Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sumartini
1984
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartini
"Masih tingginya angka kematian neonatal di Indonesia dimana masih mencapai 34/1000 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal tersebut antara lain adalah disebabkan oleh tetanus neonatorium, diare, pneumoni dan infeksi tali pusat yang mencapai 57,1 % (Djaja, 2003). Dari beberpa penelitian perawatan tali pusat menunjukkan pengaruh metoda terhadap lama puput dan terjadinya infeksi.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain kohort karena melakukan observasi terhadap perawatan tali pusat sampai lepas puput tali pusat yang bertujuan untuk mengetahui hubungan metoda perawatan tali pusat terhadap lama puput tali pusat. Populasi penelitian adalah bayi sehat yang lahir secara spontan di Rumah Sakit Kesdam Jaya Jakarta dibagi tiga populasi untuk masing-masing metoda sebesar 24 bayi. Analisis data meliputi analisa univariat, analisis bivariat dengan uji chi square. Untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dan analisis multivariat dengan uji regresi logistik untuk melihat faktor yang paling dominan.
Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa terdapat 5 variabel yang berhubungan dengan lama puput tali pusat di Rumah Sakit Kesdam Jaya Jakarta yaitu variabel metoda perawatan tali pusat, timbulnya infeksi, cara perawatan, kelembaban tali pusat dan sanitasi lingkungan. Sedangkan berat lahir bayi dan lingkar tali pusat tidak berhubungan. Variabel yang paling dominan berhubungan dengan lama puput tali pusat adalah timbulnya infeksi dan sanitasi lingkungan.
Hasil penelitian menunjukkan rerata waktu pelepasan tali pusat yang dirawat dengan metoda kering terbuka adalah 4,58 hari, kering tertutup 6,58 hari dan alkohol 8,46 hari. Bila dibandingkan perbedaan rata rata lama puput antara metoda alkohol dengan kering terbuka 3,38 hari, antara metoda alkohol dengan kering tertutup 1,88 hari dan antara metoda kering terbuka dengan kering tertutup 2,00 hari (p=0,000) terdapat perbedaan yang bermakna. Sehingga dapat ditarik kesimpulan perawatan tali pusat metoda kering terbuka puput lebih cepat dibandingkan metoda alkohol dan kering tertutup.
Disarankan kepada rumah bersalin dan bidan dapat menerapkan dan dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar kepada ibu yang baru melahirkan agar dapat melaksanakan metoda dan cara perawatan tali pusat yang baik.

Neonatal mortalities in Indonesia are still high reached 34/1000 live births. Some of them are caused by neonatarium tetanus, diarhea, pneumonia and umbilical cord infection that reach 57.1% (Djaja, 2003). Some researches show that there are influences of umbilical cord treatment method to the length of umbilical cord separation and infection occurance.
This study is an observational research using kohort design because it observed the umbilical cord treatment till its separation that aims at knowing the correlation of the umbilcal cord treatment method to the length of its ravelation. The population of this study are normal born healthy babies in Kesdam Jaya Jakarta Hospital which are devided into three populations with 24 babies for each method. The data analysis includes univariat analysis; bivariat analysis with chi square test to see the correlation between independance variable and dependance variable; and multivariat analysis with logistic regression test to see the most dominant factor.
Multivariat analysis results show that there are 5 variables related to the long of umbilical cord separation in kesdam jaya jakarta hospital, that are umbilical cord treatment method, infection occurrence, treatment ways, umbilical cord humidity, and environmental sanitation. While babies? birth weight and the umbilical cord bend are not related. The most dominant variables related to the the long of umbilical cord revelation are the infection occurence and environmental sanitation.
The results show that the time average of umbilical cord ravelation with dry-open treatment method is 4.58 days, 6.58 days with dry-closed method, and 8.46 days with alcohol method. The time average comparation between alcohol and dry-open method is 3.38 days, alcohol and dry-closed method is 1.88 days, and between dry-open and dry-closed method is 2.00 days (p=0.000) which means there is a difference. Therefore, it can be concluded that the umbilical cord ravelation treatment with dry-open method is faster than alcohol and dry-closed method.
It is recommended to the maternity home and the midwife to apply and provide the proper health education to new mothers who give birth in order to implement the proper umbilical cord treatment methods.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T41265
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartini
"Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang sering mengalami konplikasi Retinopati. Bagaimana pengaruh ketidak patuhan pada program pengobatan terhadap kejadian Retinopati ?. Hal ini perlu agar klien dan keluarga sadar akan pentingnya program pengobatan lanjutan, dan bagi profesi perawatan perlu untuk pengembangan asuhan keperawatran. Usia, tingkat pendidikan, pengetahuan, ekonomi, motivasi dan suport system sangat mempengaruhi hal tersebut DM terjadi oleh karena gangguan pada kadar insulin, Gejala klinis biasanya Polidipsi, Poliuri dan Polipagi, usia diatas 40 tahun adalah resiko terkena DM.
Desain penelitian ini Deskriptif perbandingan, yajtu membandingkan yang teratur dan yang tidak teratur berobat terhadap kejadian retinopati, jumlah sampling 69 oiang dengan metode acak sederhana, dengan menggunakan kuesioner Serta nilai tengah dan uji Chi kuadrat dalam menganalisa data. Usia responden 56,74 tahun dengan SD 9,28 tahun, pendidikan SMU 47,8 % dan ekonomi menengah kebawah.
34,78 % menderita retinopati, 73,1 % tidak menjalani pengobatan secara teratur dengan alpha a 0,05, p=l dan p value > 0,10 > p> 0,05 tidak ada hubungan yang bermakna antara keteraturan pengobatan dengan kejadian retinopati. Teori mengatakan retinopati tezjadi pada orang yang menderita DM antara 25-40 tahun. Agar klien berobat secra teratur perlu pembekalan leaflet pada klien sebelum pulang dari perawatan, agar penelitian ini kedepan Iebih sempurna perlu spesitikasi sample yang baik."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
LP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sumartini
"ABSTRAK
Penyakit embun tepung disebabkan oleh cendawan Erysiphae diffusa (Cook and Peck) pada tanaman kedelai dan E. polygoni (DC Sawada) pada kacang hijau. Penyebaran penyakit penting ini menyebabkna kehilangan hasil mencapai 35% pada kedelai dan 26% pada kacang hijau. Di Indonesia, penyakit ini terjadi di sentra produksi kedelai dan kacang hijau. Di luar negri, penyebaran penyakit embun tepung meliputi Asia, Amerika Serikat, dan Brazil. Intensitas penyakit biasanya tinggi pada musim kemara, pada saat suh dingin di pagi hari dan kondisi berembun di sekitar pertanaman. Gejala penyakit embun tepung mudah dikenali dengan ciri seperti tepung di permukaan atas daun. Hal ini dapat mengganggu proses fotosintesis dan transpirasi. selain itu, haustorium Erysiphe menyerap fungsi tanaman sehingga menganggu beberapa fungsi dan proses metabolisme. Penyakit embun tepung perlu dikendalikan untuk menekan kehilangan hasil kedelai dan kacang hijau. Cara pengendalian yang disarankan adalah penyemprotan dengan bahan nabati (ekstrak biji mimba, kompos teh, susu sapi, minyak dari citronella, lemongrass, eucalyptus, cinnamon, dan tanaman teh ) pada kedelai dan penggunaan varietes tahan vima-1 pada kacang hijau. "
Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2017
630 JPPP 30:1 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Sumartini
"Tak dapat dipungkiri bahwa keberadaan suatu organisasi adalah dalam rangka mewujudkan suatu tujuan. Tujuan organisasi akan dapat cepat diwujudkan apabila semua komponen dan sumber daya yang dimiliki dapat dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Kinerja sebagai salah satu output dari sumber daya manusia yang berada dalam organisasi merupakan hal terpenting yang selalu harus diupayakan untuk ditingkatkan guna mencapai kinerja organisasi. Banyak faktor dapat mempengaruhi kinerja pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Di antaranya adalah kepemimpinan dan motivasi.
Pemimpin dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya mempunyai peranan yang sangat penting dalam memimpin, mengarahkan, membimbing, dan memberi teladan bagi pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga mereka dapat melaksanakannya dengan optimal sesuai harapan pimpinan khususnya dan organisasi umumnya. Motivasi yang merupakan kekuatan yang mendorong para pegawai untuk bekerja dengan baik, karena di balik dorongan tersebut terdapat hal-hal yang dianggap dapat memenuhi harapan dan kebutuhan pegawai.
Dalam penelitian ini, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan dan motivasi dengan kinerja pegawai di lingkungan Setjen DPR RI khususnya pada Biro Persidangan. Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif.
Untuk mengukur kepemimpinan, Motivasi dan kinerja digunakan pendapat dari Bernad Bass, dkk , Frederick Herzberg dan Thomas S. Bateman. Kinerja pegawai dinilai melalui persepsi atasan langsung terhadap hasil kerja mereka dengan kriteria-kriteria yang dianggap relevan dengan kondisi dan lingkungan kerja. Kepemimpinan seorang atasan dinilai melalui persepsi bawahan mereka. Sedangkan motivasi pegawai dinilai melalui persepsi mereka terhadap pemenuhan hal-hal yang menjadi kebutuhan mereka di lingkungan pekerjaannya.
Populasi penelitian ini adalah pegawai Setjen DPR RI yang ditempatkan di lingkungan biro persidangan sebanyak 149 orang, dengan pengambilan data dilakukan atas dasar sampel 50 orang dengan teknik berstrata, proporsional dan random.
Data diambil dengan instrumen penelitian berupa daftar pertanyaan dengan didukung wawancara langsung dengan responden. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas data dengan korelasi split half method dan rumusSpearman Brown kemudian dilakukan analisis dengan teknik analisis korelasi product moment Pearson, korelasi berganda dan tabel Anova dari analisa regresi linear dengan last square method.
Dari kuestioner yang disebarkan kepada 65 responden, diambil 50 responden sesuai dengan jumlah pengambilan sampel yang ditetapkan yang mewakili populasi sejumlah 149 orang.
Dari data penelitian yang telah valid dan reliabel dilakukan analisis dengan hasil, bahwa :
1. Ada hubungan positif dan signifikan antara variabel kepemimpinan dengan kinerja, dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar : 0.950
2. Ada hubungan positif dan signifikan antara variabel motivasi dengan kinerja, dengan nilai koefisien korelasi (r ) sebesar : 0.859
3. Ada hubungan positif dan signifikasi antara variabel kepemimpinan dan motivasi dengan kinerja, dengan nilai koefisien korelasi ( R2 ) sebesar : 0.948
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hubungan antara variabel-variabel yang diteliti adalah sangat erat.
Adapun saran-saran yang disampaikan berhubungan dengan hasil penelitian yang diperoleh, antara lain :
(1) menekankan pentingnya faktor kepemimpinan dalam upaya peningkatan kapasitas sumber daya manusia pada sebuah instansi pemerintah, seperti Sekretariat Jenderal DPR RI. (2) dalam usaha peningkatan kinerja pegawai pada Sekretariat Jenderal DPR RI, maka perlu pula dipertimbangkan dan diperhatikan faktor-faktor yang akan membangkitkan motivasi kerja pegawai, seperti : (a) diadakannya sistim reward and punishment (b) kesempatan bagi para pegawai untuk terus meningkatkan kemampuan, ketrampilan maupun pengetahuannya (c) sistim pengembangan karir yang berpedoman pada sistim penilaian kinerja yang efektif pada intern organisasi (d) penciptaan linkungan kerja yang kondusif dan sehat dengan membina rasa saling percaya dan transparansi (e) dilakukannya pengawasan langsung yang bersifat membina dan mengarahkan bukan menghakimi.
xvii + 126 halaman + 16 tabel + 3 gambar + 33 lampiran
Daftar pustaka : 34 + 1 artikel+ 6 Peraturan Perundang-undangan (Tahun 1979-2OO2).

the Bureau of Meeting) It is clear that an organization exists to achieve a goal. The objectives of an organization could be accomplished quickly on the condition that all components and the possessed resources are utilized effectively and efficiently.
Performance as an output of the resources possessed by an organization constitutes a significant aspect that should be upgrade aiming at achieving the performance of organization. Amount of factors may affect the works performed by the employees in carrying out their jobs. They are, among others, leadership and motivation.
A leader in executing his function of leadership plays a very important role necessarily to take the lead, to give directions, to guide and to pioneer the staffs in going through with their works, so that they can optimally their performance in conformity with the wishes of the leader, particularly, and ones of the organization, generally. Motivation constitutes a strength which motivates the staffs to have good performance, because there, behind the motivation, it exists many things believed to be able to realize the wishes and to fulfill the needs of the staffs.
The research intends to achieve a goal aiming at comprehending the correlation between leadership and motivation with performance achieved by the staffs of the House of Representatives particularly ones who are at the Bureau of meeting. The research method utilized by the research is quantitative descriptive research.
In measuring leadership, motivation and performance, the research applied the theories and opinions of DR Bernard Bass and his colleagues, Frederick Hersberg and Thomas S. Bateman and his colleagues. The performance achieved by a staff is appraised by the means of perception expressed by his direct supervisor to his achievement in accordance with the criteria?s relevant to the situation and the working environment. Leadership of a supervisor is appraised by the means of perception expressed by his staffs. While motivation of the employees was appraised by the means of their perceptions to the fulfillment of what they need in the working site.
Population of the research was 149 House's staffs employed at the Bureau of session, and compiling the data was done by taking sample of 50 respondents and by applying the methods of random, proportional and layered technique.
The data was handled with care by using a research instrument of questionnaire Which was supported by direct interviews to the respondents. After having examined the validity and reliability of the data by application the split half method correlation and the formula of Spearman Brown, an analyze to the data was accomplished by using the correlation analysis technique of product moment Pearson, multiple correlation and Anova table derived from analyze of linear regression and last square method.
Based on the questionnaires disseminated to 65 respondents, 50 were taken in accordance with the due sampling representing the population of 149 staffs.
From the reliable and valid data, an analyze was carried out, and the results were as follows:
1. There was a significant and positive correlation between leadership with performance, with correlation coefficient value (r) : 0.950
2. There was a significant and positive correlation between motivation with performance, with correlation coefficient value (r) : 0.859
3. There was a significant and positive correlation between leadership and motivation with performance, with correlation coefficient value (R2) : 0.948
It is assumed that there are tight correlations between the variables analyzed in the research.
Some suggestions are proposed relating to the results reflected in the research, among others:
(1) to emphasize on the leadership as a significant factor in enhancing the capacity of the human resources possessed by governmental institutions, such as Secretariat General of the House. (2) in order to enhance the works performed by the House's employees, consideration and attention should be paid to several factors which can generate the motivation of staffs, such as below: (a) reward and punishment system should be implemented (b) any possible chance to improve their capacity, skills and knowledge should be provided (c) career development should be based on the appraisal to the effectiveness of performance at the intern of organization (d) a healthy and conducive working environment should be created by the means of transparency and confidence building (e) direct supervision should be applied aiming at to give guidance and direction, not to judge.
xvii + 126 pages + 16 tables + 3 pictures + 33 annexes
Bibliography: 34 + 1 article + 6 laws and regulations of 1979 - 2002
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nani Sumartini
"Industri yang bergerak dalam pengolahan makanan dan penyajian makanan slap santap yang disebut industri jasabogal catering telah berkembang dengan pesat pada saat ini. Industri semacam ini banyak dimanfaatkan untuk penyediaan makanan di berbagai tempat dan untuk berbagai keperluan.
Kabupaten Bekasi yang telah berkembang sebagai daerah industri, mempunyai dampak yang besar terhadap pertumbuhan usaha jasaboga dalam rangka memenuhi kebutuhan makanan bagi karyawan perusahaan.
Dengan makin meningkatnya kasus kejadian luar biasa keracunan makanan yang diakibatkan karena makanan yang disediakan oleh jasaboga yang tidak hygienes dan aman, telah dikembangkan suatu sistem manajemen yang dapat menjamin keamanan makanan yaitu HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point).
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu system pengawasan makanan yang dapat menjamin keamanan makanan secara menyeluruh yang telah diaplikasikan secara meluas pada industri pangan di negara-negara maju.
Ada 7 prinsip dalam HACCP yaitu, analisis hazard, identifikasi CCP,Penentuan batas kritikal. prosedur pemantauan, tindakan koreksi, prosedur verifikasi dan dokumentasi serta pencatatan-pelaporan.
Penelilian ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan penerapan HACCP pada pengelolaan makanan di 5 jasaboga golongan B yang sudah mempunyai sertifikat talk sehat di Kabupaten Bekasi dan hubungan antara cara pengelolaan makanan dengan tingkal cemaran biologis, kimia dan fisik makanan yang dihasilkannya.Penelitian dilakukan dengan melakukan pcnilaian. mengamatan langsung, wawancara, pemeriksaan laboratorium dan pengolahan data sekunder.
Dari penelitian ini didapat bahwa pada tahap pemilihan bahan Jasaboga I (nilai 37.5714) dan IV (nilai 36.5714) sudah menerapkan HACCP dengan balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II (28.1905), III dan V (17.2857) menerapan HACCP nya cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap pemilihan bahan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap penyimpanan bahan Jasaboga I (nilai 38.0000) sudah menerapkan HACCP pada tahap penyimpanan bahan dengan balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga lI (223143), III ( 30.0000 ) , IV (25.0000) dan V (30.0000) menerapan HACCP pada tahap penyimpanan bahan cukup ( nilai antara 30 - 16 )_ Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyimpanan bahan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap pengolahan makanan semua Jasaboga yang menjadi objek penelitian penerapan HACCP mempunyai nilai cukup (nilai antara 50-26). Rata-rata penerapan HACCP pada tahap pengolahan makanan di 5 jasaboga adalah cukup ( nilai antara 50 - 26 ). Pada tahap penyimpanan makanan matang Jasaboga I, III dan V penerapan HACCP nya adalah baik (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II dan IV menerapan HACCP nya adalah cukup ( nilai antara 30 - I6 )_Sedangkan rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyimpanan makanan masak di 5 jasaboga adalah cukup (nilai antara 30 - 16 ). Pada tahap pengangkutan makanan Jasaboga I , 111 dan V penerapan HACCP nya adalah balk (nilai antara 45-31), sedangkan Jasaboga II dan IV menerapan HACCP nya adalah cukup ( nilai antara 30 --- 16 )_ Rata-rata penerapan HACCP pada tahap pengangkutan makanan di 5 jasaboga adalah balk (nilai antara 45-31). Pada tahap penyajian makanan Jasaboga I penerapan HACCP nya adalah back (nilai antdra 45-31), sedangkah Jasaboga I1,III ,IV dan V menerapan HACCP pada nya adalah cuktip ( nilai antara 30 - 16 ). Rata-rata penerapan HACCP pada tahap penyajian makanan di 5 jasaboga adalah back (nilai antara 45-31).Penerapan HACCP yang paling balk pada setiap tahapan penggelolaan makanan adalah Jasaboga I. Tahapan pengelolaan makanan yang berpengaruh terhadap cemaran biologis adalah tahap pemilihan bahan (nilai Sig. _000), pengolahan makanan (nilai Sig. .028), penyajian niakanan (nilai Sig. _006) dan tahapan pengelolaan makanan yang paling kritis atau paling berpengaruh terhadap cemaran biologis adalah tahap pemilihan bahan (nilai t-test adalah 17.214).

Today, industry that deals with food processing and serving called catering industry, has grown rapidly. The service given by this kind of industry is providing food in any places and for any occasions.
Bekasi has become an industrial area, gives a great effect on the growth of catering industry in terms of fulfilling the need of a company's employees of food.
Since the number of food poisoning caused by unhygienic and unsafe food provided by catering companies has increased, a management system that can guarantee the food safety. named HACCP ( Hazard Analysis Critical Control Point),is developed.
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) which has been applied widely to food industries in developed countries, is a system of food supervision that can give a total guarantee of food safety.
HACCP has seven basic principles ; they are hazard analysis. CCP identification. critical level determination, procedures of control, conduct of correction, procedure of verification and documentation and recording reporting.
A purpose of this study is to acknowledge the comparison of HACCP application to food processing at 5 catering companies of group B in Bekasi that have held healthy certificates ; and relation between food process method and contamination level of food biology. chemistry, and physic resulted from the food process. The method of this study is judgment, direct observation. interview, laboratory observation. and secondary data process.
From this study it is learned Catering Company I (value 37.5714) and IV (value 36.5714) have applied HACCP good (value ranges from 45 - 31), while Catering Company II ( 28.1905), III and V ( 17.2857) of application its HACCP sufficient ( value ranges from 30 - 16 ). That an average of HACCP application to the ingredients selection step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - 16). Catering Company I ( value 38.0000) have applied HACCP to the ingredient storage step is good (value ranges from 45-31), while Catering Company II (22.7143), III (30.0000), IV (25.0000) and V (30.0000) HACCP application to the ingredients storage step is sufficient (value ranges from 30 - 16).An average of HACCP application to the ingredients storage step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food processing step at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 30 - I6). All Catering Companies becoming research object of HACCP application to the cooked food storage have value is sufficient (value ranges from 50 - 26).An average of HACCP application to the cooked food storage at 5 catering companies is sufficient (value ranges from 50 - 26). Catering Company I,lll and V of HACCP application to the food delivery is good (value ranges from 45 - 3I ), while Jasaboga II and of IV HACCP application to the food delivery is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food delivery at 5 catering companies is good (value ranges from 45 - 3I ). Catering Company I of HACCP application to the food serving is good (value ranges from 45 - 31 ), while Catering Company II , III , IV and V of HACCP application to the food serving is sufficient (value ranges from 30 - 16). An average of HACCP application to the food serving at 5 catering companies is good (value ranges from 45 - 31 ). Catering company I has performed the best HACCP application to every step of food processing. The food processing step which has an effect on biological contamination is food selecting (value sig. .000), food processing (value sig. .028), food serving ( value sig. .006) and the food processing step which is most critical and has an effect on biological contamination is food selecting (t-test value is 17.214).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Sumartini
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T27333
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
L. Sumartini
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2000
345.05 SUM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
L. Sumartini
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 2001
352 SUM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
L. Sumartini
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 1998
353 SUM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>