Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Faridhatun Nikmah
"Tradisi Apitan merupakan salah satu bentuk upacara selamatan dalam rangka mensyukuri nikmat Tuhan Yang Maha Esa. Penelitian ini mengkaji mengenai proses ritual tradisi Apitan dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses ritual dan nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam tradisi Apitan di Desa Serangan, Kecamatan Bonang, Kabupaten Demak. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengambilan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses ritual dalam pelaksanaan tradisi Apitan dimulai dari pembukaan, sambutan, doa Apitan, makan bersama, pertunjukan wayang, dan penutupan. Selain itu, dalam pelaksanaan tradisi Apitan terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diperoleh di antaranya adalah sikap religius, jujur, disiplin, cinta tanah air, toleransi, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab. Hal lain yang perlu diteladani oleh generasi muda bahwa tradisi Apitan dijadikan sebagai warisan budaya leluhur bangsa Indonesia yang harus dijaga dan dilestarikan."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Wulandari
"Kajian ini membahas peran diplomatik Indonesia dalam mengupayakan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika (KAA) Kedua pada 1965 di Aljazair. Kajian ini dilatarbelakangi oleh terbatasnya historiografi yang menyoroti peran sentral Indonesia dalam mendorong pelaksanaan KAA Kedua. Upaya menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika (KAA) Kedua sebenarnya adalah bagian dari upaya Pemerintah Indonesia dalam mengulang kembali kesuksesan Konferensi Asia Afrika pertama di Bandung pada 1955. Selain itu, kepentingan
politik nasional Indonesia juga menjadi alasan di balik upaya diplomasi ini. Kajian ini dikerjakan dengan metode sejarah dengan menggunakan arsip, majalah, dan surat kabar
sebagai sumber. Kajian ini bertujuan menganalisis langkah-langkah yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, tantangan yang dihadapi, hingga kondisi sosial dan politik yang
mewarnai proses diplomasi selama bertahun-tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya menggagas hingga mempersiapkan KAA Kedua dilakukan oleh Indonesia setidaknya
selama hampir satu dekade (1955-1965). Rencana penyelenggaraan konferensi ini bahkan berkali-kali mengalami perubahan tempat pelaksanaan mulai dari Mesir hingga Aljazair. Meskipun telah menempuh proses diplomasi selama hampir satu dekade, konferensi ini batal dilaksanakan akibat situasi politik regional dan internasional yang kurang mendukung. Dengan demikian, kebaruan dari kajian ini terletak pada pola dan langkah diplomatik yang diambil Indonesia menuju terselenggaranya KAA kedua, seperti upaya diplomasi pribadi, safari politik, dan pertemuan diplomatik."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 6:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Karim
"Penguasaan Belanda atas wilayah Sulawesi secara utuh dimulai pada 1906. Otoritas Belanda atas Mandar tampak dari perubahan status Mandar menjadi negara bawahan. Kondisi itu terekam dalam laporan ekspedisi militer pemerintah Hindia Belanda 1905-1906, sebuah aksi bersenjata penentu kejatuhan wilayah terakhir di Sulawesi. Bagaimana dan mengapa ekspedisi militer yang menjadi kunci penguasaan Belanda di seluruh wilayah Sulawesi tersebut dapat berhasil adalah pokok permasalahan dari tulisan ini. Dengan menggunakan metode sejarah yang terdiri atas heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi, permasalahan tersebut akan dibahas dalam tulisan ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekspedisi militer Belanda melahirkan pergulatan elite lokal yang dimanfaatkan Belanda untuk diadu domba. Belanda yang kesulitan menghadapi perlawanan rakyat Mandar akhirnya bersepakat dengan sebagian kelompok bangsawan untuk bekerja sama. Dengan demikian, rakyat Mandar yang dipimpin oleh I Sendjata dan Ammana I Wewang juga harus melawan bangsawan Mandaryang berada di pihak pemerintah Hindia Belanda. Pemerintah Hindia Belanda akhirnya menjadi pemenang dan cita-cita desentralisasi untuk membentuk sistem administrasi yang tunggal terlaksana."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Asyura
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Elmansyah
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrul Hamdani
"Dalam sejarah Indonesia, tahun 1950-1963 disebut sebagai periode paling dinamis. Pada masa ini, integrasi nasional yang dilandasi asas Berdikari (akronim dari berdiri di atas kaki sendiri) sebagai “ideologi” utama dalam pembentukan ekonomi nasional, menasionalisasi perusahaan asing, dan menumpas pemberontakan daerah mulai terbentuk dengan jelas. Dalam proses ini, peran penggiat kebudayaan daerah menjadi penting terutama dalam usaha-usaha merepresentasikan daerah di tingkat nasional, sementara pada saat yang sama berhadapan dengan konflik kepentingan antara pusat dengan daerah. Dengan mengambil Sauti, tokoh penggiat kebudayaan Melayu, penelitian ini bertujuan memahami perjuangan Sauti dalam merepresentasikan kebudayaan Melayu sebagai produk “Kebudayaan Nasional”. Dengan pendekatan sejarah, sebagian besar data diperoleh melalui sumber-sumber dokumentasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin menunjukkan peran dan kontribusi Sauti yang menentukan dalam penyebarluasan Serampang XII. Namun dalam upaya itu, ia menghadapi tantangan dari sesama orang Melayu dan kesultanan Melayu yang menganggap dirinya sebagai pemilik kebudayaan besar Melayu."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Oscar Olendo
"Musik tradisional dalam ritual baliatn memiliki susunan atau struktur penyajian musik yang khusus, sehingga dapat memengaruhi pamaliatn atau tukang liatn (pemimpin ritual) memasuki masa trans. Selain itu, musik yang dimainkan berpengaruh mendatangkan kekuatan magis yang menunjukkan betapa kuatnya pengaruh dari bunyi atau suara gong, dau, dan gadobokng yang ditabuh mengiringi ritual baliatn. Masalah dalam penelitian dirumuskan menjadi bagaimanakah struktur penyajian musik dalam ritual baliatn pada masyarakat Dayak Kanayatn? Tujuan dari penelitian adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis masalah struktur penyajian musik dalam ritus baliatn tersebut. Metode deskriptif dengan bentuk penelitian kualitatif adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa struktur penyajian musik dalam ritual baliatn berlangsung dalam tiga tahap, yaitu: bagian awal yaitu motif tabuhan guntur mandayu, bagian inti adalah motif tabuhan ka' bawakng, dan bagian akhir menggunakan motif tabuhan ne' unte. Dalam penelitian ini dilakukan pula pembuatan notasi musik Dayak Kanayatn secara khusus dan sederhana."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Laksmita Hestirani
"Tulisan ini membahas tentang sejarah pemikiran Maria Ullfah Santoso dalam memperjuangkan hak pilih perempuan Indonesia pada masa kolonial Belanda. Hingga awal dekade 1930-an, perempuan Indonesia belum memiliki hak pilih serta masih menjauhkan diri dari partisipasi politik. Sebagai seorang ahli hukum yang memiliki keterlibatan aktif dalam pergerakan perempuan Indonesia, Maria Ullfah aktif mengampanyekan hak pilih perempuan Indonesia melalui tulisan dan pidato. Pokok permasalahan yang dibahas dalam tulisan ini adalah bagaimana pemikiran Maria Ullfah tentang hak pilih perempuan diformulasikan serta pengaruhnya dalam perjuangan hak pilih perempuan Indonesia. Dengan menggunakan metode penelitian sejarah dan pendekatan sejarah pemikiran, penulismenemukan bahwa Maria Ullfah berpendapat bahwa setiap golongan masyarakat, termasuk perempuan, harus memiliki hak pilih. Menurutnya, hak pilih pasif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat duduk di dewan-dewan perwakilan untuk memperjuangkan kepentingan perempuan Indonesia. Adapun hak pilih aktif diperlukan agar perempuan Indonesia dapat memilih wakil-wakilnya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Pengaruh pemikiran Maria Ullfah terlihat dalam usaha kaum perempuan Indonesia untuk memiliki perwakilan di Dewan Rakyat (Volksraad), serta keberhasilan perempuan Indonesia dalam mendapatkan hak pilih aktif untuk pertama kalinya pada tahun 1941."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
G. Andika Ariwibowo
"ABSTRAK
Kosmopolitan dapat diartikan sebagai suatu kewarganegaraan global. Giddens mengatakanbahwa salah satu faktor sebuah kota dikatakan kosmopolitan adalah perkembangan globalisasidalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari masyarakat. Konektivitas yang semakin mudahberkat perkembangan komunikasi, media, dan transportasi sejak abad ke-19 telah menjadikankota-kota besar seperti Batavia menjadi titik luluh (melting pot) berbagai budaya dan bangsa.Sebuah kota kosmopolitan ditandai dengan hadirnya masyarakat kosmopolitan global yangberasal dari berbagai latar belakang budaya, bangsa, tingkat ekonomi, dan gaya hidup.Kapitalisme dan industrialisasi telah mendorong perubahan pada struktur sosial dalammasyarakat. Kajian ini menggunakan metode sejarah dengan menelisik berbagai literatursezaman yang terdiri atas artikel, dokumentasi, laporan, dan survei baik oleh instansipemerintah, individu, maupun lembaga nonpemerintah. Kajian ini menemukan bahwa kebijakan tata ruang dengan menempatkan berbagai etnis dan bangsa dalam permukimanyang sama telah menghadirkan suasana kota yang lebih toleran. Keberadaan ruang publikrupanya dikelola dengan baik oleh Gemeente Batavia yang menjadi titik luluh beragam etnisdan kelas sosial.
ABSTRACT
Cosmopolitan can be described as a global citizenship. Giddens said that one of factorswhich indicates a cosmopolitan city is the globalization development in various aspects ofpeople's daily lives. Connectivity has become easier due to the development of communica-tion, media and transportation since the 19th century that made big cities like Bataviabecame the melting pot of various cultures and nations. A cosmopolitan city is characterized by the presence of a global cosmopolitan society that comes from various culturalbackgrounds, nationalities, economic levels, and lifestyles. Capitalism and industrializa-tion have driven changes in social structures in society. This study used a historical methodby investigating a variety of contemporary literature consisting of articles, documentation,reports and surveys of both government agencies, individuals, and non-governmental or-ganizations. This study found that spatial policy which put various ethnics and nationalitiesin the same settlement has brought a more tolerant city atmosphere. The existence of publicspace was apparently well-managed by Gemeente Batavia, which became a melting pot forvarious ethnics and social classes."
Kalimantan Barat: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2019
900 HAN 3:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya, 2012
306.959 8 INV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>