Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
Yosua Praditya
"sinergi antara TNI - Polri - Sipil sangat dibutuhkan bagi pemerintah dalama menghadapai rangkaian teror di Indonesia. Memasuki era reformasi, ideologi radikal memiiki ruang gerak yang lebih bebas untuk mengancam kemanan nasional. Peramasalahanya saat ini adalah sinergi antara TNI-Polri- Sipil masih kerap dirundung masalah, baik itu yang terkait langsung dengan tugas operasi maupun yang tidak. Padahal ketiganya menjadi komponen pertahanan kemanan yang bersifat semesta dalam menghadapi ancaman teror dan paham-paham radikal. Optimalisasi diantara ketiganya menjadi kunci utama disamping terus melaksanakan dan mengevaluasi program deradikalisasi yang telah dilakukan oleh pemerintah."
Bogor: UNHAN (Universitas Pertahanan Indonesia), 2016
345 JPUPI 6:1 (2016)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yosua Praditya Suratman
"Peningkatan jumlah serangan siber yang terjadi saat ini menandai bahwa Indonesia adalah sasaran empuk bagi aktor kejahatan di dunia siber. Serangan siber dipilih karena jauh lebih efektif dibandingkan serangan konvensional - militer, dan aktornya tidak terlihat. Belum lagi, kapasitas penanganan siber, baik infrastruktur, dana, maupun sumberdaya manusia-nya di Indonesia berbanding terbalik dengan jenis perkembangan serangan siber yang semakin meningkat dalam satu dekade terakhir. Langkah dan strategi intelijen, utamanya kontra intelijen, menjadi salah satu jawaban untuk menangkal dan mendeteksi secara dini serangan tersebutdisampingpemerintah membenahi regulasi dan kebijakan terkait penanganan ancaman siber nasional."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2017
345 JPUPI 7:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yosua Praditya Suratman
"Bergesernya ancaman konvensional kedalam bentuk ancaman non-konvensional merupakan ancaman besar bagi Indonesia. Ancaman non-konvensional berupa perang proxy sudah dan tengah dijalankan di Indonesia kedalam beberapa bentuk, termasuk didalamnya adalah konflik internal. Jumlah konflik internal, baik horizontal maupun vertikal yang semakin meningkat sejak era reformasi dapat saja terjadi karena memang ada pengaruh dan kepentingan asing. Perang proxy cenderung lebih dipilih oleh kelompok kepentingan karena biayanya yang murah dibandingkan perang konvensional, akan tetapi dampak dan daya hancurnya sangat signifikan. Memang menjadi sulit apabila pemerintah mencoba melihat apakah konflik terjadi secara alamiah atau ada unsur kesengajaan (by designed). Untuk itu perlu melakukan pemetaan konflik internal yang telah dan sedang terjadi di berbagai bidang, khususnya di luar bidang militer. Pemetaan ini akhirnya akan menuntun pemerintah, terlebih aparat keamanan dalam menelusuri aktor dan kelompok-kelompok kepentingan. Konflik internal saat ini memang dilatarbelakangi oleh berbagai aspek, yaitu ideologi, politik, ekonomi, dan sosial-budaya, yang berpotensi menjadi perang proxy di Indonesia. Akhirnya, perang proxy akan tetap dipilih oleh aktornya mengingat sumber daya yang digunakan (manusia dan alam) adalah milik negara yang dituju. Posisi Indonesia yang strategis, serta besarnya kekayaan sumber daya alam yang dimiliki, membuat Indonesia akan selalu berada di bawah bayang-bayang ancaman perang proxy.
"
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2017
345 JPUPI 7:1 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Yosua Praditya Suratman
"The increasing number of cyber attacks that occur today indicates that Indonesia is an easy target for crime actors in the cyber world. Cyber attacks are selected because they are far more effective than conventional attacks - the military, and the actors are also invisible. Not to mention, the capacity of cyber handling, both infrastructure, funds, and human resources in Indonesia is inversely proportional compared to the number of cyber attacks in the last decade. Intelligence strategies, primarily counter-intelligence, isthe answer to deter and detect the attacks,while the government fixing the regulations and policies of national cyber threats."
Bogor: Universitas Pertahanan Indonesia, 2017
345 JPUPI 7:2 (2017)
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library