Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yudiansyah
Abstrak :
Kualitas pelaksanaan proyek salah satunya ditentukan oleh pengawasan dan pengendalian saat konstruksi berlangsung untuk mencapai tujuan mutu, waktu dan biaya yang sesuai dengan anggaran biaya proyek Variabel biaya proyek yang dapat dikendalikan adalah biaya tenaga kerja, biaya material, biaya peralatan, biaya subkontraklor, biaya kondisi umum dan overhead. Pada proyek konstruksi, biaya peralatan menyumbangkan biaya proyek yang nilainya mencapai 20 - 30 % dari total biaya proyek Dengan kontribusi terhadap total biaya proyek yang cukup besar tersebut, kesalahan pada manajemen peralatan dapat mengakibatkan timbulnya penyimpangan biaya proyek Untuk memperbaiki penyimpangan biaya, dilakukan identifikasi masalah-masalah terhadap manajemen peralatan dan mengambil keputusan yang tepat dalam melakukan Tindakan koreksi. Tindakan koreksi dapat dilaksanakan apabila penyimpangan yang timbul dalam pelaksanaan proyek dapat di identifikasi secara cepat, sehingga alternatif keputusan tindakan koreksi yang terbaik dapat diambil secara cepat dan tepat. Untuk mempermudah pengambilan keputusan dalam tindakan koreksi dapat dilakukan dengan banluan program komputer yang berbasis expert system. Pemilihan expert system sebagai pendekatan dalam melakukan tindakan koreksi pada manajemen peralatan dimaksudkan agar pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ataupun beberapa ahli dapat dikumpulkan dan direkam dalam suatu alas berupa program komputer sehingga pakar dapat berbagi pengetahuan yang dimilikinya baik ilmu maupun pengalamannya kepada pengguna yang membutuhkan pengetahuan tersebut. Penerapan expert system pada bidang konstruksi merupakan salah salu terobosan dalam era teknologi informasi saat ini karena begitu banyak informasi yang tersedia namun belum dapat diolah secara optimal.
The quality of constructing a project is determined by monitoring and controlling the construction phase to achieve the intended quality, time and cost The cost's variables /hat should be controlled are labor costs, material costs, equipment costs, subcontract costs, general condition costs, and overhead. In a construction project, 20 -30% of the total project costs came from the equipment costs. With this contribution to the total project costs, a mistake or misleading from managing equipment can cause cost variances. To fix these cost variances, ident f cation towards problems from equipment management should be done and a corrective action should be taken. A corrective action can be implemented if the variance is already identified To help and support in determining a corrective action, an expert system based in a computer program can be used. Expert system can collect knowledge from experts where this knowledge are used for recommendation in decision making. Applying expert system in construction industry is one of the breakthrough in information technology era these days.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
T 10408
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudiansyah
Abstrak :
Pada penelitian ini dirancang mikrostrip bandpass filter (BPF) singleband dan dualband yang terdiri dari 3 buah singleband BPF (900 MHz, 1800 MHz dan 2400 MHz) dan 2 buah dualband BPF (900 MHz/1800 MHz dan 900 Hz/2400 MHz). Rancangan menggunakan kombinasi stub yang mampu menghasilkan nilai transmission zero (TZ). Dengan nilai TZ yang dihasilkan, maka filter ini memiliki kemampuan menggeser nilai frekuensi tengah & lebar pita yang dinginkan tanpa merubah skematik rangkaian yang baru. Perancangan menggunakan perangkat lunak Advanced Design System (ADS) dan dilakukan fabrikasi menggunakan material substrat Duroid dengan nilai permitivitas dielektrik 2.2, ketebalan substrat 1.575 mm, dan loss tangent 0.0009. Hasil simulasi singleband untuk masing-masing frekuensi 900 MHz, 1800 MHz dan 2400 MHz diperoleh kinerja S21 = 0.179 dB dan S11 = -34 dB, S21 = 0.25 dB dan S11 = -29.9 dB, dan S21 = 0.26 dB dan S11 = -26.3 dB. Dualband BPF pada frekuensi 900 MHz dan 1800 MHz masing – masing diperoleh nilai S21 = 0.4 dB, S11 = -33.3 dB dan S21 = 0.44 dB, S11 = -23 dB. Dan dualband BPF frekuensi 900 MHz dan 2400 MHz masing – masing diperoleh nilai S21 = 0.6 dB, dB S11 = -24dB dan S21 = 0.24 dB, S11 = -21.9 dB. Hasil simulasi maupun pengukuran menunjukkan bahwa BPF ini telah bekerja dengan sesuai yang diharapkan. ......In this study, a microstrip bandpass filter (BPF) single-band and dual-band were designed consisting of 3 BPF single-band (900 MHz, 1800 MHz, and 2400 MHz) and 2 dual-band BPF (900 MHz / 1800 MHz and 900 Hz / 2400 MHz). The design uses a combination of stubs that are capable of producing transmission zero (TZ) values. With the TZ value generated, this filter has the ability to tune the value of center frequencies & the desired passband bandwidth without changing the schematic circuit. Design using Advanced Design System (ADS) software and fabrication using Duroid substrate material with 2.2 dielectric permittivity, 1,575 mm thickness, and 0,0009 loss tangent. Single-band results for 900 MHz, 1800 MHz and 2400 MHz frequencies obtained S21 = 0.179 dB and S11 = -34 dB, S21 = 0.25 dB and S11 = -29.9 dB, and S21 = 0.26 dB and S11 = -26.3 dB, respectively. Dual-band BPF at 900 MHz and 1800 MHz obtained S21 = 0.4 dB, S11 = -33.3 dB and S21 = 0.44 dB, S11 = -23 dBm, respectively. And dual-band BPF at 900 MHz and 2400 MHz obtained S21 = 0.6 dB, dB S11 = -24dB and S21 = 0.24 dB, S11 = -21.9 dB, respectively. Simulation and measurement results show that this BPF has worked as expected.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Yudiansyah
Abstrak :
Dalam perencanaan schedule sebuah proyek, kaitannya dengan pelaksanaan aktivitas kerja proyek, bahwa tiap tahapan perencanaan tersebut selalu diperbandingkan dengan tiap-tiap aktivitas kerja proyek yang bersinggungungan dan berhubungan sehingga membentuk tiap-tiap aktivitas kerja. Dengan artian perencanaan sebuah schedule ini adalah pengakumulasian aktivitas kerja proyek yang ada. Menjadi sangat penting pelaksanaan estimasi penjadwalan sebuah proyek, mengingat hanya 20% dari keseluruhan proyek yang selesai tepat pada waktunya relatif terhadap original base line time-schedule. Untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerja waktu pelaksanaan proyek dilakukan optimalisasi Sumber Daya yang dibutuhkan terhadap kapasitas ketersediaannya, mempersiapkan estimasi proyek terhadap aktivitas kerja proyek, durasi kerja proyek, diagram jaringan kerja proyek, dan analisa resiko estimasi faktorfaktor perencanaan penjadwalan proyek dengan mempertimbangkan kemampuan dan kapasitas workshop, sehingga pelaksanaan proyek di masa mendatang lebih terukur dan kinerja waktu dapat lebih meningkat.
Due to project planning and scheduling estimation, bearing of project work activity, that each planning stage oftentimes compared with every detail project work activity which intersect and correlate each others so that create interdependence ( predecessor and successor ) among others. In the other words, project schedule planning shall accommodate all accumulative project work activity whether it?s duration or it?s interdependence. Only 20 % from all project schedule estimation are finished timely relatively to their original base line time schedule. In the project schedule estimation, resources optimalization and prepare all entire work project activity estimation, work duration, also project network diagram and risk analyze shall be conducted to increase and improve the project execution time performance so that project execution is more measured, and project time performance increased.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T40730
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Yudiansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Perjanjian Kerja Sama antara Telkom dengan Mitra adalah suatu keija sama pengelolaan, pengoperasian dan pemeliharaan telepon umum coin milik Telkom di Kandatel Jakarta Selatan. Bentuk Perjanjian Keija Sama ini cukup mirip dengan Perjanjian Sewa Menyewa biasa, dimana Mitra menyewa jaringan dan pesawat telepon umum coin milik Telkom untuk dikelolanya, dan untuk itu Telkom mendapatkan haknya berupa pembayaran sewa. Dalam pelaksanaannya, jika terjadi resiko kerusakan yang diakibatkan keadaan memaksa atau diluar kuasa para pihak, sudah sewajarnya jika hal tersebut ditanggung oleh pemilik barang yang disewakan, dalam hal ini Telkom. Sebaliknya, untuk kerusakan yang diakibatkan gangguan pihak ketiga, yang sebenarnya masih dapat ditanggulangi Mitra, sudah sewajarnya pula jika menjadi tanggung jawab Mitra. Mengenai kepemilikan aset, sebaiknya hal tersebut dikembalikan kepada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku, dimana terhadap pesawat telepon umum coin baru yang dibiayai oleh Mitra, menurut Perjanjian Kerja Sama, adalah mumi menjadi milik Mitra. Sedangkan untuk suku cadang yang diproduksi dan dibiayai oleh Mitra, tetap menjadi milik Telkom. Hal tersebut dikarenakan penggunaan suku cadang tersebut melekat ke dalam unit pesawat telepon umum coin eksisting yang memang milik Telkom. Selain itu, berdasarkan Perjanjian Kerja Sama, Mitra memang bertanggung jawab penuh untuk perbaikan suku cadang tersebut.
ABSTRACT
Cooperation Agreement between Telkom and Partner is a Telkom public phone operation and maintenance cooperation in South Jakarta Telecommunication service area. The structure of this Cooperation agreement is quite similar with common lease agreement, whereas the Partner lease the Telkom network and its public phone coin, and therefore Telkom is entitled for lease payment. In practice, if there is a defect risk which caused by force majeure situation, normally the loss incurred, is bore by the owner of the lease goods, which in this case is Telkom. In contrary, of the defect was caused by third party disturbance, which actually can still be anticipated by Partner, it is common the loss incurred is bore by the lessee, which in this case is Partner. In regard of asset ownership, the cooperation agreement has ruled that for new public phone coin unit which financed by Partner, is purely belong to Partner. Meanwhile, for spare parts which produced and financed by Partner, the ownership is still in Telkom hand. The reason is, the usage of spare parts is attached to existing public phone coin unit which owned by Telkom. In the meantime, according to Cooperation Agreement, Partner is fully responsible for repair the spare part.
2008
T37392
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library