Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nany Budiman
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian teh hijau terhadap kadar NOx serum postprandial setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak pada individu dewasa sehat. Penelitian ini merupakan uji klinis alokasi acak, cross over, tersamar tunggal. Sebanyak 20 subyek mengikuti penelitian ini namun hanya 19 subyek yang mengikuti penelitian ini sampai selesai. Subyek dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama adalah kelompok subyek yang mendapatkan teh hijau, sedangkan kelompok kedua mendapatkan air putih. Satu minggu kemudian, kepada kedua kelompok dilakukan cross over. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik demografi, asupan energi dan lemak, asupan nitrat anorganik, serta laboratorium. Rerata persentase asupan lemak terhadap energi total subyek penelitian adalah 32,46 ± 1,19% melebihi asupan lemak total yang dianjurkan. Asupan kolesterol subyek penelitian sebesar 224,53 (125,83‒495,27) mg/hari, masih dalam batas rekomendasi untuk orang dewasa. Tidak terdapat perbedaan bermakna pada asupan nitrat anorganik selama masa run in dan wash out. Perubahan kadar NOx serum pada kelompok teh hijau dan air putih masing-masing adalah 3,90 (0,80‒11,60) μmol/L dan 3,13 ± 0,33 μmol/L. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kadar NOx serum pada kedua kelompok dan peningkatan kadar NOx serum pada kelompok teh hijau lebih besar walaupun perbedaan peningkatan ini tidak bermakna secara statistik (p= 0,27).

The aim of this study is to investigate the effect of green tea on postprandial serum NOx level after consumption of high fat meal in healthy young adults. This study was a randomized, cross over, single-blind clinical trial. Twenty subjects participated in the study but only 19 subjects completed this study. The subjects were divided into two groups, first was the group who took green tea and the second was the group who took water. After one week apart, both groups were cross over. The data collected in this study included demographic characteristic, antropometric,dietary assessment of energy and fat intake, inorganic nitrate intake, andlaboratory test. Percentage of energy from fat of the subjects averaged 32.46±1.19% which was above the recommended value. Cholesterol intake of the subjects was 224.53 (125.83‒495.27) mg/day which was below recommended value for adults. There was no statistically significant difference on inorganic nitrate intake during run in and wash out period. The changes of serum NOx level in green tea and water group were 3.90 (0.80‒11.60)μmol/L dan 3.13± 0.33 μmol/L respectively. Serum NOx level was increased in both groups compared to baseline but the increase was higher in green tea group; however, it was not statistically significant (p = 0.27)."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nany Budiman
"[Pendahuluan: Acute decompensated heart failure (ADHF) adalah penyebab
utama rawat inap di RS karena morbiditas dan mortalitasnya yang tinggi.
Perubahan metabolisme, pengaruh kongesti sistemik pada gastrointestinal, dan
efek samping terapi medikamentosa ADHF menyebabkan pasien ADHF rentan
mengalami malnutrisi. Perbedaan faktor risiko ADHF juga mempengaruhi tata
laksana nutrisi. Tata laksana nutrisi yang adekuat sesuai dengan faktor risiko dan
kondisi klinis dibutuhkan untuk mencegah malnutrisi, menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
Presentasi Kasus: Pasien dalam serial kasus ini adalah dua perempuan dan dua
laki-laki berusia 32–62 tahun dengan ADHF dan berbagai faktor risiko. Pasien
pertama dengan diabetes melitus tipe 2, pasien kedua dengan dilated
cardiomyopathy, pasien ketiga dengan hipertensi, sedangkan pasien keempat
dengan stenosis aorta. Target kebutuhan energi keempat pasien adalah sebesar
130–140% kebutuhan energi basal yang dihitung dengan Harris-Benedict. Target
pemberian protein sebesar 0,8–1,4 g/kg BB/hari, kebutuhan lemak 25% dari
energi total dengan komposisi lemak sesuai therapeutic lifestyle changes.
Kebutuhan natrium 2400 mg/hari dengan restriksi cairan rata-rata sebesar 1500
mL/hari. Pemberian mikronutrien dan nutrien spesifik berupa vitamin B
kompleks, C, B12, asam folat, seng, dan omega 3 disesuaikan dengan kondisi
pasien.
Hasil: Pada keempat pasien didapatkan perbaikan kondisi klinis dan kapasitas
fungsional.
Kesimpulan: Tata laksana nutrisi yang adekuat pada pasien ADHF sesuai dengan faktor risiko dan kondisi klinis dibutuhkan untuk perbaikan outcome, menurunkan morbiditas dan mortalitas., Background: Acute decompensated heart failure (ADHF) is a leading cause for
hospitalization due to its high morbidity and mortality. Metabolic changes,
congestion effects on gastrointestinal, and side effects of therapy result in
increased risk of malnutrition in ADHF patients. Various risk factors and clinical
status also have great impact on nutritional management. An adequate nutritional
management based on risk factor and clinical status is required to prevent
malnutrition, reduce morbidity and mortality.
Case Presentation: Two female and two male patients were included in this case
series, aged 31–60 years old, and diagnosed as ADHF with various risk factors.
The risk factor of ADHF for first patient was diabetes mellitus type 2, the second
patient was dilated cardiomyopathy, the third patient was hypertension, and the
fourth patient was aortic stenosis. Total energy requirement was 130–140% of
estimated basal energy requirement. Target of protein was 0.8–1.4 g/kg BW/day.
Fat requirement was 25% of total energy with composition based on therapeutic
lifestyle changes. Sodium intake was 2400 mg/day with fluid restriction averaged
to 1500 mL/day. Micronutrient and specific nutrient supplementation such as
vitamin B complex, C, B12, folic acid, zinc, and omega 3 were provided to
patients based on clinical status.
Result: There was improvement of clinical status and functional capacity in all
patients.
Conclusion: An adequate nutritional management in ADHF patients based on risk factor and clinical status leads to better outcome and reduction of morbidity and mortality. ]"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library