Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Mikail
"Latar Belakang: Penerapan teknik image enhancement pada radiografi digital saat ini dilakukan berdasarkan preferensi subjektif pengamat. Pengaturan peningkatan citra dilakukan untuk memperjelas citra radiografi, antara lain dengan mengubah kecerahan dan kontras, sehingga memudahkan interpretasi dalam penanganan kasus. Tujuan: Untuk mengetahui toleransi nilai kecerahan dan kontras pada radiografi digital kasus periodontitis apikal dan abses apikal dini yang gambaran radiografinya sulit dibedakan. Metode: Menyesuaikan pengaturan peningkatan gambar dengan menyesuaikan nilai kecerahan dan kontras pada nilai +10, +15, -10, -15 yang akan diamati, diproses, dan dianalisis menggunakan perangkat lunak analisis data. Hasil: Kisaran nilai yang dapat ditoleransi dalam pengaturan peningkatan dan penurunan kecerahan dan kontras pada kasus periodontitis apikal dan abses apikal dini adalah di bawah +10 dan di bawah -10. Kesimpulan: Mengatur kecerahan dan kontras ke nilai di atas 10 untuk peningkatan dan penurunan dapat mengubah informasi diagnostik secara signifikan.
Background: The application of image enhancement techniques in digital radiography is currently carried out based on the subjective preference of the observer. Image enhancement settings are made to clarify the radiographic image, among others by changing the brightness and contrast, so as to facilitate interpretation in case management. Objective: To determine the tolerance for brightness and contrast values on digital radiography of cases of apical periodontitis and early apical abscess whose radiographic features are difficult to distinguish. Method: Adjust the image enhancement settings by adjusting the brightness and contrast values at +10, +15, -10, -15 values to be observed, processed, and analyzed using data analysis software. Results: The range of tolerable values in the setting of increasing and decreasing brightness and contrast in cases of apical periodontitis and early apical abscess was below +10 and below -10. Conclusion: Setting the brightness and contrast to values above 10 for increase and decrease can significantly change the diagnostic information."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Zia Ahmad Mikail
"Pidana kerja sosial merupakan bentuk pemidanaan pokok yang baru diakomodasi dalam sistem hukum pidana Indonesia melalui Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Tahun 2023 sebagai suatu pidana alternatif. Pidana ini hadir sebagai respons terhadap permasalahan overcapacity lembaga pemasyarakatan dan sebagai wujud pergeseran paradigma pemidanaan ke arah yang lebih rehabilitatif dan humanis. Skripsi ini bertujuan untuk mengkaji pengaturan dan prosedur eksekusi pidana kerja sosial dalam sistem hukum Indonesia, menganalisis perbandingannya dengan sistem hukum Belanda yang telah terlebih dahulu menerapkan model serupa (taakstraf), serta mengevaluasi potensi penerapan model Belanda di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan pendekatan komparatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun pidana kerja sosial telah diatur secara substantif dalam KUHP Nasional, pelaksanaannya masih menghadapi berbagai kendala struktural, kelembagaan, dan regulatif akibat belum tersedianya aturan teknis yang komprehensif. Sementara itu, Belanda telah memiliki sistem pelaksanaan taakstraf yang matang, terstruktur, dan didukung lembaga pelaksana independen (Reclassering Nederland). Oleh karena itu, Indonesia perlu memperkuat kerangka regulasi, meningkatkan kapasitas Balai Pemasyarakatan, dan membangun sinergi antar aparat penegak hukum agar pidana kerja sosial dapat menjadi bentuk pemidanaan yang efektif, adil, dan berorientasi pada reintegrasi sosial.
Community service punishment is an alternative penal sanction newly accommodated in the Indonesian criminal justice system through the enactment of the Criminal Code (KUHP) of 2023. This sanction emerges as a response to the issue of prison overcapacity and as part of a paradigm shift in penal policy towards a more rehabilitative and humanistic approach. This thesis aims to examine the regulation and implementation of community service punishment in Indonesia, analyze its comparison with the Dutch legal system—which has long implemented a similar model known as taakstraf—and assess the potential adaptation of the Dutch model in Indonesia. The research employs a normative legal method with a comparative approach. The findings indicate that although community service punishment has been substantively regulated under the 2023 Criminal Code, its implementation still faces various structural, institutional, and regulatory challenges due to the absence of comprehensive technical regulations. Meanwhile, the Netherlands has developed a mature and structured taakstraf system, supported by an independent executing body (Reclassering Nederland). Thus, Indonesia must strengthen its regulatory framework, enhance the institutional capacity of the Correctional Centers (Balai Pemasyarakatan), and build effective coordination among law enforcement agencies in order for community service punishment to become an effective, fair, and socially reintegrative penal mechanism."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library