Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nariyah Azzahra
"Distribusi obat harus memenuhi aspek yang tercantum pada Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) agat obat dapat ditangani dengan baik untuk menghindari kerusakan atau penyalahgunaan obat. Narkotika, Psikotropika, Prekursor dan Obat-obat Tertentu (OOT) merupakan produk obat yang dapat menyebabkan kecanduan sehingga berpotensi tinggi untuk disalahgunakan diluar tujuan medis. Diperlukan juga adanya dokumentasi, pencatatan dan pelaporan yang berfungsi untuk memonitor transaksi sediaan farmasi yang keluar dan masuk di PBF. Adanya dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan dapat memudahkan dalam melakukan penelusuran bila terjadi adanya mutu sediaan dan harus ditarik dari peredaran. Berdasarkan penjelasan di atas, penulis akan membahas tentang Implentasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan obat narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 dengan metode observasi dan wawancara kepada Apoteker Penanggung Jawab dan Petugas. Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis implementasi Standar Operasional Prosedur (SOP) dokumentasi, pencatatan, dan pelaporan narkotika, psikotropika, prekursor dan OOT di PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 telah memenuhi standar Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan telah dilaksanakan sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku.

Medicine distribution must fulfill the aspects listed in Good Medicine Distribution Practices (CDOB) so that medicines can be handled properly to avoid damage or misuse of medicines. Narcotics, Psychotropics, Precursors and Certain Drugs (OOT) are medicinal products that can cause addiction so they have a high potential for abuse for other than medical purposes. There is also a need for documentation, recording and reporting which functions to monitor transactions of pharmaceutical preparations coming in and out of the PBF. The existence of documentation, recording and reporting can make it easier to carry out investigations if there is a problem with the quality of the preparation and it must be withdrawn from circulation. Based on the explanation above, the author will discuss the implementation of Standard Operating Procedures (SOP) for documentation, recording and reporting of narcotic drugs, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading and Distribution Jakarta 2 using observation and interview methods with Responsible Pharmacists and Officers. . Based on the results of observations and analysis of the implementation of Standard Operating Procedures (SOP), documentation, recording and reporting of narcotics, psychotropics, precursors and OOT at PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 2 has met the standards for Good Drug Distribution Methods (CDOB) and has carried out in accordance with applicable Standard Operating Procedures (SOP).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia pada Maret 2022 dilaporkan sekitar 97,6% diberbagai kabupaten/kota (Kemenkes, 2022). Berdasarkan data PTO (Pemantauan Terapi Obat) tercatat sebanyak 256 orang memilih berobat HIV/AIDS di Puskesmas Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Tingginya angka tersebut harus diatasi dengan berbagai upaya, salah satunya dengan membantu pasien dalam mengingat minum obat. Cara untuk meningkatan kepatuhan tersebut, diperlukan media yang dapat membantu menjadi pengingat pasien dalam mengonsumsi obat secara teratur. Salah satu media yang dapat digunakan adalah kalender pengingat minum obat. Diharapkan melalui kalender ini dapat membantu pasien HIV/AIDS dalam meningkatkan kepatuhan minum obat, agar proses penyembuhan dapat maksimal dan risiko resistensi obat dapat dihindari. Kalender minum obat pasien baru HIV didesain dengan menggunakan fitur editing pada aplikasi Canva yang dibuat pada kertas tebal ukuran 21 cm x 15 cm dicetak depan belakang. Kalender ini memiliki kelebihan yaitu mudah digunakan, ketika pasien sudah minum obat, maka kalender dapat di checklist sesuai hari minum obatnya. Selain itu, kalender ini berukuran kecil sehingga mudah untuk dibawa kemanapun dan dilengkapi dengan tanggal-tanggal penting untuk memudahkan pasien, contohnya tanggal kembali berobat, yang menandakan bahwa di tanggal tersebut pasien harus kembali datang ke Puskesmas untuk kontrol rutin dan menebus obat.

The number of HIV/AIDS cases in Indonesia in March 2022 was reported to be around 97.6% in various districts/cities (Ministry of Health, 2022). Based on PTO (Drug Therapy Monitoring) data, 256 people chose to seek treatment for HIV/AIDS at the Jatinegara District Health Center, East Jakarta. This high number must be overcome with various efforts, one of which is by helping patients remember to take medication. To increase compliance, media is needed that can help remind patients to take medication regularly. One medium that can be used is a medication reminder calendar. It is hoped that this calendar can help HIV/AIDS patients increase adherence to taking medication, so that the healing process can be maximized and the risk of drug resistance can be avoided. The medication taking calendar for new HIV patients was designed using the editing features in the Canva application which was made on thick paper measuring 21 cm x 15 cm printed front and back. This calendar has the advantage that it is easy to use, when the patient has taken medication, the calendar can be checked according to the day of taking the medication. Apart from that, this calendar is small in size so it is easy to carry anywhere and is equipped with important dates to make it easier for patients, for example the return date for treatment, which indicates that on that date the patient must return to the Puskesmas for routine control and to redeem medication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Menurut data IQVIA Thyroid data tahun 2022 menunjukkan prevalensi hipotiroid mencapai 12,4 juta orang dengan tingkat penanganan 1,9%. Sedangkan prevalensi hipertiroid sebanyak 13,2 juta dengan tingkat penanganan sekitar 6,2% (Perkeni, 2022). Pasien dengan peningkatan kadar hormon tiroid yang tidak diobati akan beresiko menurunnya kualitas hidup. Oleh karena itu, diperlukan terapi untuk mengontrol kadar hormon tiroid pada batasan normal. Dalam alur pelayanan resep, apoteker melakukan skrining resep yang meliputi skrining administratif, kesesuaian farmasetik, dan kesesuaian klinis untuk menjamin legalitas suatu resep dan meminimalkan kesalahan pengobatan. Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan studi literatur dan pengkajian resep pasien tiroid di Apotek Roxy Jakasampurna. Kajian administratif meliputi data pasien (nama, usia, jenis kelamin, dan berat badan), data dokter (nama, SIP, alamat, nomor telpon, dan paraf), dan tanggal penulisan resep. Kajian farmasetik meliputi bentuk sediaan, kekuatan sediaan, stabilitas dan inkompatibilitas. Kajian klinis meliputi ketepatan indikasi dan dosis obat, cara pakai obat, polifarmasi, reaksi obat yang tidak diinginkan, kontraindikasi, dan interaksi. Setelah dilakukan pengkajian, aspek pengkajian administratif: identitas dokter yang tidak terpenuhi adalah No. SIP dokter dan identitas pasien tidak terpenuhi adalah usia, alamat dan berat badan pasien. Sedangkan aspek farmasetik dan klinis lengkap dan sesuai.

According to IQVIA Thyroid data, data for 2022 shows that the prevalence of hypothyroidism has reached 12.4 million people with a treatment rate of 1.9%. Meanwhile, the prevalence of hyperthyroidism is 13.2 million with a treatment rate of around 6.2% (Perkeni, 2022). Patients with untreated elevated thyroid hormone levels are at risk of reduced quality of life. Therefore, therapy is needed to control thyroid hormone levels within normal limits. In the prescription service flow, pharmacists carry out prescription screening which includes administrative screening, pharmaceutical suitability, and clinical suitability to ensure the legality of a prescription and minimize medication errors. Based on this, the author is interested in conducting a literature study and reviewing prescriptions for thyroid patients at the Roxy Jakasampurna Pharmacy. Administrative studies include patient data (name, age, gender, and weight), doctor data (name, SIP, address, telephone number, and initials), and the date the prescription was written. Pharmaceutical studies include dosage form, dosage strength, stability and incompatibility. Clinical studies include the accuracy of drug indications and doses, how to use drugs, polypharmacy, unwanted drug reactions, contraindications and interactions. After carrying out the review, the administrative review aspect: the identity of the doctor who is not fulfilled is No. The doctor's SIP and the patient's identity are not met, namely the patient's age, address and weight. Meanwhile, the pharmaceutical and clinical aspects are complete and appropriate.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Antibiotik menjadi pilihan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia untuk menangani penyakit infeksi bakteri. Meluasnya penggunaan antibiotik akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik (Gunawardhana., 2015). Evaluasi antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh adalah data pasien rawat inap di RSUP Fatmawati periode Oktober – Desember 2022. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kecuali pasien rawat inap anak dan kriteria eksklusi yaitu antibiotik yang tidak memiliki kode DDD di website WHO. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan mengklasifikasikan antibiotik yang termasuk ke dalam segmen DU 90%. Berdasarkan hasil evaluasi, levofloxacin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati yaitu 22,003 DDD/100 hari rawat inap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 100 hari rawat inap, terdapat 22 pasien yang mendapatkan antibiotik berupa levofloxacin baik secara oral maupun parenteral yang sudah sesuai dengan standar WHO dengan dosis sebesar 500 mg. Antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbaktam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime dan cefixime.

Antibiotics are the most frequently used drug choice throughout the world to treat bacterial infections. Widespread use of antibiotics will increase the risk of resistance and undesirable drug effects. Therefore, the use of antibiotics must follow the antibiotic prescribing strategy (Gunawardhana., 2015). Antibiotic evaluation can be carried out quantitatively using ATC/DDD. This research used an observational study with data collection carried out retrospectively. The data obtained is data from inpatients at RSUP Fatmawati for the period October – December 2022. The inclusion criteria in this study were all inpatients except pediatric inpatients and the exclusion criteria were antibiotics that did not have a DDD code on the WHO website. Data were analyzed quantitatively using the ATC/DDD method and classifying antibiotics into the 90% DU segment. Based on the evaluation results, levofloxacin is the most widely used antibiotic at RSUP Fatmawati, namely 22,003 DDD/100 inpatient days. These results show that within 100 days of hospitalization, there were 22 patients who received antibiotics in the form of levofloxacin, both orally and parenterally, which complies with WHO standards at a dose of 500 mg. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbactam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime and cefixime.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Indonesia merupakan negara tropis sehingga memungkinkan tumbuhnya berbagai mikroorganisme, salah satunya jamur. Jamur dapat mengakibatkan berbagai penyakit infeksi. Oleh karena itu diperlukan suatu media yang dapat digunakan untuk studi mikrobiologi (Jiwintarum, 2017). Terdapat tiga jenis media yang digunakan untuk pertumbuhan jamur, yaitu media alami, media semi sintetik, dan media sintetik. Salah satu media sintetik untuk pertumbuhan jamur adalah Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Pembuatan suatu media diperlukan analisis dari uji pengendalian mutu untuk menjamin bahwa suatu media dapat menjadi tempat pembenihan mikroba yang subur. Penelitian ini dilakukan secara retrospektif dengan cara mengumpulkan dan mengambil data dari batch record dan laporan validasi proses media SDA SA000-0323002, SA000-0423004, SA000-0523005. Kemudian dianalisis terkait uji pengendalian mutunya yang terdiri dari Uji In House Method, Uji GPT dan Uji Sterilitas. Berdasarkan analisis hasil uji pengendalian mutu yang terdiri dari uji visual, uji pengisian volume, uji pH, uji Growth Promotion Test (GPT) dan uji sterilitas memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan serta media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) tersebut bisa digunakan untuk menumbuhkan jamur.

Indonesia is a tropical country so it allows the growth of various microorganisms, one of which is fungi. Fungi can cause various infectious diseases. Therefore, a medium is needed that can be used for microbiology studies (Jiwintarum, 2017). There are three types of media used for fungal growth, namely natural media, semisynthetic media, and synthetic media. One synthetic medium for fungal growth is Sabouraud Dextrose Agar (SDA). Making a media requires analysis of quality control tests to ensure that a media can become a fertile breeding ground for microbes. This research was conducted retrospectively by collecting and retrieving data from batch records and SDA media process validation reports SA000-0323002, SA000-0423004, SA000-0523005. Then it is analyzed regarding the quality control test which consists of the In House Method Test, GPT Test and Sterility Test. Based on the analysis of the results of quality control tests consisting of visual tests, volume filling tests, pH tests, Growth Promotion Tests (GPT) and sterility tests that meet the specified specifications and the Sabouraud Dextrose Agar (SDA) media can be used to grow mushrooms.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library