga akhirya menjadi dasar bagi terjadinya tingkah laku yang maladaptif termasuk didalamnya bunuh diri. Jika kita melihat disini, maka ada suatu bentuk lingkaran yang tak terputus (vicious cycle) antara inner voice, rendahnya sefesteem, dan tingkah laku maladaptif Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran isi pernyataan dalam inner voice dan self-esteem yang terjadi dalam diri seseorang, serta hubungannya dengan self-esieem. Kemudian peneliti juga tertarik untuk mengctahui perbedaan jenis kelamin dalam inner voice dan seyl-esieem. Dengan penelitian tersebut diharapkan dapat diperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai inner voice dalam karirannya dengan psikopatologi, terutama fenomena bunuh diri. Penelitian dilakukan secara kuantitatif' dengan menggunakan 2 instrumen pengukuran yang mengukur inner voice dan self-esteem. Jumlah subyek 196 orang dengan rentang usia 18-23 tahun yang semuanya merupakan mahasiwa program S1-Reguler Fakultas Psikologi UI. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini adalah skor hasil pengukuran inner voice pada mahasiswa program Sl-Reguler Fakultas Psikologi Universitas Indonesia menunujukkan bahwa skor inner voice paling rendah adalah 24, yang memiliki arti bahwa subyek tersebut memiliki intensitas inner voice yang paling rendah (pemikiran yang mengarah pada rendahnya self-esteem dan melawan diri sendiri (self defaating thoughts)). Sedangkan skor yang paling tinggi adalah 83, yang menunjukkan bahwa subyek tersebut sudah berada pada intensitas inner voice paling tinggi (pemikiran yang mengarah pada usaha bunuh diri (self-annihilating thoughls)). Secara keseluruhan,pada subyek penelitian juga ditemukan bahwa tingkatan inner voice yang dimiliki oleh subyek adalah pada tingkatan pemikiran yang merendahkan self-esteem. Sedangkan pada pengukuran self-esteem dapat disimpulkan bahwa subyek penelitian memiliki tingkat self-esteem yang tinggi, meskipun masih ada yang memiliki self-esteem yang lebih rendah daripada yang lainnya. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara inner voice dan self-esteem secara umum, pada mahasiswa wanita dan pria. Kemudian tidak ada perbedaan yang signifikan antara dalam inner voice dan self-esteem pada mahasiswa wanita dan pria Dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini ada hubungan antara inner voice dan self-esteem dan tidak ada perbedaan antara mahasiswa wanita dan pria dalam inner voice dan self-esteem. Sesuai dengan tujuan penelitian ini sebagai penelitian awal dalam memahami fenomena bunuh diri dengan memahami proses inner voice, maka untuk selanjutnya maka sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan. Perlu diperhatikan pemilihan partisipan dengan jangkauan yang lebih luas, sehingga lebih dapat merepresentasikan populasi. Kemudian dalam hal penggunaan instrumen pengukuran, agar lebih dapat memperhatikan item - item pemyataan yang akan diberlkan pada partisipan penelitian. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian yang sifatnya lebih mendalam, untuk mendapatkan gambaran yang lebih luas mengenai inner voice, terutama mengenai dinamika dan proses yang terjadi didalamnya.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Christia
Abstrak :
Masa remaja dapat dikarakteristikkan sebagai masa timbulnya tingkah laku beresiko, yaitu tingkah laku yang berpotensi untuk menimbulkan bahaya atau akibat yang fatal (Gullone et al, 2000). Resiko yang ditimbulkan oleh tingkah laku tersebut dapat bennacam-macam, misalnya gangguan keseliatan, fisik maupun psikologis, menurunnya nilai-nilai pelajaran di sekolah, dijauhi teman-teman, sampai yang paling parah adalah kematian. Berbagai resiko yang mengikuti suatu tingkah laku tersebut, tampaknya tidak mempengaruhi keterlibatan remaja dalam tingkah beresiko. Karena selain dari resiko negatif yang ada, hadir pula resiko positif yang seakan-akan menutupi resiko negatifnya, misalnya dapat diterima oleh kelompok, meningkatkan rasa percaya diri dan keinginan untuk memuaskan rasa ingin tahu. Oleh karena itulah dalam penelitian ini akan diteliti tentang hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Selain itu akan diteliti pula perbedaan antara remaja putri dan putra dalam mempersepsikan resiko tingkah laku dan keterlibatan mereka dalam tingkah laku beresiko. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 kuesioner yang mengukur persepsi terhadap resiko tingkah laku dan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Teknik pengambilan sampel adalah purposeful sampling. Jumlah subyek 75 orang dengan rentang usia 16-18 tahun yang semuanya berasal dari bimbingan belajar BTA SMU 8 Jakarta. Setelah semua data didapat dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko secara umum dan pada remaja putri. Sedangkan pada remaja putra tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko. Kemudian ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam keterlibatan pada tingkah laku beresiko dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara remaja putra dan putri dalam hal persepsi terhadap resiko tingkah laku. Selain itu, secara umum terdapat hubungan antara persepsi terhadap resiko tingkah laku dengan keterlibatan remaja dalam tingkah laku beresiko. Dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap resiko dapat berhubungan dengan keterlibatan dalam tingkah laku beresiko pada remaja secara umum. Selain itu ada perbedaan antara remaja putra dan putri dalam hal keterlibatan pada tingkah laku beresiko. Disarankan pada orangtua untuk lebih memberikan informasi yang tepat tentang suatu tingkah laku, selain lebih banyak diberikan perhatian dan kasih sayang. Karena remaja yang dekat dengan keluarga, biasanya tidak memiliki keinginan yang besar untuk melakukan tingkah laku beresiko. Di samping itu lingkungan sekolah juga diharapkan dapat memberikan informasi yang tepat kepada para remaja dalam bentuk penyuluhan maupun secara ilmiah dalam kegiatan belajar di kelas. Sedangkan bagi para remaja sendiri, agar keinginan untuk mencoba hal-hal baru dapat tersalurkan, maka mengikuti kegiatan yang positif, misalnya kegiatan ekstra kurikuler , olahraga atau organisasi remaja, merupakan salah satu cara penyalurannya. Akan tetapi hasil ini hanya spesifik pada sampel penelitian ini saja dan untuk dapat memberi gambaran tentang tingkah laku beresiko pada remaja di Indonesia dibutuhkan sampel yang le'oih besar dan berasal dari daerah di luar Jakarta.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mellia Christia
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai inner voice dalam kaitannya dengan psikopatologi, terutama fenomena bunuh diri. Penelitian dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan 2 instrumen pengukuran yang mengukur inner voice dan self-esteem. Jumlah subyek 196 orang dengan rentang usia 18-23 tahun yang semuanya merupakan mahasiwa program S1-Reguler Fakultas Psikologi UI. Setelah semua data diperoleh dilakukan uji homogenitas item dan dilanjutkan dengan uji hipotesis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara inner voice dan self-esteem dan tidak ada perbedaan antara mahasiswa wanita dan pria dalam inner voice dan self-esteem Secara keseluruhan, pada subyek penelitian ditemukan bahwa tingkatan inner voice yang dimiliki oleh subyek adalah pada tingkatan pemikiran yang merendahkan self-esteem. Pada pengukuran self-esteem dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki tingkat self-esteem yang cukup tinggi, meskipun masih ada yang memiliki self-esteem yang lebih rendah daripada yang lainnya.
This study had been done to comprehend inner voice phenomena in psychopathology, especially suicide ideation in normal people. Using quantitative method, inner voice and self-esteem instruments have been developed and given to 196 students Faculty of Psychology Universitas Indonesia. The results showed that there is significant correlation between inner voice and self esteem and no sex differences in inner voice and self esteem between participants. In general, subjects inner voice state is in underestimate self-esteem, despite most of the subjects have high self-esteem.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library