Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Saputra
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan di Kota Administrasi Jakarta Selatan. bertujuan untuk mengetahui pola sebaran wilayah potensial resapan air tanah, serta mengetahui faktor-faktor yang dominan terhadap wilayah potensial resapan air tanah di Kota Administrasi Jakarta Selatan. Metodelogi penelitian ini dengan Grid System, diperoleh dari overlay yang akan menghasilkan Potensi Resapan Air Tanah. Sebaran keruangan Resapan Air Tanah di Jakarta Selatan di kategorikan menjadi tiga yaitu: a) sebaran wilayah potensi resapan rendah di Jakarta Selatan dominan terdapat di bagian utara atau mendekati pusat kota. kelurahan yang paling besar memiliki luasan tersebut adalah Kelurahan Tebet Barat dalam Kecamatan Tebet dengan luas 110,42 ha atau 0,75 %. b) Sebaran wilayah potensi resapan sedang di Jakarta Selatan dominan terdapat di bagian utara atau mendekati pusat kota. kelurahan yang paling besar memiliki luasan tersebut adalah Kelurahan Pondok Pinang dalam Kecamatan Kebayoran Lama dengan luas 660,22 ha atau 4,53 %. Sedangkan, c) sebaran wilayah potensi resapan tinggi di Jakarta Selatan dominan terdapat di bagian utara atau mendekati pusat kota. kelurahan yang paling besar memiliki luasan tersebut adalah Kelurahan Ragunan dalam Kecamatan Pasar Minggu dengan luas 50,63 ha atau 0,34 %. ...... The research was conducted at the South Jakarta Administration. aims to determine the distribution patterns of potential groundwater recharge areas, and determine the dominant factors of the potential groundwater recharge areas in South Jakarta Administration. This research methodology with Grid System, derived from the overlay that will generate Potential Groundwater Infiltration. Spatial Distribution of Soil Water Infiltration in South Jakarta categorized into three, namely: a) the distribution of low recharge potential areas in South Jakarta are dominant in the northern part of or close to the city center. The biggest urban area is the Village has the Western District of Tevet Tevet with area 110.42 ha or 0.75%. b) The distribution of the potential catchment area in South Jakarta was predominantly located in the northern part of or close to the city center. The biggest urban area is the Village has Pondok Pinang in Kebayoran Lama district with an area of 660.22 hectares or 4.53%. Meanwhile, c) distribution of high recharge potential areas in South Jakarta predominantly located in the northern part of or close to the city center. The biggest urban area is the Village has Ragunan the Sunday Market District with an area of 50.63 ha, or 0.34%.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
T32129
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Reza Saputra
Abstrak :
Efisiensi suatu sistem rangkaian flat plate solar thermal collector dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam optimasi sebuah sistem pemanas air tenaga surya yang sedang dirancang maupun yang sudah berjalan. Penulisan ilmiah ini mengangkat masalah mengenai nilai efisiensi suatu sistem rangkaian seri dan parallel flat plate solar thermal collector yang dihitung dengan dua metode yaitu metode pengujian pada peralatan uji dan metode simulasi komputer. Pengujian dilakukan dengan merangkai 8 panel flat plate solar thermal collector menjadi rangkaian seri dan parallel kemudian diukur temperatur keluaran, radiasi matahari, dan laju aliran massa air. Simulasi komputer menggunakan program komputer Visual Basic 6.0 untuk menghitung radiasi matahari, temperatur keluaran, energi berguna, dan efisiensi. Dari kedua metode tersebut didapatkan nilai efisiensi rangkaian flat plate solar thermal collector. Berdasarkan pengujian didapatkan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian parallel adalah y = -1.0684x + 0.2884 dan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian seri adalah y = -1,2247 x + 0,428. Sedangkan dari simulasi didapatkan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian parallel adalah y = -8,1605 + 0,5654 dan grafik karakteristik efisiensi dari rangkaian seri adalah y = -8,6055x + 0,6472. Dari kedua metode tersebut terlihat bahwa terdapat perbedaan nilai karakteristik efisiensi tetapi memiliki trend line yang sama antara keduanya. ...... To optimized a designed flat plate solar water heating system, solar thermal collator's effeciency can be a point of review. This final projetc paper focused on a series and parallel of flat plate solar thermal collector combination based on two methods, experimental and computer's simulation. On experimental testing method, an eight flat plate solar thermal collector was combinated to a series and parallel and the output temperature, sun's radiation, and mass flow rate of the fluid were measured. Computer simulation method based on visual basic 6.0 programming to calculated sun's radiation, output temperature, usefull energy, and efficiency. The experimental result shown parallel efficiency's characteristic graphic, y = -1,0684 x + 0,2884, dan series effeciency's characteristics graphic, y = -1,2247 x + 0, 428. While the computer simulation result shows the parallel efficiency's characteristic y = -8,1605 + 0,5654 and the series efficiency's characteristic y = - 8,6055 x + 0,6472, although there was different efficiencies value between two methods, but it shown same trendline.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S37868
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Saputra
Abstrak :
ABSTRAK
Studi etnobotani pada suku Kokoda, Kampung Ugar, Pulau Ogasmuni, Kabupaten Fakfak, Papua Barat telah dilakukan dari bulan Februari ? November 2016. Penelitian bertujuan untuk mengetahui spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal suku Kokoda. Penelitian menggunakan metode wawancara semistruktur dan terstruktur, serta observasi partisipasi. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling dan snowball dengan jumlah informan sebanyak 11 orang. Informan terdiri dari kepala kampung, wakil kepala kampung, sekretaris kampung, kepala dusun, istri kepala dusun, dan warga yang sering memakai tumbuhan dalam kesehariannya. Hasil penelitian menunjukan, bahwa masyarakat lokal suku Kokoda di Kampung Ugar memiliki pengetahuan etnobotani yang cukup tinggi. Terdapat 202 macam pemanfaatan dari total 102 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat lokal. Penelitian berhasil mencatat 69 spesies tumbuhan sebagai obat, 34 spesies sebagai sumber pangan, 10 spesies sebagai sumber estetika, 6 spesies sebagai bahan ritual adat, 3 spesies sebagai bahan papan, 2 spesies sebagai racun, senjata, dan bahan bakar, serta masing-masing 1 spesies sebagai pewarna alami dan sandang.
ABSTRACT
Ethnobotanical study of Kokoda tribe, Ogasmuni Island, Fakfak Regency, West Papua, Indonesia was conducted from February to November 2016. Purpose of this research is to know the information about utilization of plant species by the indigenous people. This research used semi-structured and structured interviews by selecting 11 key informants using purposive sampling and snowball methods. The informants consisted of village chief, deputy head of the village, chieftain, traditional medical practitioners, and the local people often uses herbs medicine. Research successfully identified 102 plant species used by Kokoda?s tribe for various purpose, such as food, medicine, poison, and tradition ritual.
2016
S65943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ringga Reza Saputra
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S34211
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Saputra
Abstrak :
Reaktor Dielectric barrier Discharge (DBD) merupakan reaktor plasma non-termal yang sejak tahun 1980 diinvestigasi sebagai metode alternatif yang menjanjikan dalam berbagai penggunaan untuk mensitesis sejumlah reaktan. Pada penelitian ini dilakukan rancang bangun reaktor DBD mengkonversi LPG menjadi hidrokarbon lain dengan jenis pipa koaksial berbentuk shell and tube. Reaktor dirancang mudah dan murah dalam pembuatan dan perawatan; dapat beroperasi pada suhu kamar dan tekanan atmosferik; dan dapat menggunakan sumber energi listrik searah (DC) yang dirubah menjadi listrik bolak-balik (AC). Kinerja reaktor hasil rancangan terhadap variabel tegangan dan laju alir berpengaruh terhadap besarnya konversi reaksi yang terjadi, sedangkan variabel diamater discharge gap berpengaruh terhadap type reaksi yang terjadi. Pengaruh sumber listrik DC ialah jumlah energi listrik yang diterima oleh reaktor yang lebih besar dibanding sumber listrik arus AC.
Reactor dielectric barrier discharge (DBD) is a type of non-thermal plasma reactor that since 1980 has already been investigated as alternative methode that promising for synthesizes some reactans. Therefore in this reserch will be made design of reactor DBD to convert LPG become other hydrocarbon with type of coaxial pipe from sheel and tube. This reactor is designed for the ease of construction and maintenance; able to operate at ambient temperature and atmospheric pressure; and can be generate with DC electric current and then change to AC electric current by Inverter. Reactor performance from current and flow rate variable is influence to the corvertion that happen, meanwhile diameter variable influence to type of reaction that occur. The influence of electric source are from DC electric current will give more energy beside from AC electric source.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia;, 2010
S51671
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Reza Saputra
Abstrak :
Pendahuluan: World Health Organization (WHO) mendefinisikan Giant Cell-Tumour (GCT) merupakan tumor tulang yang bersifat jinak, mempunyai sifat dan kecenderungan untuk agresif lokal. Tujuan tata laksana GCT adalah menghilangkan jaringan tumor, mempertahankan fungsi tulang yang terkena, serta mencegah rekurensi. Sampai saat ini belum ada konsensus seragam untuk tata laksana GCT primer. Denosumab merupakan antibodi monoklonal yang berikatan dengan RANKL. Dengan adanya ikatan antara denosumab dengan RANKL, ikatan antara RANKL dengan RANK tidak terjadi, sehingga diharapkan tidak terjadi pertumbuhan tumor. Akan tetapi masih ada beberapa masalah yang masih menjadi pertanyaan antara lain: apakah pemakaian denosumab menurunkan angka rekurensi dibandingkan tata laksana konvensional sebelumnya, bagaimana efikasi denosumab pada tata laksana GCT, serta berapa dosis dan lama terapi denosumab diberikan. Dengan belum adanya pedoman baku penggunaan denosumab, dan belum adanya telaah sistematis serta penelitiannya di Indonesia, maka meta-analisis ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dalam membantu menyusun pedoman penggunaannya sehingga menghasilkan kebijakan baru dalam tata laksana GCT di Indonesia. Metode: Telah dilakukan pencarian dalam lima database menggunakan kata kunci ("DENOSUMAB" AND ("GIANT CELL TUMOR" OR "GCT") AND "OUTCOME"). Penilaian risiko bias studi dengan desain randomized controlled trial dilakukan dengan Cochrane Collaboration’s tool for assessing risk of bias, sedangkan penilaian risiko bias studi dengan desain nonrandomized controlled trial dan kohort dilakukan dengan Newcastle-Ottawa Quality Assessment Form for cohort study. Hasil Setelah diseleksi, didapatkan 21 studi yang dilakukan penilaian risiko bias. Meta-analisis menemukan bahwa terdapat 85,5% (IK95%: 74,9-96,0%) pasien mendapatkan perbaikan klinis; perbaikan radiologis pada 82.4% (95% IK: 73,3-91,4%) pasien; perubahan histopatologis pada 96,5% (95% IK: 93,6-99,3%) pasien; serta rekurensi sebesar 27,2% (95% IK: 18,7-35,7%) dan rekurensi pada denosumab dibanding kontrol yakni RR: 2,6 (95% CI: 1,66-4,09); total kejadian efek samping berat pada rahang sebesar 2,7% (95% IK: 1,4-4,0%). Kesimpulan: Administrasi Denosumab pada pasien GCT sebagai terapi sistemik memiliki efikasi yang baik dalam perbaikan klinis; perbaikan radiologis; penurunan aktivitas sel GCT; potensi efek samping yang rendah; akan tetapi angka kejadian rekurensi lebih tinggi dibanding kontrol. Meski demikian, studi komparatif eksperimen acak terkontrol dirasa perlu lebih banyak untuk meningkatkan kualitas hasil studi. ......Introduction: The World Health Organization (WHO) defines GCT as a benign bone tumor, with the nature and tendency for local aggressiveness. The goal of GCT management is to remove tumor tissue, maintain the function of the affected bone, and prevent recurrence. To date there has been no uniform consensus for primary GCT management. Denosumab is a monoclonal antibody that binds to RANKL. With the bond between denosumab and RANKL, the bond between RANKL and RANK does not occur, so that no tumor growth is expected. However, there are still a number of questions that remain questionable, among others: whether the use of denosumab reduces recurrence rates compared to previous conventional management, how the efficacy of denosumab in the management of GCT, and how much dose and duration of denosumab therapy is given. With no standard guidelines for using denosumab, and no systematic study and research in Indonesia. This meta-analitic study was conducted to answer these questions in helping to develop guidelines for their use so as to produce new policies in the management of GCT in Indonesia. Methods: Five databases have been searched using keywords ("DENOSUMAB" AND ("GIANT CELL TUMOR" OR "GCT") AND "OUTCOME"). After being selected, 21 studies were carried out with a bias risk assessment with the Newcastle-Ottawa Quality Assessment Form for cohort studies for studies with cohort designs and nonrandomized controlled trials while for one study a randomized controlled trial was conducted with the Cochrane Collaboration's tool for assessing risk of bias with results 4 poor quality studies. Results: The meta-analysis found that there were 85.5% (CI 95%: 74.9-96.0%) patients received clinical improvement, there was a reduction in VAS scale pain in 98.9% (CI 95%: 96.5-101.4% ) patient; radiological improvement in 85.5% 82.4% (95% CI: 73.3-91.4%) patients; histopathological changes in 96.5% (95% CI: 93.6-99.3%) patients; and recurrence of 27.2% (95% CI: 18.7-35.7%) and recurrence in denosumab compared to controls namely RR: 2.6 (95% CI: 1.66-4.09); the total incidence of severe side effects on the jaw was 2.7% (95% CI: 1.4-4.0%). Conclusions: Denosumab administration in GCT patients as a systemic therapy has good efficacy in clinical improvement; radiological repair; decreased GCT cell activity; low potential for side effects; however the recurrence rate is higher than the control. However, comparative studies of randomized controlled trials are deemed necessary to improve the quality of study results.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library