Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosdiana Lukitasari
Abstrak :
Gambaran kualitas hidup pasien dengan epilepsi di berbagai belahan dunia menunjukkan rerata skor yang beragam dan secara umum berada pada rentang yang cukup baik. Namun demikian, tinggi rendahnya skor kualitas hidup dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor dan diduga self-efficacy menjadi salah satu aspek yang mempengaruhinya. Self-efficacy ialah komponen yang penting dan dibutuhkan untuk memperbaiki kualitas hidup klien dewasa dengan epilepsi. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara self-efficacy dengan kualitas hidup pada klien dewasa dengan epilepsi menggunakan desain cross-sectional. Penelitian ini menggunakan 50 orang klien dewasa dengan epilepsi sebagai sampel. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rerata yang bermakna pada kualitas hidup berdasarkan stigma (p < 0,05) dan self-efficacy dengan kualitas hidup memiliki derajat kemaknaan kuat (p < 0,05;r = 0,511). Selain itu, analisis berikutnya menemukan tidak terdapat perbedaan rerata yang signifikan pada kualitas hidup berdasarkan penggunaan OAE, tipe serangan, frekuensi serangan, dukungan sosial (p>0,05). Penelitian ini bermanfaat dalam pelayanan keperawatan agar dapat memenuhi kebutuhan klien yang berprinsip mengendalikan serangan beserta dampak negatif akibat serangan maupun medikasi. Sehingga, kualitas hidup klien dewasa dengan epilepsi diharapkan semakin baik.
An overview of the quality of life of patients with epilepsy in various parts of the world shows that scores vary widely and generally in a fairly good range, with values above 60 from a range of 100. However, high and low quality of life scores can be influenced by several factors and suspected self -efficacy is one aspect that influences it. Self-efficacy is an important and necessary component to improve the quality of life for adults with epilepsy. The aim of this study is to identify relationship between self-efficacy and quality of life adult clients with epilepsy using cross-sectional analytical methods. This study used 50 adults with epilepsy. The results showed that there were significant mean differences in quality of life based on stigma (p <0.05) and self-efficacy to quality of life has a strong degree of significance (p<0.05;r=0.511). Further analysis found that there was no significant difference in quality of life based on AED usage, type of seizure, frequency of seizure, social support (p>0.05). This research is useful for nursing care in meeting needs that are principled to control seizure and side effects of medication. So, the quality of life of adult clients with epilepsy expected to be better.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Lukitasari
Abstrak :
Pandemi COVID-19 yang berasal dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China saat ini turut melanda Indonesia dengan angka kasus yang meningkat secara signifikan. COVID-19 diketahui menimbulkan komplikasi terhadap fungsi pernafasan. Salah satu di antara komplikasi yang disebabkan oleh COVID-19 adalah Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). ARDS menimbulkan masalah keperawatan utama, yaitu gangguan pertukaran gas. Sehingga, pasien dengan masalah gangguan pertukaran gas membutuhkan intervensi keperawatan yang dapat membantu ventilasi-perfusi yang adekuat, salah satunya dengan penerapan pemberian posisi yang sesuai, seperti high-fowler. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi efektivitas penerapan pemberian posisi high-fowler pada pasien COVID-19 dengan ARDS. Pemberian posisi high-fowler dilakukan selama tiga hari dengan durasi 8 jam per hari pada pasien COVID-19 dengan ARDS di setting ruang high-care. Hasil menunjukkan perbaikan difusi alveolar paru yang adekuat berdasarkan indikator laju respirasi, saturasi oksigen, tidak adanya penggunaan otot bantu nafas dapat dipertahankan dalam batas normal. Penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberikan intervensi keperawatan yang efektif untuk mengatasi gangguan pertukaran gas pada pasien COVID-19 dengan ARDS.
The COVID-19 pandemic, which was obtained from Wuhan City, Hubei Province, China, is currently experiencing a significant increase in Indonesia. COVID-19 is known caused complication for respiratory function. One of complications that caused by COVID-19 is Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS). ARDS poses a major nursing problem, namely impaired gas exchange. Thus, patient with impared gas exchange problem require nursing interventions that can help reach adequate ventilation-perfusion, one of which is by applying appropriate positioning, such as high-fowler. The aim of the study is to identify the effectiveness of applying high-fowler positioning in COVID-19 patient with ARDS. The implementation of high-fowler positioning was carried out for three days with a duration 8-hours per day in COVID-19 patient with ARDS in high-care unit setting. The results show an adequate improvement in pulmonary alveolars diffusion based on indicator, such as respiration rate, oxygen saturation, absence the use of breath-assisted muscles can be maintained within normal limits. This research is expected to be useful in providing effective nursing interventions to overcome impaired gas exchange in COVID-19 patient with ARDS.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library