Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suharsono
Abstrak :
ABSTRAK Fasilitas Ship Building Plant 30.000 dwt. merupakan fasilltas baru, yang dalam pengoperasiannya harus dilakukan dengan perencanaan dan metode yang tepat agar target produksi, mutu hasil produksi, dan keamanan kerja dapat dicapai. Untuk mencapai produktivitas yang tinggi maka perlu melakukan strategi optimasi, yaitu dengan jalan melakukan simulasi untuk proses pemotongan plat lambung kapal yang menggunakan NC-Machine Cutting pada proses fabrikasi lambung kapal. Dan untuk proses selanjutnya yaitu perakitan komponen-komponen yang dihasilkan oleh bengkel fabrikasi, dapat dilakukan analisa Line of Balance dengan pendekatan Network Planning. Dengan adanya strategi optimasi ini diharapkan pengaturan pelaksanaan pada NC-Machine Cutting dapat diatur sedemikian rupa, sehingga didapat waktu hasil pemotongan yang optimal.
ABSTRACT The Ship Building Plant of 30.000 Dead Weight Tons capacity is a new facility that planned to build the high quality products. The operation of the above stated facility should do properly in according to the suitable methods and plan, so that the high production target, quality, and safety can grab during the production stage. The high productivity of shipyard on the operating stage of this facility needed to apply the optimization strategic, that is the hull steel plate cutting simulation of NC cutting machine on the fabrication stage that continued to produce the hull constraction components on the assembly stage. All of the above stated simulation had done with line balancing analysis the approached with the network planning method. The final simulation had done by reorganizing of NC cutting machine and assembly works on the ship hull construction stages of the above stated can give the optimal cutting time qualitatively.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
Abstrak :
Penelitian ini berangkat dari fenomena tindakan pelanggaran yang seakan-akan dianggap sebagai tindakan yang ?wajar". Berbagai tindakan pelanggaran ada kesan tidak dinilai sebagai tindakan yang buruk, tercela, tidak pantas, tidak terpuji dan melanggar moral. Dari sisi pelaku, mereika tidak merasa malu dan bersalah dengan tindakan pelanggaran yang dilakukan. Rasa malu dan bersalah adalah emosi moral, emosi kesadaran diri, dan emosi sosial. Kedua emosi malu dan bersalah berkaitan erat dengan sistem niiai dan norma yang hidup, diyakini, ditekankan, dan diidealkan dalam suatu kelompok sosiai tertentu. Proses munculnya kedua emosi malu dan bersalah terjadi dalam konteks sosial dan berawal ketika individu terlibat dalam suatu episode. Dalam episode tersebut, Individu melakukan proses appraisal terhadap kepentingan personal yang hendak diwujudkan. Proses appraisal berkaitan denganupaya individu mendapatkan makna personal, yakni menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosiol culturalnya Subyek yang terlibat dalam peneiitian ini adalah 10 dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan berlatarbelakang etnis Jawa. Latar belangkang etnis Jawa sengaja diambil karena jumlah mereka yang paling besar dibandingkan etnis lain yang ada di Indonesia. Orang-orang Jawa tersebar dan mendiami di berbagai wilayah Indonesia, yakni dari Sabang sampai Merauke. Sebagai suku yang besar dan tinggal di berbagai wilayah, muncul gejala bahwa kebudayaan Jawa dijadikan acuan perilaku sebagian besar masyarakat Indonesia, seperti "ewuh-pakewuh", "sungkan?, tidak berani bertenisterang dalam berbicara, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metodc fenomenologi, yakni berangkat dari pengalaman langsung yang pernah dialami subyek berkaitan dengan berbagai episode yang dinilai dan dievaluasi memicu malu dan bersalah. Pengalaman-ecngalaman personal malu dan bersalah diperoleh melalui wawancara terbuka dan mendalam. Tujuan wawancara adalah memperoleh gambaran mengenai episode malu dan bersalah Episode yang dinilai memicu rasa malu dan bersalah dianalisis untuk mengidentifikasi tema episode. Tema episode adalah ini kejadian yang dinilai dan dievaluasi memicu rasa malu dan bersalah. Rasa malu dan bersalah yang dialami dideskripsikan melalui pengalaman fenomenologis atau perasaan subyektif kecenderungan tindakan, respons fisik, dan karateristik audience. Interpretasi dilakukan untuk mengidentifikasi standar diri ideal dan standar moral perilaku yang diyakini. Interpretasi dilakukan dengan berdasarkan pada sistem nilai dan norma budaya Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua emosi malu dan bersalah masih tetap dialami oleh individu-individu yang berlatarbelangkang etnis Jawa (khususnya beberapa dosen Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata Semarang yang ikut berpartisipasi dalam penelitian ini). Kedua emosi malu dan bersalah masih tetap berfungsi dan memainkan peran penting dalam kehidupan individu. Episode yang dinilai dan dievaluasi penuh dengan muatan emosi malu dan bersalah adalah suatu episode yang didalamnya individu berkepentingan menjaga dan mempertahankan suasana rukun dan saling menghormati. Jadi emosi malu dan bersalah dialami ketika dalam suatu interaksi sosial, seseorang gagal menampilkan diri dan melakukan suatu tindakan yang tidak mengekspresikan "prinsip rukun" dan ?prinsip hormat". Rukun adalah suatu situasi yang menuntut setiap individu bersikap dan bertindak sedemikian rupa schingga tidak sampai menimbulkan konflik. Homat adalah suatu tuntutan agar setiap individu dalam berbicara dan membawa diri selalu menunjukkan sikap hormat dan menghargai orang lain, sesuai dengan derajad dan kedudukannya. Pungsi dan peran panting yang dimainkan oleh emosi malu dan bersalah adalah membantu individu mempertahankan standar diri ideal dan membantu dalam memberikan perhatian penuh terhadap standar moral perilaku Standar diri ideal dan standar moral perilaku yang diyakini adalah berorientasi pada status dan peran, mengedepankan tugas dan kewajiban. Ukuran keberhasilan dalam menampilkan standar diri ideal dan melakukan tindakan sesuai dengan standar moral perilaku yang diyakini adalah terciptanya suasana kehidupan sosial yang selaras dan harmoni Jadi keselarasan sosial yang tercipta mengarah ke upaya mencegah konflik terbuka. Dengan kata lain, orientasi tindakan bukan kearah prinsip-prinsip atau nilai-nilai moral, seperti; kejujuran, keadilan, kebenaran, dan lain sebagainya. Ini berarti, suatu tindakan itu meskipun disadari melanggar nilai moral, apabila mampu diatur sedemikian rupa sehingga tidak memicu konflik atau keselaran masih terjaga, maka individu yang bersangkutan tidak akan merasa malu atau bersalah Dengan kata lain, tindakan pelanggaran tidak akan memicu rasa malu dan bersalah apabila orang lain juga melakukan tindakan yang sama.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38341
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
Abstrak :
Berdasarkan kenyataan bahwa buku-buku linguistik Jawa sebagian besar adalah karya-karya pedagogis, serta Pembahasan masalah dalam lingkup yang cukup luas, yang jika ditinjau secara teoritis banyak terdapat kekurangan maka penulis mencoba meneliti masalah tak bahasa Jawa da_lam tulisan ini secara teoritis serta membatasi lingkup masalah yang cukup sempit dengan harapan agar mencapai hasil yang lebih baik dan mendetil. Sebenarnya pembahasan masalah tak ini bukanlah yang pertama. Beberapa ahli telah membahasnya. Namun demikian pembahasan-pembahasan terdahulu yang kurang mendetil ter_sebut menunjukkan perbedaan yang mendasar jika dibandingkan dengan pembahasan yang mendetil. Hal ini dapat terlihat dari hasil penelitian ini. Dalam mengumpulkan data, penulis mengikuti saran La-bov dalam Harimurti Kridalaksana (1988: 25) yaitu agar melakukan; (1) penilaian atas kegramatikalan, (2) peni_laian atas ketaksaan dan (3) penilaian atas parafrasa yang betul terhadap data yang terkumpul. Penulis tidak banyak menemui hambatan dalam mengumpulkan data karena telah banyak kamus maupun buku-buku bahasa Jawa yang di_terbitkan. Walaupun hanya tak yang dibahas dalam tulisan ini, bukan berarti bahwa masalahnya akan mudah dipecahkan. Untuk itu penulis perlu memakai wawasan teoritis dari berbagai ahli linguistik dengan tujuan supaya menekan sekecil mungkin hal-hal yang luput dari tinjauan. Dengan mempergunakan metode induktif atas dasar azas praduga yang ilanjutkan pembahasan masalah untuk menuju kesim_pulan, penulis menenukan perbedaan yang mendasar antara tulisan-tulisan terdahulu dengan hasil penelitian ini. Pada tulisan-tulisan terdahulu tak hanya disebut sebagai prefiks saja. Namur demikian, setelah melalui berbagai pembahasan dalam tulisan ini dapat diketahui bahwa tak bahasa Jawa ternyata terdiri dari dua bentuk yang berbeda. Yang pertama sebagai proklitik dan yang kedua sebagai partikel.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1991
S11492
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
Jakarta: Inisiasi Press, 2004
153.9 SUH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Suharsono
Jakarta: Peneriel Press, 1999
297.272 SUH c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suharsono
Abstrak :
Pada Radioterapi eksterna untuk menjamin ketepatan pemberian dosis terhadap target radiasi perlu dilakukan verifikasi sebelum dilakukan penyinaran. Verifikasi dosis yang sebenarnya diterima oleh target radiasi hanya dapat dilakukan dengan metode in vivo.Verifikasi metode in vivo ini dilakukan dengan meletakan dosimeter dioda langsung diatas permukaan virtual water phantom, sedangkan sebagai dosimeter pengontrol digunakan dosimeter ionisation chamber yang diletakan pada tiap-tiap kedalaman target pengukuran. Tujuan dilakukanya verifikasi dosis in vivo adalah untuk mengetahui kesesuaian antara dosis yang sebenarnya diterima target radiasi dengan dosis yang direncanakan, sehingga target radiasi tidak mengalami kelebihan dosis ataupun kekurangan dosis. Pada tahap pertama, verifikasi dilakukan pada lapangan persegi tanpa blok dengan variasi luas lapangan, energi penyinaran, jarak dari sumber ke target, serta kedalaman target radiasi. Perhitungan Monitor Unit dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan TPS. Pada tahap kedua, dilakukan verifikasi pada lapangan dengan blok Multi Leaf Collimator dengan variasi energi penyinaran. Dari 60 lapangan persegi yang telah diverifikasi, dosimeter dioda mencatat perbedaan dosis terukur terhadap dosis yang direncanakan dalam rentang ± 2,5%, sedangkan dari verifikasi terhadap 6 lapangan dengan blok MLC dihasilkan perbedaan dosis terukur terhadap dosis yang diharapkan dalam rentang ± 3,5%. Hasil ini masih dalam rentang toleransi yang diperbolehkan sehingga penghitungan Monitor Unit untuk setiap lapangan sudah benar. ......To obtain pricise dose delivery on target radiation, dose verification is performed before starting external beam radiation therapy. The actual dose received by radiation target can only be evaluated using in vivo methode. In this research in vivo methode is done by putting diode dosimeter on virtual water phantom, and as control dosimeter, ionisation chamber, is put on each depth variation. The aim of external beam dose verification is to verify wether the actual dose received by radiation target has met with the planned dose, so that radiation didnot experience under dose or over dose. In the first phase dose verification is done using open beam with variation of field sizes, beam energy, SSD ,and depth. Monitor unit calculation is done manually, and using 2D PRICISE Treatment Planning System. In the second phase dose verification is done using block field with beam energy variation. Result, from 6o open beam fields there are ± 2,5% dose difference between actual and planned dose, and from verification of 6 fields using MLC block there are ± 3,5% dose difference between actual and planned dose. These results are still on the range of tolerance. These results showed that monitor unit calculation either manually or using TPS are correct.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42707
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tony Suharsono
Abstrak :
Penurunan toleransi latihan dan sesak nafas merupakan manifestasi klinis utama gagal jantung. Kondisi ini menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari yang berakibat pada penurunan kapasitas fungsional dan kualitas hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi dampak HBET terhadap kapasitas fungsional dan kualitas hidup pasien gagal jantung. Desain penelitian ini adalah quasi experiment, pre-post with control group. Teknik sampling yang digunakan purposive sampling, didapatkan 23 responden yang terbagi menjadi 11 responden kelompok kontrol dan 12 responden kelompok intervensi. Pengumpulan data kapasitas fungsional dilakukan dengan 6MWT dan kualitas hidup menggunakan MLHFQ. Hasil pengukuran didapatkan perbedaan yang signifikan kapasitas fungsional dan kualitas hidup sebelum dan setelah perlakuan pada kedua kelompok. Hasil analisis kapasitas fungsional dan kualitas hidup setelah perlakuan antara kelompok kontrol dan intervensi tidak didapatkan perbedaan yang signifikan, walaupun kelompok intervensi mempunyai mean kapasitas fungsional dan kualitas hidup yang lebih baik. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, HBET dapat digunakan sebagai modalitas keperawatan bagi pasien gagal jantung. HBET hendaknya dijadikan bagian integral dari management gagal jantung setelah keluar dari rumah sakit. ......A reduced exercise tolerance and shortness of breathing are the main clinical manifestations in patient with heart failure. These conditions cause patient's inability to do their daily activities and lead to reduce functional capacity and quality of life. The aim of this study was to identify the impact of the home based exercise training to functional capacity and quality of life of heart failure patient. It used quasy experimental study design pre-post with control group, recruited 23 respondents with purposive sampling technique. They were divided into two groups, 11 respondents as control group and 12 respondents as experimental group. Functional capacity was obtain through observation of six minute walk test, quality of life data were collected by Minessota Living with Heart Failure Questionaire. The result showed that there was a significant difference of functional capacity and quality of life before and after intervention in both groups. Statistically, the result of functional capacity and quality of life data analysis after intervention showed that there wasn't significant difference in both groups, although the experimental group has a higher mean data of functional capacity and quality of life. Based on this study, HBET could be used as nursing modality for patient with heart failure. HBET should be integrated with heart failure management after discharging from hospital.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library