Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini merupakan studi tentang kondisi dan situasi di pedesaan Cina yang berubah total sejak Mao bersama dengan PKC mengambil alih kekuasaan di Cina pada tahun 1949. Namun sebenarnya perubahan sudah terjadi jauh sebelum tahun 1949, yaitu ketika PKC mulai berdiri pada tahun 1921 dan sejak saat itu konsep-konsep pembangunan masyarakat sosialis mulai diperkenalkan dan dipraktekkan. Selama sepuluh tahun sejak tahun 1949 hingga tahun 1959, perubahan tidak hanya terjadi pada tataran sistem politik dan pemerintahan, namun yang lebih penting lagi adalah perubahan pada sistem sosial yaitu dengan berubahnya institusi-institusi sosial serta perubahan struktur sosial dan peran sosial dengan berubahnya mekanisme dalam masyarakat.

Dalam studi ini, untuk menggambarkan terjadinya perubahan sosial sebagai dampak dari kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh PKC dimana kebijakan tersebut berakar dari pikiran-pikiran Mao, digunakan teori sosial Talcott Parsons. Teori sosial Parsons dalam bukunya The Social System (1951) pada intinya menyebutkan bahwa sistem sosial sangat bergantung pada sistem budaya. Jika sistem budaya berubah, maka perubahan juga akan terjadi pada sistem sosial. Perubahan sistem sosial baru akan terjadi jika terjadi perubahan dalam sistem budaya. Dalam konteks ini maka yang terjadi di pedesaan Cina pada kurun waktu tersebut adalah sebuah perubahan sosial yang mengikuti perubahan budaya setelah masuknya paham Mantisme-Leninisme yang menggantikan sistem budaya Konfusianis. Proses perubahan itu sendiri akan dijelaskan dengan menggunakan beberapa teori antara lain adalah teori modernisasi dari David Apter, Giddens yang menekankan aspek kehidupan sosial sebagai suatu episode yang berarti memiliki awal dan akhir yang dapat dikenali serta Piotr Sztompka dengan Fungsionalisme Strukturalnya, sementara untuk menjelaskan bentuk-bentuk aksi yang terjadi digunakan teori Collective Actionnya Charles Tilly.

Ada beberapa tahap terjadinya perubahan sosial di pedesaan Cina dalam kurun waktu antara tahun 1949 sampai tahun 1959. Mao memulai rekayasa sosialnya dengan mengadakan Gerakan Land Reform pada tahun 1950, Ialu Kolektivisasi serta mencapai puncaknya pada pembentukan Komune Rakyat pada tahun 1958. Dalam periode inilah terjadi perubahan sosial yang begitu besar. Masyarakat Cina tradisional yang dengan teori Apter (1967) dapat di lihat sebagai masyarakat yang memiliki tiga tipe sfratifikasi yaitu menyangkut kasta, kelas dan status, melalui organisasi Komune Rakyat telah menjadi sebuah rnasyarakat yang harus hidup bersama secara komunal dalam struktur dan fungsi yang baru.
2006
D651
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Peristiwa gerakan Lompatan Jauh ke Depan (Dayuejin) menjadi penting dalam sejarah Cina, karena gerakan tersebut dilakukan oleh pemerintah baru RRC untuk mencapai komunis_me dan meningkatkan status perekonomiannya. Segala cara dan upaya dilakukan oleh pemerintah RRC dalam mencapai tujuan ini melalui gerakan Lompatan Jauh ke Depan. Dalam skripsi ini akan digambarkan bagaimana pemerintah RRC mengingin_kan kemajuan dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan poli_tik dalam waktu singkat melalui gerakan yang melibatkan massa rakyat ini..

Skripsi ini bertujuan memaparkan kembali peristiwa gerakan tersebut. Dengan dipaparkannya kembali peristiwa tersebut, maka paling tidak akan diperoleh dua manfaat: dapat lebih memahami peristiwa sejarah yang terjadi pada periode Cina modern tersebut.
1986
S13093
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2003
352.23 PRI a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
951 PRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
951 PRI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
Orang Cina datang ke Indonesia sekitar abad ke-9, ketika utusan dari Cina menjalin kerja hubungan dengan kerajaan-kerajaan di wilayah nusantara. Pemukiman-pemukiman kecil mereka sudah ada jauh sebelum bangsa Eropa datang, seperti di kota-kota pelabuhan perdagangan di sepanjang pantai utara Jawa, seperti Tuban, Gresik, Surabaya, dan Batavia. Pada tahun 1596 ketika Belanda datang ke Batavia sudah terdapat kampung yang didiami oleh orang-orang Cina di tepi sungai Ciliwung. Mereka adalah imigran-imigran generasi pertama yang datang secara berombongan, sebagian besar dari mereka adalah pekerja-pekerja bujangan yang kemudian berintegrasi dengan penduduk setempat, menikah dengan perempuan pribumi dan menetap. Kelompok inilah yang secara kultural makin jauh dari kultur asli negara leluhurnya dan bahasa yang mereka pergunakan pun merupakan bahasa campuran, atau lebih dikenal sebagai bahasa Melayu Cina. Maka terbentuklah suatu kelompok yang dalam banyak buku disebut "golongan peranakan".
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan antara bangsa Cina dan orang-orang dari sebrang lautan sebenarnya sudah berlangsung sejak lama. Paling tidak sejak abad 14, atau bahkan jauh sebelumnya, beberapa kapal dari negara-negara yang lautnya maju pernah menyinggahi Cina. Tetapi kunjungan-kunjungan kapal-kapal asing tersebut tidak mendapat sambutan yang semestinya baik dari pemerintah Cina maupun tradisionil rakyat Cina, yang notabene juga merupakan pandangan penguasa Cina pada waktu itu yang menganggap orang asing adalah orang biadab. Hal ini tercermin dari konsep mereka tentang zhongguo, yang menganggap Cina adalah pusat dunia, pusat budaya dan segala peradaban. Sementara itu masyarakat di luar Cina adalah masyarakat primitif, tidak berbudaya serta bar-bar yang perlu dibudayakan.

Atas dasar pemikiran yang demikian, maka proses hubungan antara Cina dan negara-negara sangatlah lambat. Ketika Inggris memulai menjajaiki hubungan dengan Cina perlakuan yang diterima oleh utusan Inggris adalah perlakuan sama yang diterapkan oleh kepada utusan dari sebuah negara taklukan. Tentu saja Inggris tidak dapat menerima perlakuan tersebut. Budaya diplomasi Eropa yang dibawa Inggris berbenturan dengan budaya diplomasi yang diterapkan oleh Cina yang terkenal dengan sebutan family of nations, dimana Cina bertindak sebagai bapak sementara negara-negara, terutama dikawasan Asia, bertindak sebagai anak dengan masing-masing konsekwen dengan posisinya.

Dengan menggunakan beberapa bahan bacaan yang didapat melalui penelitian kepustakaan, yang terdiri dari bahan primer maupun sekunder, tulisan ini bermaksud mengunggkapkan bagaimana akhirnya bangsa Eropa, khususnya Inggris mampu menembus konsep tradisionil Cina yang menjadi penghalang kegiatan diplomasinya. Bahkan kemudian Inggris berhasil menjadi mitra dagang paling besar bagi Cina, terutama adalah berkat adanya konsumsi teh yang sangat besar dikalangan bangsa Inggris. Semua hal tersebut dapat dicapai oleh Inggris hanya dengan melalui satu cara : kekerasan.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1994
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Priyanto Wibowo
Abstrak :
ABSTRAK
Setelah usai Perang Dunia Kedua, Cina berada dalam posisi di antara dua negara kuat; Uni Soviet dan Amerika Serikat. Sementara RRC sendiri sebagai sebuah negara yang baru melewati perang saudara, masih perlu melakukan pembenahan dalam berbagai sektor; industry, transportasi, pertanian, pendidikan, dan lain-lain. Untuk membangun semua itu, Mao Zedong, sebagai pemimpin negeri itu, akhirnya memutuskan bantuan dana dan meminta bantuan teknis kepada Uni Soviet, dan bukan ke Amerika.

Nyatanya, Uni Soviet lebih banyak memberikan bantuan teknis dibandingkan bantuan dana sebagaimana yang telah disepakati kedua negara. Begitu juga, Pelita I yang dananya dan bantuan tenaga ahlinya didatangkan dari Uni Soviet, tidak sepenuhnya berhasil. Menghadapi situasi itulah, Mao lalu mencanangkan gagasan "Gerakan Lompatan Jauh Ke Depan". Penelitian ini mengungkapkan latar belakang munculnya gagasan tersebut.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1996
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>