Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risa Rahmayati
"Beragam aktivitas yang menggunakan mikroba pada laboratorium mikrobiologi industri farmasi dapat memunculkan risiko terjadinya kontaminasi mikroba terhadap operator atau lingkungan sekitar. Salah satu upaya untuk pencegahan terjadinya kontaminasi dan kontaminasi silang adalah dengan menerapkan sistem tata udara yang baik, yang dapat memberikan perlindungan kepada operator serta menciptakan kondisi kerja yang nyaman. Sistem tata udara atau sistem HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning) yang baik perlu dilakukan kualifikasi agar memastikan sistem tata udara tetap memenuhi persyaratan untuk dilakukan aktivitas pada area atau ruangan tersebut (BPOM, 2018; World Health Organization, 2011). Salah satu kualifikasi yang dilakukan adalah Kualifikasi Kinerja atau Performance Qualification. Kualifikasi kinerja merupakan verifikasi terdokumentasi bahwa suatu sistem, fasilitas, atau peralatan yang terpasang dan difungsikan dapat bekerja secara efektif serta memberikan hasil yang dapat terulang berdasarkan metode dan spesifikasi yang telah disetujui (BPOM, 2018). Pada laporan tugas khusus ini, dilakukan dokumentasi kualifikasi kinerja sistem tata udara pada Laboratorium Mikrobiologi di PT Sydna Farma dan dilakukan analisis terhadap data-data yang didapatkan. Data yang didapatkan adalah data pemantauan jumlah partikel menggunakan particle counter; data pemantauan jumlah bakteri menggunakan metode Sedimentation Plate, RODAC Plate, dan MAS; data pemantauan aliran udara (air flow) dan pertukaran udara (air changes); serta data pemantauan suhu, kelembaban, dan tekanan dalam ruangan di area laboratorium mikrobiologi. Berdasarkan data dan analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kualifikasi kinerja sistem tata udara pada Laboratorium Mikrobiologi di PT Sydna Farma telah memenuhi spesifikasi yang ditetapkan berdasarkan CPOB tahun 2018.

Various activities that use microbes in the microbiology laboratory of the pharmaceutical industry can pose a risk of microbial contamination to the operator or the surrounding environment. One of the method to prevent contamination and cross-contamination is to implement a good air conditioning system, which can provide protection to operators and create comfortable working conditions. A good air conditioning system or HVAC (Heating, Ventilation, Air Conditioning) system needs to be qualified to ensure that the air conditioning system still meets the requirements for activities in the area or room (BPOM, 2018; World Health Organization, 2011). One of the qualifications carried out is Performance Qualification. Performance qualification is a documented verification that a system, facility, or equipment installed and functioned can work effectively and provide repeatable results based on approved methods and specifications (BPOM, 2018). In this task report, documentation of air conditioning system performance qualifications was carried out at the Microbiology Laboratory at PT Sydna Farma and analysis was carried out on the data obtained. The data obtained are particle count monitoring data using particle counter; bacteria count monitoring data using Sedimentation Plate, RODAC Plate, and MAS methods; air flow and air changes monitoring data; as well as indoor temperature, humidity, and pressure monitoring data in the microbiology laboratory area. Based on the data and analysis conducted, it can be concluded that the performance qualification of the air conditioning system at the Microbiology Laboratory at PT Sydna Farma has met the specifications set based on CPOB in 2018."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Berdasarkan Cara Distribusi Obat yang Baik, fasilitas distribusi harus memastikan bahwa obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak atau berwenang untuk menyerahkan obat ke masyarakat. Pihak-pihak tersebut merupakan pihak yang berwenang dalam menyelenggarakan pelayanan kefarmasian atau memberikan obat seperti apotek, rumah sakit, klinik, puskesmas, toko obat, maupun toko non obat (BPOM RI, 2020). Cara yang dapat dilakukan fasilitas distribusi untuk memastikan obat hanya disalurkan obat kepada pihak yang berwenang adalah dengan melakukan kualifikasi pelanggan baru atau rekualifikasi pelanggan lama secara berkala. Kualifikasi pelanggan dilakukan oleh fasilitas ditribusi sejak proses pendaftaran pelanggan baru sehingga dapat dipastikan obat hanya disalurkan kepada pihak yang berhak dan berwenang untuk menyerahkan obat kepada masyarakat (BPOM RI, 2020). Pada tugas khusus ini, dilakukan evaluasi kesesuaian implementasi SOP Kualifikasi Pelanggan di PT KFTD Cabang Jakarta 3 terhadap kelengkapan berkas kualifikasi pelanggan baru dari Apotek AA. Berdasarkan data yang didapatkan, PT KFTD Cabang Jakarta 3 telah melaksanakan kualifikasi pelanggan terhadap pelanggan baru yaitu Apotek AA. Akan tetapi, berkas kualifikasi pelanggan yang diberikan oleh Apotek AA, belum melengkapi denah lokasi, sehingga Apotek AA perlu untuk melengkapi berkas tersebut.

Based on CDOB, distribution facilities must ensure that drugs are only distributed to those who are authorized to deliver drugs to the community. These parties are authorized parties in organizing pharmaceutical services or providing drugs such as pharmacies, hospitals, clinics, puskesmas, drug stores, and non-drug stores (BPOM RI, 2020). The way that distribution facilities can ensure that drugs are only distributed to the authorities is to qualify new customers or requalify old customers periodically. Customer qualification is carried out by the distribution facility since the new customer registration process so that it can be ensured that drugs are only distributed to parties who are entitled and authorized to hand over drugs to the public (BPOM RI, 2020). In this report, an evaluation of the suitability of the implementation of the Customer Qualification SOP at PT KFTD Cabang Jakarta 3 was carried out on the completeness of the new customer qualification file from Apotek AA. Based on the data obtained, PT KFTD Cabang Jakarta 3 has carried out customer qualifications for new customers, namely AA Pharmacy. However, the customer qualification file provided by AA Pharmacy, has not completed the site plan, so AA Pharmacy needs to complete the file."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Setiap obat memiliki manfaat, tetapi terdapat pula risiko dalam penggunaan obat. Risiko tersebut dapat terkait efektivitas obat, munculnya efek samping obat, atau masalah terkait biaya pengobatan (Kemenkes RI, 2019). Risiko-risiko tersebut dapat diminimalkan dengan menerapkan lima tepat dalam penggunaan obat yang dapat ditelaah apoteker sebelum memberikan obat kepada pasien yaitu tepat obat, tepat pasien, tepat rute, tepat dosis, serta tepat waktu pemberian (Kemenkes RI, 2019). Setelah dilakukan telaah obat oleh apoteker, pasien diberikan obat yang dilengkapi dengan kemasan beserta etiket obat. Etiket obat dapat membantu pasien mengkonsumsi obat secara tepat, dikarenakan pada etiket obat dilengkapi dengan identitas pasien serta identitas atau informasi obat yang sedang dikonsumsi oleh pasien (Kemenkes RI, 2019). RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo memiliki sistem database yang memuat informasi yang tercantum pada etiket obat yang perlu untuk diperbarui. Pada tugas khusus ini, dilakukan pembaruan data informasi pada etiket untuk obat-obat oral yang digunakan di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Data-data yang diperbarui adalah data terkait instruksi terkait penggunaan obat, serta Beyond Use Date dari obat tersebut. Berdasarkan data yang diperoleh dari sistem yang digunakan oleh RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, terdapat total 1269 obat. Terdapat 779 (61%) data obat yang diperbarui dengan menambahkan instruksi khusus terkait cara penggunaan, dan/atau Beyond Use Date obat; 453 (36%) obat yang tidak memiliki aturan khusus, atau belum ditemukan data terkait BUD dari 453 obat tersebut; 26 (2%) data obat yang belum diperbarui; dan 11 (1%) obat yang bukan merupakan obat dengan rute oral.

Every drug has benefits also risks while using it. These risks can be related to drug effectiveness, side effects, about treatment costs (Kemenkes RI, 2019). These risks can be minimized by applying five appropriate drugs that can be reviewed by pharmacists before giving drugs to patients, which is right drug, right patient, right route, right dose, and right time (Kemenkes RI, 2019). After a drug review by the pharmacist, the patient is given a drug that is equipped with packaging along with drug etiquette. Drug etiquette can help patients consume drugs appropriately, because it is equipped with patient identity and identity or information on drugs being taken by patients (Kemenkes RI, 2019). RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo has a database system that contains information listed on drug etiquette that needs to be updated. In this special task, information data updates were made on etiquette for oral drugs used at RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. The updated data are data related to instructions related to the use of the drug, as well as the Beyond Use Date of the drug. Based on data obtained from the system used by RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, there are a total of 1269 drugs. There were 779 (61%) data updated regarding how to or Beyond Use Date of the drug; 453 (36%) drugs that do not have special rules, or have not found data related to BUD; 26 (2%) drug data that have not been updated; and 11 (1%) drugs that are non oral drugs."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Hipertensi merupakan penyakit serius yang dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan kardiovaskular, otak, ginjal, serta dapat mempengaruhi organ lainnya (WHO, 2021). Sebagian besar pasien melakukan terapi hipertensi dalam jangka waktu yang panjang untuk mencapai target tekanan darah yang lebih rendah dan mencegah risiko dari gagal jantung, stroke, atau infark miokard (WHO, 2021). Adapun serangkaian pelayanan kesehatan diperlukan untuk mengoptimalkan manfaat terapi dan mencegah permasalahan dari terapi hipertensi pada pasien, salah satunya adalah dengan menerapkan Medication Therapy Management (MTM) (Burns, 2008). Medication Therapy Management (MTM) merupakan bentuk pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengatasi atau mencegah permasalahan dari polifarmasi, efek samping obat, kepatuhan dalam meminum obat, serta penggunaan obat yang tidak tepat (Viswanathan et al., 2015). Puskesmas sebagai pusat pelayanan tingkat pertama fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan perlu untuk menerapkan pelayanan Medication Therapy Management (MTM) dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan bagi pasien (Kemenkes RI, 2019). Pada tugas khusus ini, dilakukan implementasi Medication Therapy Management terhadap seorang pasien dengan riwayat penyakit hipertensi yang disertai dengan gagal jantung dan diabetes melitus tipe dua yang menjalani kontrol rutin di Puskesmas Kecamatan Cakung. Pada pelaksanaan implementasi MTM ini, didapatkan kesimpulan bahwa implementasi pelayanan MTM yang telah dilakukan terhadap salah satu pasien hipertensi di Puskesmas Kecamatan Cakung dan telah terlaksana dan terdokumentasi dengan baik.

Hypertension is a serious disease that can increase the risk of cardiovascular disorders, brain, kidneys, and can affect other organs (WHO, 2021). Most patients undergo long-term hypertension therapy to achieve lower blood pressure targets and prevent the risk of heart failure, stroke, or myocardial infarction (WHO, 2021). A series of health services are needed to optimize the benefits of therapy and prevent problems from hypertension therapy in patients, one of which is by implementing Medication Therapy Management (MTM) (Burns, 2008). Medication Therapy Management (MTM) is a form of health service that aims to overcome or prevent problems from polypharmacy, drug side effects, adherence to taking drugs, and improper use of drugs (Viswanathan et al., 2015). Puskesmas as a first-level service center for health service facilities that carry out health efforts needs to implement Medication Therapy Management (MTM) services in order to improve service quality and safety for patients (Kemenkes RI, 2019). In this special task, the implementation of Medication Therapy Management was carried out on a patient with a history of hypertension accompanied by heart failure and type two diabetes mellitus who underwent routine control at the Cakung District Health Center. In the implementation of this MTM implementation, it was concluded that the implementation of MTM services that had been carried out for one of the hypertensive patients at the Cakung District Health Center and had been carried out and well documented."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Obat merupakan suatu bahan atau paduan bahan yang dapat digunakan sebagai pencegahan, penyembuhan, pemulihan, serta peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia (Menteri Kesehatan RI, 2016). Obat dapat diperoleh secara bebas atau berdasarkan resep dari dokter. Pasien yang memiliki masalah kesehatan tertentu dan menjalani terapi obat, umum diberikan resep obat dari dokter (Megawati & Santoso, 2017). Resep merupakan permintaan tertulis dari dokter atau dokter gigi baik tertulis pada kertas maupun secara elektronik kepada apoteker, untuk menyediakan dan menyerahkan obat bagi pasien sesuai dengan peraturan yang berlaku (Menteri Kesehatan RI, 2016). Resep dari dokter harus memuat informasi yang jelas dan memenuhi aspek administratif, farmasetik, serta pertimbangan klinis agar apoteker serta petugas kefarmasian dapat memahami obat yang akan diberikan kepada pasien (Menteri Kesehatan RI, 2016). Tugas khusus ini dilakukan dengan mendokumentasikan serta secara metode deskriptif, dilakukan pengkajian resep terhadap aspek administratif, farmasetik, dan klinis. Pengkajian resep dilakukan terhadap dua resep yang berbeda tetapi memiliki indikasi beririsan, yaitu sebagai terapi obat gangguan kardiovaskular. Berdasarkan kedua resep tersebut, aspek yang dikaji secara administratif, kesesuaian farmasetik, dan pertimbangan klinis cukup lengkap dan memberikan informasi yang cukup untuk apoteker dan tenaga kefarmasian lainnya dalam menyediakan dan memberikan obat yang sesuai kepada pasien.

Drug is a material or combination of ingredients that can be used as prevention, cure, recovery, and health improvement and contraception for humans (Menteri Kesehatan RI, 2016). Drug can be obtained with or without prescription from a doctor. Patients who have certain health problems and undergo drug therapy, are generally given drug prescriptions from the doctors (Megawati & Santoso, 2017). Prescription is a written request from a doctor or dentist either written on paper or electronically to the pharmacist, to provide and deliver drugs for patients in accordance with applicable regulations (Menteri Kesehatan RI, 2016). Prescriptions from doctors must contain clear information and meet administrative, pharmaceutical, and clinical considerations aspects so that pharmacists and pharmaceutical personnel can understand the drugs to be given to patients (Menteri Kesehatan RI, 2016). This task is carried out by documenting and reviewing prescriptions on administrative, pharmacological, and clinical aspects with descriptive method. The review of prescriptions was carried out on two different prescriptions but had intersecting indications, specifically for cardiovascular disorders. Based on these two prescriptions, the aspects reviewed administratively, pharmaceutical suitability, and clinical considerations are quite complete and provide sufficient information for pharmacists and other pharmaceutical personnel in providing and delivering appropriate drugs to patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Rahmayati
"Retinol merupakan zat aktif pada produk perawatan kulit yang banyak diminati oleh pengguna kosmetik karena manfaatnya dapat mengurangi tanda-tanda penuaan di kulit. Retinol bersifat tidak stabil terhadap paparan cahaya dan udara sehingga menurunkan kadar dan efektivitas dari retinol. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode analisis yang optimum dan tervalidasi menggunakan KCKT-UV untuk sediaan serum yang mengandung retinol, serta mengetahui pengaruh kondisi penyimpanan dan lama penyimpanan terhadap kadar retinol dalam sediaan serum. Metode analisis yang optimum pada penelitian ini telah tervalidasi berdasarkan pedoman ICH Q2 (R1). Metode ini menggunakan metode elusi isokratik pada panjang gelombang 324 nm, kolom C18, fase gerak metanol-asetonitril (90:10), dan laju alir 0,8 mL/menit. Nilai perolehan kembali metode ini adalah 98,06% - 101,66% dan KV ≤2%. Nilai koefisien korelasi pada metode ini adalah 0,9997. Nilai LOD dan LOQ yang diperoleh adalah 1,1819 µg/mL dan 3,9399 µg/mL. Penetapan kadar retinol dalam sampel serum wajah dengan variasi terhadap kondisi penyimpanan dilakukan pada hari ke-0; 7; dan 14. Pengaruh dari kondisi penyimpanan berbeda antara sampel A dan sampel B. Terjadi penurunan kadar retinol pada sampel dalam kurun waktu 14 hari, dengan rata-rata penurunan kadar retinol sampel A sebesar 69,96% dan sampel B sebesar 29,64%

Retinol is an active substance in skin care products that are in great demand by cosmetic users because of its benefits that can minimize the signs of skin aging. Retinol is unstable to exposure to light and air, thus lowering the effectiveness and retinol concentration. This study was conducted with the aim of obtaining an optimum and validated method using HPLC-UV for serum preparations containing retinol, as well as knowing the effect of storage conditions and storage duration on retinol levels in serum preparations. This optimum method has been validated based on ICH Q2 (R1) guideline. The optimum method was using isocratic elution method at 324 nm, column C18, mobile phase methanol-acetonitrile (90:10), and flow rate 0.8 mL/min. The accuracy of this method was 98.05% – 101.69% with CV ≤ 2%. The LOD and LOQ values were 1.1819 μg/mL and 3.9399 μg/mL. Determination of retinol levels in facial serum samples with variations related to storage conditions was carried out on day 0; 7; and 14. The influence of storage conditions was different between sample A and sample B. The average decrease in retinol levels within 14 days for sample A was 69.96% and sample B was 29.64%."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library