Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sudarto
"Penelitian ini berjudul "Representasi Pengetahuan Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang Ilmu Pendidikan ke dalam Sistem Berbasis Pengetahuan dengan Menggunakan "Kaidah Produksi." Penelitian dilatarbelakangi oleh kebutuhan untuk mengaplikasikan teknik representasi pengetahuan "Kaidah Produksi," terhadap Bagan Klasifikasi DDC-21 ke dalam Sistem Berbasis-pengetahuan. Tujuan penelitian adalah untuk membuat representasi pengetahuan tentang Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang Ilmu Pendidikan. Permasalahan utama adalah Bagaimana merepresentasikan Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang Ilmu Pendidikan ke dalam Sistem Berbasis-pengetahuan, yang dapat memberikan solusi terhadap pembentukan nomor kelas subyek bahan pustaka, yang terdiri dari nomor utama dan nomor sekunder klasifikasi.
Metode penelitian menggunakan pendekatan Systems Development Life Cycle (SDLC) dengan menerapkan konsep model linear Expert Systems Development Life Cycle (ESDLC) pads tahap pengembangan front-end. Teknik representasi pengetahuan yang digunakan adalah "K.aidah Produksi," dengan format kaidah IF-THEN-ELSE. Pembuatan representasi pengetahuan dilakukan dengan menggunakan bantuan instnunen Diagram Pohon (Decision tree) dan dilakukan secara Modular.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik representasi pengetahuan "Kaidah Produksi," dapat dan cocok digunakan untuk: 1) merepresentasikan Sistem Klasifikasi DDC-21 Bidang limu Pendidikan ke dalam Sistem Berbasis-pengetahuan. 2) memberikan solusi terhadap pembentukan nomor utarna (kelas utama, divisi, seksi dan turunannya), serta pembentukan nomor sekunder, benipa penambahan notasi dari bagian lain Bagan, Tabel-1 (Subdivisi Standar), Tabel 2 (khusus wilayah Asia, Asia Timur dan Timur Jauh), Tabel-2 perluasan untuk wilayah Indonesia, dan Tabel-5 (Ras, suku bangsa dan kebangsaan).

Knowledge Representation for Field of Education Science from DDC-21 Classification System to Knowledge-based System with Production RuleThis research about "Knowledge Representation for Field of Education. Science from DDC-21 Classification System to Knowledge-based System use Production Rule Technique_" Background of research is the need to application "Production Rule," as Knowledge Representation technique to Schedule-of DDC-21 Classification System. The purpose of this study is building knowledge representation about Field of Education Science from DDC-21 Classification System. The problem is how to representing Field of Education Science from DDC-21 Classification System to Knowledge-based systems, that can give solution for number building with primary and secondary number classification for material subject.
The approach for research method is Systems Development Life Cycle (SDLC) and apply front-end stage from linear concept Expert Systems Development Life Cycle (ESDLC)_ The knowledge representation technique for build knowledge-base is Production Rule. Rule formatted in IF-THEN-ELSE, with assisted by Decision tree instrument. Production Rule arranged with modularity concept to break the problems classification.
The results of research supporting the hypothesis that DDC-21 Classification System is Knowledge Domain for Knowledge-based systems. It's can represented and available to implementing to Knowledge-based systems with use Production Rule technique. Production rule can represent solutions for problems in classification, such as number building for subject classification. This research have represented basic number (main class, division, section and subsection), and secondary number; Table-1 (Standard Subdivisions), Table-2 (Asia, Orient and Far East), Table-2 extension for Indonesia areas and Table-5 (Racial, Ethnic and National Groups), and number adding from the other part of Schedul.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T7967
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Pengelolaan suatu proyek selalu dihadapkan pada suatu harapan keberhasilan, namun tidak sedikit yang mengalami kegagalan baik secara finansial maupun mutu dan waktu. Seringkali kegagalan disebabkan pada pengelolaan Sumber daya Manusia yang kurang mampu dalam menangani proyek tersebut.
Oleh karena itu Kinerja Manajer Proyek sangatlah penting artinya dalam pengelolaan suatu proyek, khususnya pada proyek konstruksi, karena keberhasilan Manager Proyek dapat memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan.
Penelitian ini menggunakan data dari 50 sample untuk melihat adanya hubungan secara kuantitatif & kualitatif melalui analisasi regresi berganda Pengaruh Kualitas Manajer Proyek Tehhadap Tingkat Imbalan Manajer Proyek.
Melalui Simulasi Monte Carlo telah memberi peluang untuk mengkaji stabilitas dari model terhadap segala kemungkinan di lapangan. Dari salah satu perusahaan diperoleh sample tambahan yang dijadikan studi kasus untuk mengetahui resiko imbalan terhadap keuntungan perusahaan jangka panjang dengan menggunakan metode Risk Monte Carlo Simulation Optimization Modeling."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8813
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"
ABSTRAK
Selama mesa 4 iompat; tahun. mari tanun 1939 sampai
denqan 1992 teroapat 32 emiten vang melakukan akuisisi, 9
akuisisi eksternal dan 23 akuisisi internal. Hal ini menun~
Jukhan nahwa necenderungan akuisisi di Indonesia adalah
internal. Oleh karena itu hanva diteliti akuisisi internal
selama rantang wantu tahun 1991 dan 1992, mengingat selama
rentang waktu ini dikeluarhan dua reuulasi yaitu Surat
edaran BAFEFAM No. S-456/PM/1991 tanggal 12 April 1991
tentang "Fembelian Saham atau Eenvertaan Pada Perusahaan
Lain" dan surat kenutusan Nu. Hep-O1!PN/1993 tangqal 29
Januari 1993 tentang "Benturan Kepentingan Transaksi Ter-
tentu".
Fenelitian dilakukan terhadap akuisisi industri yang
tidah terhait (ATT) Dan sebagai variabel kontrol adalah
akuisisi terkait RAT). ATT hanva terjadi nada suatu indu-
stri yang memnunyai peftumbuhan Dermintaan relatii rendah
[ihdU5tFl telah )enuh) mengahuisisi lndustri lain yanu
mempunyai percumbunan permlntaan tinggi. Industri denaan
tingkat pertumbuhan DEFmlKtB&U tinqqi merarti oertumbunan
Déhjualan Cepat berartl Quia memmunyai profit tinqgi. Hal
ini memungkinkan perusahaan dalam industri tersebut mudah
memperoleh dana hutang. Hasil penelitian menungukkan bahwa pengakuisisi
ATT menqakulsisi perusahaan yang mempunyai EF, ROE dan debt
ratio lebih tinggi. Hal lni dapat dilihat Setelah adanya
penyeeuaian laporan keuangan maeing-masing meningkat seba-
sar 2.578Z. 2.732Z namun tldak eignifikan secara statistlk
sedang debt ratio naik 31.3131 yang signifikan pada tingkat
75Z. Hal tersebut tidak terjadi pads pengakuieisi AT yaitu
mereka mengakuisisi perusahaan yang mempunyai EP, NPN, ROE
leb1h rendah atau menurun 1E.471Z, 1.594Z, 10.5112 dan
leverage lebih tinggi yaitu meningkat 1l.BO4Z.
Temuan ini mengimplikasikan bahwa kekayaan pemegang
saham pada ATT meningkat namun realisasinya tergantung dari
biaya ahuisisi yang dikeluarkan. Demikian juga strategi
pembiayaan akuisisi dalam usaha mempertahankan kondisi
leverage keuangan mu1a'mula."
1994
Tpdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"Penelitian ini ditujukan untuk memahami persepsi etnik Papua terhadap diri dan kaitannya dengan kelompok bangsa sebagai akibat perluasan jaringan sosialnya, dengan pokok permasalahan "Persepsi Etnik Papua sebagai bangsa dalam kerangka NKRI", maka penelitian akan dipusatkan pada alam pikiran masyarakat atau penduduk etnik Papua sebagai populasi.
Penelitian inl bertujuan untuk mengungkap apa yang menjadi landasan pemikiran etnik Papua bergabung sebagai satu bangsa dalam NKRI dan apa yang mendorong etnik Papua sekarang ingin memisahkan diri dari NKRI serta untuk mengetahui harapan etnik Papua akan sejahtera didalam NKRI. Sumber data primer adalah masyarakat etnik Papua yang tinggal di Jakarta, yang diperoleh dengan kuesioner dan wawancara. Sedangkan sumber data sekunder diperoleh dari buku-buku, referensi-referensi dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan. ldealnya sumber data adalah masyarakat suku-suku asli yang tinggal di Papua, karena Iebih representatif dan valid untuk pengambilan keputusan.
Analisa data berdasarkan kualitatif maupun kuantitatif, dengan teknik analisis tabel dan untuk pengambilan keputusan menggunakan Analytical Hierarchy Process. Kesimpulan dari analisis adalah etnik Papua masih setuju tetap integrasi kedalam NKRI, mereka masih merasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan mengakui simbol-simbol negara Indonesia maupun Pancasila sebagai dasar negara. Tetapi disisi lain masih adanya persepsi generasi bare etnik Papua yang masih terinspirasi dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1514, yang menuntut diadakan referendum, pembentukan negara federal atau merdeka. Sedangkan Papua akan Iebih sejahtera dimasa depart apabila putra daerah diberi kesempatan untuk maju dan memimpin daerahnya sendiri, dengan jalan melaksanakan pemekaran propinsi dengan status otonomi daerah.
Untuk kepentingan pembangunan Papua dimasa mendatang, Pemerintah Pusat disarankan membuat sejarah integrasi Papua dengan benar dan jujur, dengan harapan agar generasi muda etnik Papua mengerti dan memahami sejarah integrasi Papua yang sebenamya serta untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa nasionalisme generasi muda untuk mendukung keberhasilan pembangunan di Papua. Disamping itu juga disarankan melaksanakan penelitian tentang OPM, pelaksanaan Otonomi Khusus, pelaksanaan Otonomi Daerah, pelaksanaan Pemekaran propinsi dan Penelitian tentang kehidupan dan karakteristik suku-suku etnik Papua.

This research is address to comprehend ethnic perception of Papua to self and his bearing with nation group. With problems 'Ethnic Perception of Papua as nation in NKRI, hence research will be concentrated on society mind nature or ethnic resident of Papua as population.
This research aim to to express what the basis for ethnic idea of Papua as nation integration in NKRI and what pushing is ethnic of Papua now wish to independence from NKRI and also to know ethnic expectation of Papua will be prosperous in NKRI. Source of primary data is ethnic society of Papua who live in Jakarta, obtained with interviews and questionaire. While source of data of sekunder obtained from books, research result and references. Ideally the source of data is original terms society who live in Papua, because more representatif and valid for decision making.
Data analysis pursuant to qualitative and quantitative, with technique analyse tables and for decision making to use Analytical Hierarchy Process. Conclusion of analysis is ethnic of Papua still agree remain to integrate into NKRI, they still feel proud as Indonesian nation and confess Indonesia state symbols and also Five Principles as state s philosophy. But on the other side there is still his perception of ethnic new generation of Papua which still inspiration with Resolution of United Nations Number 1514, claiming to be performed by referendum, forming of federal states or independence. While Papua will be more be prosperous is future if putra daerah given by opportunity to go forward and lead its Papua, by way of executing advance of province with autonomy status.
The future to development of Papua, Central Government suggested to make history integrate Papua truly and honesty, on the hope to be ethnic the new generation of Papua understand and comprehend history integrate Papua which in fact and also to build and develop to nationalism. Beside that is also suggested to execute research about OPM, execution of Special Autonomy, execution of advance province and ethnic terms characteristic and life of Papua research.
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T20264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Bandung: Alumni, 1977
345 SUD h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Bandung: Alumni, 1983
345 SUD h (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Bandung: Alumni, 2006
345 SUD k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1985
S17511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
Depok: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudarto
"ABSTRAK
Penelitian ini bertolak dari anggapan bahwa adanya ketertiban di suatu pasar
umumnya ditunjukkan oleh keteraturan pada pedagang yang berdagang di
dalam pasar. Disamping itu, ketertiban pasar juga ditunjukkan oleh
keteraturan parkir kendaraan, dan yang tak kalah penting adalah ditunjukkan
oleh rendahnya tingkat tindak kriminalitas.
Dalam pada itu kondisi yang tertib dan terkendali di tempat-tempat umum
merupakan tanggung jawab kepolisian dalam hal ini Polri. Tidak saja menjadi
tugas polisi, namun juga kondisi yang tertib akan mempermudah polisi dan
pihak-pihak yang terkait dalam menjalankan tugasnya. Lebih jauh, dengan
adanya lingkungan yang teratur Polsek akan dapat melakukan deteksi dini
atas kemungkinan gangguan keamanan, mengantisipasi terjadinya berbagai
tindak kriminal lalu kemudian mengupayakan pencegahannya.
Terciptanya kondisi tertib akan memberikan manfaat bagi masyarakat luas
dan lebih khusus bagi akan bermanfaat bagi pedagang informal. Pedagang
I informal memerlukan kondisi aman, nyaman, dan tentram dalam beraktivitas
tanpa diliputi perasaan was-was terhadap timbulnya gangguan keamanan.
Dalam pada itu Pasar Angso Duo merupakan pasar tradisional terbesar dan
merupakan salah satu urat na"dTperekonomian di kota Jambi pada khususnya
dan di Propinsi Jambi pada umumnya. Arti penting pasar tersebut menuntut
terciptanya kondisi ketertiban sehingga dapat memungkinkan
berlangsungnya aktivitas pasar dengan lancar, tertib, dan tidak aman. Akan
tetapi sejak lama lingkungan pasar ini dikenal kurang aman, dan kurang
tertib, meskipun di sana terdapat unit tugas Polsek. Upaya-upaya untuk mengatur ketertiban Pasar Angso Duo oleh pihak yang
berwenang (Polsek, Dinas Pasar Angso Duo, dan instansi terkait) yang
selama ini dilakukan dinilai tidak berhasil. Hal ini berarti Polsek sebagai salah
satu pihak yang memiliki kewenangan dalam mengatur ketertiban belum
dapat menunjukkan perannya secara maksimal, bahkan timbul kesan bahwa
Polsek selama ini tidak bekerja semestinya.
Untuk mengatasi semakin semrawutnya Pasar Angso Duo, dan terlebih lagi
untuk mengendalikan para pedagang sektor informal, pihak pengelola pasar,
pada awal tahun 2000 telah membentuk suatu unit tugas yang diberi nama
Satuan Tugas Penertiban Pasar disingkat Satgastibsar. Satgastibsar
beranggotakan para pedagang sektor informal dan secara informal berada di
bawah pembinaan Pemda dan Polsek setempat. Diluar perkiraan, setelah
beroperasinya Satgastibsar, lingkungan pasar menjadi jauh lebih tertib dan
aman. Para pedagang sektor informal yang selama ini merupakan sumber
kesemrawutan justeru dapat dikendalikan dan terbukti mematuhi penempatan
mereka di los/kios yang disediakan oleh Pemda.
Dari kerangka diatas, maka perlu diketahui dan dipahami bagaimanakah
peran Polsek dan kemudian bagaimana pula peran Satgastibsar di dalam
mewujudkan ketertiban di Pasar Angso Duo. Secara formal pokok
permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Polsek dan
Satgastibsar dalam perannya masing-masing mengelola dan mengatur
ketertiban di lingkungan Pasar Angso Duo.
Dari penelitian yang dilakukan, disimpulkan bahwa kegiatan sektor informal
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari setiap aktivitas pasar,
termasuk pula dalam hal ini di Pasar Angso Duo Jambi. Aktivitas pedagang
informal sebagaimana pada umumnya kerap melanggar aturan dan
menganggu kelancaran lalu lintas.
Selanjutnya peran polisi, dalam hal ini Polsek Pasar Angso Duo cenderung
tidak terlihat. Hal ini disebabkan oleh sejumlah hal, antara lain rendahnya
kapasitas unit tugas yang beroperasi dan terbatasnya fasilitas pelaksanaan
tugas. Hasil survey memperlihatkan bahwa ada indikasi personil Polsek
Angso Duo masih belum memenuhi harapan masyarakat khususnya
responden.
Lebih lanjut, adanya peran Satgastibsar yang mengelola kegiatan sektor
informal ini dirasakan oleh banyak pihak. Satu hal yang berpengaruh adalah
partisipasi dan inisiatif pedagang informal untuk menciptakan ketertiban
adalah dengan mendaftar dan berperan sebagai petugas Satgastibsar. Kemudian, dalam penelitian ini ditemukan pula bahwa penga to an ketertiban
pedagang informal di Pasar Angso Duo telah terpola secara informal di luar
jangkauarr^emantauan^Eols^k,- Dinas^PasaTKota^Jambi, maupun instansi
lain yang terkait sebagi pengawas Satgastibsar. Sifat pengaturan ketertiban
pedagang informal di Pasar Angso Duo pada hakekatnya di tentukan oleh
adanya satu keinginan, kepentingan, kebutuhan dan__ merupakan
jDemberdayaarTstmkTur-struktur sosiaTyang bersifat informaLsepeiinkatah_
patron klien, ikatan etnis se-asallian jugaliubungan,pertemanan. Semua ini
pada ~ciasarnya diluar jangKSuan kapasitas? Polsek Pasar Angso Duo.
Sehingga peran pembinaan yang dijalankan oleh Polsek terhadap bekerjanya
Satgastibsar tidak terlihat secara nyata, karenanya keberhasilan dari
^Satgastibsar dalam menjalankan tugasnya ditentukan__oleh (a), pola
hubungan keteraturacLsosial, yang teriadi~antafa. patron dan klien serta (b).
adanya hubungan pertemanan antara pedagang informal dengan petugas
Satgastibsar. _
Secara formal, peran Polsek adalah sebagai pembina tugas Satgastibsar.
Namun keseluruhan tugas teknis penertiban sepenuhnya dilakukan oleh
Satgastibsar. Kemudian, peran Dinas Pasar adalah sebagai pengawas
terhadap tugas yang dibebankan kepada Satgastibsar dalam menjalankan
tugas dalam mengatur ketertiban pedagang informal berada di bawah
pembinaan Polsek.
Efektifnya Satgastibsar dalam mengatur ketertiban menurut responden dalam
penelitian ini telah dirasakan manfaatnya. Baik pedagang informal, pedagang
formal, dan juga pengguna pasar lainnya (pembeli/pengunjung). Mereka
dapat bekerja lebih aman, nyaman, dan leluasa serta terhindar dari perasaan
was-was terhadap timbulnya berbagai macam tindak/gangguan keamanan.
Terlibatnya warga masyarakat membantu aparat dalam mewujudkan
ketertiban pedagang informal Pasar Angso Duo di satu pihak merupakan hal
yang positif akan tetapi di lain pihak keberhasilan Satgastibsar ini justeru
menimbulkan penilaian negatif atas kinerjanya Pospol dan Babinkamtibmas.
Satgastibsar menjadi sarana pemberdayaan patron dalam menciptakan
pengaturan ketertiban memberikan peluang kepada mereka untuk
menetapkkan aturan aturan khususnya yang berkenaan dengan
penanggulangan tindak kejahatan."
2000
T36462
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>