Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abstrak :
ABSTRAK
Kadar AT-III saat awal masuk rumah sakit pada pasien CAP berkorelasi kuat dengan kematian dalam 30 hari. Semakin rendah kasar AT-III, semakin tinggi angka kematian 30 hari.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, {s.a.}
616 UI-IJCHEST
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Ian Huang
Abstrak :
ABSTRACT
Acute upper back pain as one of the atypical symptoms of acute myocardial infarction (AMI) is more frequently encountered in women, elderly and diabetics. Failure to recognize atypical clinical presentation of AMI conveys to delayed diagnosis, which are associated with increased morbidity and mortality. Herein we report a case of 46 years old male presenting with a sudden onset of severe acute upper back pain 6 hours prior to hospital admission. Diagnosis of AMI was delayed until 12 hours later after typical ischemic chest pain manifested and ECG reading showed evolution of ST Elevation Myocardial Infarction (STEMI). Due to the atypical clinical presentation, diagnosis of AMI in this patient was delayed. Vigilant observation and low threshold for acute coronary syndrome (AC5) work up are obligatory to prevent delayed diagnosis and management.
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Pratiwi
Abstrak :
ABSTRACT
Background: Pericardial effusion is a common condition in clinical practice. Manifestation of effusion depends on its causes and the underlying diseases as well as influenced by patients characteristics and geographical location. This study was conducted to determine the characteristic of pericardial effusion patient based on age, gender, cytological and clinical diagnosis. Method: The study was conducted using descriptive retrospective method. The data collected was medical record of pericardial effusion patients for 5 years from 1St January 2009 to 31 December 2013. This study was conducted in SMF Pathology Anatomy Dr. Hasan Sadikin General Hospital Bandung. Fifty four cases were collected as samples through total sampling technique. The variables were age, gender, cytological diagnosis and clinical diagnosis. Results: Pericardial effusion mostly occurred in 21 to 30 years old. Pericardial effusion is more common in man than woman. Based on the type of cytology, the most common pericardial effusion was non specific inflammation. The most common clinical features of patients is tuberculous infection. Conclusions: Pericardial effusion frequently occurred in 21 to 30 years old. Based on gender, pericardial effusion is not significantly distributed between male and female. Based on cytological diagnosis, pericardial effusion is mostly diagnosed as non spesific inflammation type. The manjority of clinical feature of pericardial effusion is tuberculosis infection.
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Triyanti Kurniasari Ananta Putri Sudibyo
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis (TB) orbita adalah kondisi yang jarang terjadi. Tuberkulosis kelenjar lakrimalis atau dakrioadenitis adalah kelainan pada TB orbita yang sangat jarang terjadi, bahkan di negara-negara endemik dimana kejadian TB paru dan luar paru memiliki prevalensi yang sangat tinggi. Seorang wanita usia 48 tahun dengan diplopia, secara perlahan-lahan mengalami pembengkakan tanpa rasa sakit dibagian atas dan bawah kelopak mata. Tidak ada riwayat demam atau penyakit paru. Histopatologi menunjukan adanya peradangan granulomatosa dengan sel raksasa datia langhans yang berasal dari kelenjar lakrimalis. Studi mikrobiologi untuk menunemukan BTA menunjukkan hasil yang negatif. Pasien merespon baik terhadap pengobatan antituberkulosis. TB kelenjar lakrimalis tidak mudah untuk didiagnosis karena pada umumnya tidak terdapat TB aktif secara sistemik muncul bersamaan. Walaupun TB kelenjar lakrimalis merupakan manifestasi TB yang sangat jarang, tetapi penting untuk dikenali keberadaannya, khususnya ketika pasien berasak dari daerah endemik seperti Indonesia.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Kurniawan
Abstrak :
ABSTRAK
Sengatan Panas (heat stroke) merupakan kondisi emergensi yang menjadi salah satu penyebab utama morbiditas dan mortabilitas selama melakukan haji saat musim panas. Banyaknya jemaah haji yang berusia lanjut dengan berbagai komorbid, suhu yang tinggi (bisa lebih dari 45°C), dan aktivitas fisik yang berat selama prosesi haji merupakan faktor risiko terjadinya sengatan panas. Heat Stroke dapat dicegah apabila kita dapat mengenali sedini mungkin apa saja tanda dan gejala perjalanan penyakit serta mengetahui siapa saja atau kondisi apa saja yang mempengaruhi kejadian sengatan panas. Metode penelitian merupakan studi potong lintang dengan metode consecutive sampling pada jemaah haji Indonesia tahun 2016 yang menderita sengatan panas di Arafah dan Mina. Diagnosis sengatan panas (heat stroke dan heat exhaustion) ditegakkan secara klinis dengan kriteria: 1. demam/hiperpireksia, 2. kulit pucat/kulit kering, 3. penurunan kesadaran/kebingungan, dan 4. tidak ada tanda-tanda infeksi. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 41 jemaah haji Indonesia menderita sengatan panas, terdiri dari 16 jemaah heat stroke serta 25 jemaah heat exhaustion. Mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki sebesar 63,4%. Usia >70 tahun mengalami sengatan panas terbanyak yaitu 29,3%. Sebanyak 14,6% komorbid diabetes mellitus dab 12,2% memiliki hipertensi. Sengatan panas 78% terjadi di Arafah dan 22% terjadi di Mina. Dari seluruh jemaah yang menderita sengatan panas, sebanyak 68,3% sembuh dan 29,3% dirawat. Kesimpulannya usia lebih dari 70 tahun terbanyak mengalami kejadian sengatan panas. Komorbid seperti diabetes mellitus dan hipertensi merupakan kejadian terbanyak sengatan panas. Sebagian besar Jemaah terkena snegatan panas adalah di Arafah.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zulkifli Amin
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan ketersediaan oksigen akibat perburukan kondisi fisiologis akut akan meningkatkan risiko moralitas, khususnya pada pasien kritis yang memiliki keterbatasan daya konpensasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai saturasi oksigen perifer (Spo2) saat pasien masuk dalam memprediksi moralitas pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan rumah sakit rujukan nasioanl di indonesia. metode kami melakukan penelitian kohort retrospektif pada pasien kritis di ruang Resutasi Instalasi Gawat Darurat RSCM pada bulan Oktober sampai November 2012. pengukuran Spo2 dilakukan dalam waktu 15 menit setelah pasien masuk. Subjek kemudian dibagi menjadi dua kelompok: kelompok dengan SpO2 lebih atau sama dengan 95% (1) dan kurang dari 95% (2). Luaran yang dinilai adlah moralitas selama perawatan. Uji log-rank digunakan untuk membandingkan kesintasan kedua kelompok. Risiko moralitas selama perawatan dianalisis dengan Cox propotional hazard model. Hasil moralitas selama perwatan terjadi pada 69 ( 40,1%) dari 172 subjek penelitian. Pasien dengan SpO2 kurang dari 95% memiliki laju kesintasan yang lebih rendah secara bermakna ( rerata kesintasan 21,3 vs 28,6 hari, log-rank p = 0,011). rasio hazard terjadinya moralitas adalah 1,8 (IK 95% 1,13 sampai 2,90) pada pasien dengan SpO2 di bawah 95%. simpulan saturasi oksigen perifer di bawah 95% pada saat pasien masuk meningkatkan risiko moralitas secara bermakna. Karena mudahnya nilai saturasi tersebut, maka SpO2 sebaiknya dipertimbangkan sebagai prediktor moralitas pada pasien gawat darurat medis dengan kondisi kritis.
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aliyah
Abstrak :
Latar Belakang: Infeksi tuberkulosis (TB) memiliki insidensi TB yang terus meningkat dengan angka kematian yang tinggi. Infeksi TB merupakan hasil interaksi antara faktor kuman, imunitas pejamu, dan lingkungan. Imunitas pejamu dipengaruhi oleh komponen nutrisi, antara lain: vitamin D. Vitamin D dapat meningkatkan respon terapi antituberkulosis pada makrofag. Vitamin D yang rendah berhubungan dengan polimorfisme VDR pada penderita TB. Belum terdapat data terkait gambaran kadar vitamin D pada penderita tuberkulosis kasus baru. Tujuan: Mengetahui gambaran konversi sputum BTA dan kadar Vitamin D pada penderita tuberkulosis kasus baru. Metode: Penelitian ini bersifat multisenter. Subjek penelitian adalah penderita TB paru kasus baru yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Follow-up dilakukan selama 2 bulan. Dalam periode 7 bulan (Oktober 2014- April 2015) dari 109 subjek: 88 subjek dapat diikuti hingga akhir penelitian, 20 orang subjek putus obat, dan 1 orang meninggal dunia. Hasil: Pada penelitian ini dari 88 subyek, subyek yang mengalami konversi sputum sebanyak 55 orang (62,5%), yang tidak mengalami konversi sputum sebanyak 33 orang (37,5%). Hasil pengukuran kadar vitamin D pada subyek didapatkan 15 orang (17%) normal, 29 orang (33%) insufisensi, dan 44 orang (50%) defisensi. Dari masing-masing kelompok yang mengalami konversi sputum, 9 orang (16,4%) pada kelompok vitamin D normal, 16 orang (29,1%) kelompok insufisiensi, dan 30 orang (54,5%) dari kelompok defisiensi. Dengan kata lain masing-masing kelompok yang tidak mengalami konversi adalah: kelompok normal 6 orang (18,2%), kelompok insufisiensi 13 orang (39,4%) dan kelompok defisiensi 14 orang (42,4%). Kesimpulan: Populasi defisiensi vitamin D memiliki jumlah subyek terbanyak baik yang mengalami konversi sputum atau yang tidak mengalami konversi sputum. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat faktor lain yang berperan dalam infeksi TB, diantaranya polimorfisme VDR. Interaksi ini terutama akan terjdi pada pasien dengan kadar vitamin D yang rendah. Penelitian lebih lanjut mengenai polimorfisme VDR berkaitan dengan penyakit TB perlu untuk dilakukan.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dinar Faricy Yaddin
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB MDR) merupakan suatu masalah dan menjadi tantangan yang paling besar terhadap program pencegahan dan pemberantasan TB dunia. Angka kesembuhan pada TB MDR relatif lebih rendah dengan terapi yang lebih sulit, mahal, dan lebih banyak efek samping. Konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan dapat digunakan sebagai indikator luaran terapi dan target pertama dalam terapi TB MDR. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gabungan derajat positivita sputum basil tahan asam (BTA), adanya kavitas paru, malnutrisi, diabetes mellitus (DM), dan kebiasaan merokok dengan konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan. Metode penelitian ini adalah penelitian khusus-kontrol dengan mengambil data sekunder dari penderita yang didiagnosis TB MDR di Klinik TB MDR Rumah Sakit Umum Pusat Dokter Hasan Sadikin pada periode April 2012 sampai dengan desember 2014. Kelompok kontrol adalah data pasien TB MDR yang mengalami konversi dalam 2 bulan pengobatan dan kelompok kasus adalah data pasien yang tidak mengalami konversi dalam 2 bulan pengobatan. Data analis dengan analisis univariat diikuti analisis multivariat regresi logistik. Hasilnya subjek penelitian berjumlah 190 orang, terbagi dalam kelompok kasus dan kontrol masing-masing 95 orang. Variabel bermakna pada analisis univariat adalah derajat positivitas sputum BTA, adanya kavitas paru, DM, dan malnutrisi. Analisis dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi logistik dasn diperoleh hasil bahwa variabel yang berhubungan paling kuat dengan konversi kultut sputum BTA dalam 2 bulan pengobatan adalah derajat positivitas sputum BTA (Sputum BTA +1 p = 0,000, OR = 5,46; IK 95%:2,510-11, sputum BTA +2 p = 0,045, OR = 2.253; IK 95%: 1,017 - 4,989) dan adanya kavitas (p = 0,000, OR = 3,22; IK 95%: 1,61 - 6,45). Kesimpulannya derajat positivitas sputum BTA dan adanya kavitas memiliki hubungan yang paling kuat dengan konversi kultur sputum M. tuberculosis dalam 2 bulan pengobatan pada pasien TB MDR.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Telly Kamelia
Abstrak :
ABSTRAK
Abses hepar merupakan lesi inflamasi pada hepar yang dapat menyebar ke ronga pleura sehingga mengakibatkan empiema maupun abses paru. Salah satu penyebab penyebaran ke rongga pleura adalah karena adanya fitsula hepatopleura. Dalam kasus ini, seorang laki-laki, 43 tahun, datang dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 1 minggu yang lalu, disertai nyeri perut bagian atas, batuk darah sebanyak satu kali, perut dirasakan membesar, serta terdapat riwayat merokok, promiskuitas, dan minum alkohol. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan paru kanan tertinggal saat inspirasi, vocal fremitus menurun, perkusi redup, dan suara vesikuler menurun pada lapang paru kanan dan hepatomegali. Hasil IDT amoeba adalah 1,92 dan pemeriksaan cairan pleura, didapatkan kesan eksudat. Didapatkan gambaran efusi pleura masif pada foto toraks. Hasil USG hepatologi didapat abses hepar, hepatomegali, dan efusi pleura kanan. Pada pemeriksaan USG Toraks didapat efusi pleura kanan dengan gambaran loculated. CT scan torak dengan kontras didapat gambaran kavitas dengan air-fluid level pada hemitoraks kanan dan lesi segmen 4,5 hepar. Hasil analisis cairan pungsi abses hepar didapatkan pemerikasaan mikrobiologi tidak ditemukan kuman, BTA negatif, kultur tidak ditemukan mikroorganisme maupun kuman anaerob, pemeriksaan patologi didapatkan cairan berwarna coklat kental, dan pemeriksaan mikroskopik didapatkan sediaan sitologi abses hepar yang mengandung massa nekrotik, serta serabut jaringan ikat.
Jakarta: Departement of Internal Medicine. Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3:3 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sofian K. Marsawidjaya
Abstrak :
Komplikasi paru pacsa oprasi (PPC-Post operative Pulmonary Complications) memiliki kontribusi penting dalam peningkatan angka morbiditas, moralitas, dan lamanya perawatan. Terdapat beberapa faktor risiko terkait diantaranya: status kesehatan pasien, jenis dan teknik oprasi, dan jenis anestesi yang digunakan. Insiden yang paling sering dilaporkan diantaranya: gagal napas, pneumonia, atelektasis, dan eksaserbasi penyakit paru kronis. Model skor indeks risiko yang dikembangkan Arozullah dapat digunakan untuk memprediksi komplikasi paru pasca operasi diantaranya gagal napas dan pneumonia. Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa model skor tersebut. Tujuan menilai performa kalibrasi dan diskriminasi model skor indeks risiko komplikasi paru Arzullah dalam memprediksi komplikasi gagal napas dan pneumonia pacsa oprasi pada pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo ( RSCM). Metode penelitian ini merupakan studi khorot retrospektif pada populsi pasien yang menjalani oprasi non-kardiak di RSCM dari bulan Januari sampai Desember 2015. Variabel yang dinilai adalah jenis oprasi, usisa, oprasi darurat, riwayat Penyakit Paru Obtruksi Kronis ( PPOK), kadar albumin darah, kadar ureum darah, status fungsional, penurunan berat badan >10% dalam 6 bulan, prokok, penggunaan alkohol, transfusi darah pre oprasi >4 kolf, anatesi umum, riwayat cerebrovascular disaese, gangguan sensorium akut, dan penggunaan steroid kronis. Lauran yang dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Jakarta: Departement of Internal Medicine, Faculty of Medicine Universitas Indonesia, 2016
616 UI-JCHEST 3 : 2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>