Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Tugas akhir ini mengeksplorasi pemantauan terapi obat (PTO) pada pasien rawat inap dengan diagnosis efusi pleura curiga metastasis, meteorismus, hipokalemia, hipokalsemia, dan hipomagnesemia di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto. Fokus utama adalah mengevaluasi masalah terkait obat melalui PTO dengan menggunakan klasifikasi Cipolle pada praktik perawatan farmasi. Penelitian ini bertujuan mengambil data rekam medik pasien dan menilai masalah terkait obat melalui PTO selama enam hari. Hasil menunjukkan bahwa pasien mengalami reaksi obat yang tidak diinginkan, terutama dalam kombinasi obat yang tidak tepat, seperti interaksi obat dan efek samping obat. Meskipun tidak ditemukan masalah dalam kategori perlu terapi tambahan obat, terapi obat yang tidak perlu, pemilihan obat yang tidak efektif, dosis terlalu rendah, dosis terlalu tinggi, dan ketidakpatuhan pasien. Penelitian ini menekankan pentingnya PTO berkelanjutan dan peran apoteker dalam mencegah serta mengatasi masalah terkait obat pada pasien rawat inap. Dengan memahami dan mengidentifikasi masalah obat secara dini, upaya ini dapat meningkatkan keamanan dan efektivitas terapi obat bagi pasien.

This final project explores the drug therapy monitoring (DTM) in hospitalized patients diagnosed with pleural effusion suspicious of metastasis, meteorism, hypokalemia, hypocalcemia, and hypomagnesemia at the Gatot Soebroto Army Central Hospital (RSPAD). The primary focus is to evaluate drug-related problems through DTM using the Cipolle classification in pharmaceutical care practice. The research aims to gather patient medical record data and assess drug-related issues through a six-day DTM. Findings indicate that the patient experienced an adverse drug reaction, particularly involving inappropriate drug combinations, such as drug interactions and side effects. Although no issues were found in categories such as the need for additional drug therapy, unnecessary drug therapy, ineffective drug selection, subtherapeutic dosages, excessive dosages, and patient non-compliance. This study underscores the significance of continuous DTM and the pharmacist's role in preventing and addressing drug-related problems in hospitalized patients. By early understanding and identifying drug problems, these efforts can enhance the safety and effectiveness of drug therapy for patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Inflammatory Bowel Disease (IBD) adalah istilah untuk dua kondisi, yaitu Ulcerative Colitis (UC) dan Crohn Disease (CD) yang ditandai dengan peradangan kronis pada saluran gastrointestinal. Deksametason memiliki spesifisitas yang kurang sehingga dapat menyebabkan efek samping sistemik apabila digunakan secara jangka panjang. Pengobatan IBD memerlukan suatu sistem penghantaran kolon tertarget untuk mengurangi efek samping deksametason. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi beads kalsium pektinat yang mengandung deksametason (F1) dan kombinasi deksametason-probiotik (F2) serta mengetahui karakteristik dan profil pelepasannya melalui uji pelepasan in vitro. Jenis probiotik yang digunakan adalah Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium longum. Beads dibuat menggunakan metode gelasi ionik dan disalut menggunakan Eudragit L100 (FA) dan Eudragit S100 (FB), sehingga didapatkan F1A, F1B, F2A, F2B. Karakterisasi dilakukan terhadap beads sebelum dan sesudah disalut. Uji pelepasan in vitro pada beads tersalut dilakukan dalam medium HCl pH 1,2 selama 2 jam, medium dapar fosfat pH 7,4 selama 3 jam, dan medium dapar fosfat pH 6,8 selama 3 jam. Beads yang dihasilkan berbentuk hampir sferis dan memiliki nilai efisiensi penjerapan yang tinggi, yaitu 82,730% ± 0,774% (F1) dan 94,414% ± 0,477% (F2). Sebagian besar beads terdistribusi pada ukuran diameter 0,841-1,190 mm. Hasil pelepasan obat kumulatif akhir pada F1A, F1B, F2A, dan F2B, berturut-turut adalah 89,919% ± 0,524%, 87,653% ± 0,713%, 98,695% ± 1,486%, dan 97,406% ± 0,459%. Berdasarkan hasil pengujian, beads kalsium pektinat tersalut mampu menahan pelepasan deksametason dalam medium asam, namun belum berhasil menarget kolon.

Inflammatory Bowel Disease (IBD) is a term for two conditions, namely Ulcerative Colitis (UC) and Crohn's Disease (CD) which are characterized by chronic inflammation of the gastrointestinal tract. Dexamethasone has poor specificity so that it can cause systemic side effects when used in long term. The treatment of IBD requires a colon targeted drug delivery system to reduce the side effects of dexamethasone. This study aimed to obtain a formulation of calcium pectinate beads that containing dexamethasone (F1) and combination of dexamethasone-probiotics (F2) and to determine the characteristics and release profile through in vitro release tests. The types of probiotics used were Lactobacillus acidophilus dan Bifidobacterium longum. Beads were made using the ionic gelation method and coated using Eudragit L100 (FA) and Eudragit S100 (FB), so that formulas were F1A, F1B, F2A, and F2B. Characterization was carried out on the beads before and after they were coated. In vitro release test on coated beads was carried out in HCl pH 1.2 medium for 2 hours, phosphate buffer medium pH 7.4 for 3 hours, and phosphate buffered medium pH 6.8 for 3 hours. The resulting beads were almost spherical in shape and had high entrapment efficiency values, namely 82.730% ± 0.774% (F1) and 94.414% ± 0.477% (F2). Most of the beads were distributed in diameter sizes from 0.841 to 1.190 mm. The final cumulative release results of F1A, F1B, F2A, and F2B was 89.919% ± 0.524%, 87.653% ± 0,713%, 98.695% ± 1,486%, dan 97.406% ± 0.459%. Based on the test results, the coated calcium pectinate beads were able to resist the release of dexamethasone in acidic medium, but had not succeeded in targeting the colon."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyimpanan narkotika di PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3 serta melaksanakan pelaporan kegiatan penerimaan narkotika pada bulan Desember 2022 kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Pedagang Besar Farmasi (PBF) memiliki peran krusial dalam menjaga keamanan, khasiat, dan mutu obat, termasuk narkotika, yang dijalankan sesuai dengan Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) dan Standar Operasional Prosedur (SOP). Metode penelitian melibatkan studi literatur terkait peraturan yang berlaku, pengumpulan informasi, observasi langsung terhadap kegiatan penyimpanan narkotika di KFTD Jakarta 3, dan diskusi dengan apoteker penanggung jawab. Analisis dilakukan dengan membandingkan kegiatan penerimaan narkotika dengan peraturan, SOP, dan praktik di lapangan. Pelaporan kegiatan penerimaan narkotika dilakukan dengan mengolah data bulanan menggunakan template BPOM dan mengunggahnya ke sistem e-pengawasan obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penyimpanan narkotika di KFTD Jakarta 3 telah sesuai dengan CDOB dan peraturan yang berlaku. SOP penyimpanan narkotika di KFTD juga mematuhi ketentuan yang berlaku. Pelaporan kegiatan penerimaan narkotika dilakukan secara tepat waktu dan daring melalui laman resmi BPOM. Temuan ini mengindikasikan bahwa KFTD Jakarta 3 telah menjalankan proses penyimpanan narkotika dan pelaporan kegiatan penerimaan narkotika secara sesuai dengan regulasi dan standar yang berlaku. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam meningkatkan kualitas pengawasan narkotika di PBF serta memberikan panduan bagi PBF lainnya dalam mematuhi peraturan yang berlaku.

This research aims to analyze the storage of narcotics at PT. Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) Jakarta 3 and to implement the reporting of narcotics receiving activities in December 2022 to the National Agency of Drug and Food Control (BPOM). Pharmaceutical Wholesalers (PWFs) play a crucial role in ensuring the safety, efficacy, and quality of drugs, including narcotics, adhering to Good Distribution Practice (GDP) and Standard Operating Procedures (SOP). The research methodology involves a literature review of relevant regulations, data collection, direct observation of narcotics storage activities at KFTD Jakarta 3, and discussions with the responsible pharmacist. The analysis compares narcotics receiving activities with regulations, SOPs, and field practices. Reporting of narcotics receiving activities is conducted by processing monthly data using the BPOM template and uploading it to the electronic drug supervision system. The results indicate that the narcotics storage process at KFTD Jakarta 3 complies with GDP and applicable regulations. The SOP for narcotics storage at KFTD also adheres to relevant standards. Reporting of narcotics receiving activities is timely and conducted online through the official BPOM reporting portal. These findings suggest that KFTD Jakarta 3 has effectively implemented narcotics storage and reporting activities in accordance with prevailing regulations and standards. This research is expected to contribute to enhancing the quality of narcotics supervision in PWFs and provide guidance for other PWFs in compliance with applicable regulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Apotek memegang peran penting dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Dalam perkembangan ilmu kefarmasian, apotek bukan hanya sebagai tempat pengambilan obat, melainkan juga penyedia pelayanan farmasi yang komprehensif. Apotek Kimia Farma, sebagai jaringan apotek milik pemerintah terbesar di Indonesia, berkomitmen untuk meningkatkan akses ke layanan apotek berkualitas. Penelitian ini menyoroti evaluasi waktu tunggu pelayanan resep obat di Apotek Kimia Farma Kebon Bawang. Waktu tunggu diukur sebagai selang waktu antara penyerahan resep dan pengambilan obat, menjadi indikator utama kualitas pelayanan. Berdasarkan regulasi, waktu tunggu pelayanan resep harus berada dalam kisaran 15-30 menit. Evaluasi mencakup pelayanan resep obat non-racikan dan obat racikan, masing-masing memiliki standar waktu tunggu tersendiri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan observasional, termasuk pengamatan langsung dan pengukuran waktu menggunakan stopwatch. Faktor-faktor yang memengaruhi waktu tunggu dievaluasi secara menyeluruh. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata waktu tunggu pelayanan resep obat racikan dan obat non-racikan di Apotek Kimia Farma Kebon Bawang adalah 18 menit 32 detik dan 6 menit 22 detik. Waktu tunggu ini sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh regulasi mencerminkan efisiensi pelayanan dan pengalaman positif bagi pasien. Penelitian ini menegaskan pentingnya pelayanan farmasi yang cepat dalam memenuhi harapan pasien, mematuhi standar regulasi, dan berkontribusi pada hasil kesehatan yang lebih baik serta kepuasan pasien.

Pharmacies play a crucial role in public healthcare services. With the advancement of pharmaceutical science, pharmacies have transformed from mere medication dispensers into comprehensive pharmaceutical service providers. Kimia Farma Pharmacy, as the largest government-owned pharmacy chain in Indonesia, is committed to enhancing access to quality pharmacy services. This study focuses on the evaluation of waiting times for prescription medication services at Kimia Farma Pharmacy, Kebon Bawang. Waiting time is measured as the duration between prescription submission and medication dispensing, serving as a key indicator of service quality. According to the Ministry of Health Regulation No. 73 of 2016, the required waiting time for prescription services should fall within the range of 15-30 minutes. The evaluation encompasses both non-compounded and compounded prescription services, each with its unique waiting time standard. The research adopts a descriptive and observational methodology, involving direct observations and stopwatch measurements to calculate waiting times. Various factors influencing waiting times are comprehensively assessed. The findings reveal that the average waiting time for compounded and non-compounded prescription medication services at Kimia Farma Pharmacy, Kebon Bawang, is 18 minutes and 32 seconds and 6 minutes and 22 seconds, respectively. These waiting times align with the standards established by the Ministry of Health, reflecting service efficiency and a positive patient experience. This study underscores the importance of prompt pharmaceutical services in meeting patient expectations, adhering to regulatory standards, and contributing to improved health outcomes and patient satisfaction."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Angelia Yohana Ulina
"Vaksin adalah elemen kunci dalam upaya pencegahan penyakit yang telah menjadi fokus utama di tingkat global, terutama dalam menghadapi pandemi COVID-19. Puskesmas sebagai lembaga pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat memainkan peran penting dalam penyelenggaraan program vaksinasi. Evaluasi yang cermat tentang penggunaan vaksin di puskesmas dapat memberikan wawasan berharga untuk perbaikan program vaksinasi dan pengambilan keputusan yang lebih baik.Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menganalisis data pemakaian vaksin rutin dan vaksin COVID-19 di Puskesmas se-Kecamatan Matraman dan jejaringnya pada tahun 2022. Data dianalisis untuk menentukan jumlah dan jenis vaksin yang paling banyak digunakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebanyak 18 jenis vaksin digunakan, termasuk vaksin BCG, campak, DPT-HB-HiB, dan vaksin COVID-19 seperti Sinovac Multi Dose. Vaksin DPT-HB-HiB adalah jenis vaksin rutin dengan penggunaan terbanyak pada tahun 2022, sedangkan Sinovac Multi Dose adalah vaksin COVID-19 dengan penggunaan terbanyak. Hasil analisis ini diharapkan dapat memberikan pandangan yang berharga dalam perencanaan dan pengembangan program vaksinasi di tingkat lokal, serta mendukung pengambilan keputusan yang lebih efektif dalam upaya pencegahan penyakit. Informasi ini dapat membantu puskesmas dan jejaringnya dalam mengelola persediaan vaksin dan menyusun strategi vaksinasi yang lebih baik.

Vaccines are a crucial element in disease prevention efforts that have garnered global attention, particularly in the face of the COVID-19 pandemic. Health centers, as community-level healthcare institutions, play a pivotal role in the administration of vaccination programs. A meticulous evaluation of vaccine usage data in health centers can offer valuable insights for improving vaccination programs and making better-informed decisions. The primary objective of this research is to analyze the data on routine vaccine and COVID-19 vaccine usage in Health Centers across the Matraman Subdistrict and their networks in the year 2022. The data were analyzed to determine the total quantity and types of vaccines most frequently used. The findings of this research reveal that a total of 18 vaccine types were utilized, including BCG, measles, DPT-HB-HiB, and COVID-19 vaccines like Sinovac Multi Dose. DPT-HB-HiB was the most commonly used routine vaccine in 2022, while Sinovac Multi Dose was the most frequently used COVID-19 vaccine. The results of this analysis are expected to provide valuable insights into the planning and development of vaccination programs at the local level and support more effective decision-making in disease prevention efforts. This information can aid health centers and their networks in managing vaccine supplies and devising better vaccination strategies."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library