Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Atis Tardiana
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang diperkirakan mempengaruhi perempuan usia kerja 15 - 60 tahun, untuk memilih status bekerja. Dalam penelitian ini diperkirakan ada lima kemungkinan seorang perempuan usia kerja 15-60 tahun dalam menentukan status bekerjanya yaitu (1) tidak bekerja (our of labor), (2) bekerja sebagai buruh/pegawai di luar rumah (on-site employee), (3) bekerja berusaha sendiri di luar rumah (on-site self employed), (4) bekerja sebagai pegawai/buruh di rumah (home-based employee), (5) bekerja berusaha sendiri di rumah (home-based self employed) yang selanjutnya dijadikan variabel terikat.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor-faktor individu seperti umur, lama tahun sekolah; faktor-faktor keluarga seperti keberadaan ART balita, keberadaan ART 6-17 tahun, keberadaan ART umur 65+ (lansia), keberadaan ART cacat, Serta faktor ekonomi yaitu pendapatan dan lokasi, yang selanjutnya alam penelitian ini dijadikan variabel bebas.
Analisis yang digunakan adalah regresi mulitinomial logistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil survei Jaminan Sosial Ekonomi Indonesia Tahun 2001.
Penelitian ini memperlihatkan yaitu: Pertama, faktor-faktor lama tahun sekolah, keberadaan ART 6-17, keberadaan ART 65+, keberadaan ART cacat, secara statistik tidak signifikan. Kedua, umur membentuk hubungan seperti U terbalik, dan signifikan untuk status bekerja on-site self employed dan home-based self employed. Ketiga keberadaan ART balita signifikan terhadap status bekerja on-size employee dan home-based employee. Keempat faktor ekonomi yaitu pendapatan dan lokasi signifkan untuk seluruh status bekerja kecuali tuuuk status bekerja home-based employee falctor lokasi tidak berpengaruh signilikan. Kelima faktor pendapatan mernbentuk hubungan U terbalik dimana pada titik tertentu probabilitasnya akan menurun.
Probabilitas status bekerja perempuan yang mempunyai balita baik di kota dan di desa menurut umur, memperlihatkan pola yang sama. Dimana status bekerja on-site employee, setting dengan bertambahnya umur semakin menurun, sedangkan untuk status on-site self employed berlaku sebaliknya, setting dengan bertambahnya umur probabilitasnya semakin tinggi. Untuk Propinsi Jawa Tengah dan Sumatra Utara probabilitas status bekerja home-based self employed, seiring dengan bertambahnya umur probabilitasnya semakin naik.
Probabiltas status bekerja perempuan dengan kondisi yang sama menurut lama tahun sekolah secara umum memperlihatkan, seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan perempuan yang mempunyai balita di kota dan di desa cenderung tidak bekerja (out of labor ). Tetapi untuk Propinsi Jawa Tengah dan Sumatra Utara seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan cenderung ke arah berusaha sendiri di rumah (home-based self employed).
Probabilitas status bekerja perempuan di kota dan di desa yang mempunyai balita menurut pendapatan, secara keseluruhan mempunyai pola yang sama. Dimana probabilitas tertinggi pada tingkat pendapatan rendah. Dari status bekerja on-site employee cenderung berubah seiring dengan meningkatnya pendapatan ke on-site self emlpoyed."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
T10894
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Rahmawati
"Pencegahan dan pemberantasan penyakit, merupakan prioritas pembangunan kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini tidak hanya terbatas pada upaya pengobatan, melainkan juga pencegahan terhadap kematian dan kecacatan. Menurut WHO, polio merupakan salah satu penyakit penyebab kecacatan. Pada tahun 1992, diperkirakan adanya 140.000 kasus baru kelumpuhan akibat poliomyelitis diseluruh dunia, dimana jumlah anak-anak yang menderita lumpuh sebesar 10 sampai 20 juta orang. Sedangkan jumlah kasus AFP (Accute Placcid Paralysis yaitu kasus lumpuh layuh yang belum tentu polio) yang ditemukan sampai dengan tanggal 15 Desember 2005 adalah 1.351 anak di bawah usia 15 tahun.
Polio adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus polio, dan dapat mengakibatkan terjadinya kelumpuhan yang permanen. Walaupun penyakit ini dapat menyerang semua kelompok umur, namun kelompok umur yang paling rentan adalah umur < 3 tahun (50-70% dari semua kasus polio). Pelaksanaan surveilans AFP tahun 2005?2006 menemukan 305 kasus polio yang tersebar di 47 Kabupaten/Kota pada 10 Provinsi. Surveilans AFP dilakukan melalui tata laksanan kasus AFP dan penegakan diagnosis oleh laboratorium. Sampai sejauh ini belum diketahui bagaimana validitas penapisan AFP untuk diagnosis polio.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui validitas penapisan AFP untuk diagnosis polio di Indonesia. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder Surveilans AFP Depkes tahun 2005. Populasi penelitian ini adalah semua anak usia kurang dari 15 tahun yang mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba dan terjaring oleh petugas surveilans daerah yang mendapatkan pemeriksaan spesimen di laboratorium untuk menegakkan diagnosis polio yaitu sebanyak 1.601 pasien. Sedangkan, sampel penelitian adalah anak usia kurang dari 15 tahun yang mengalami kelumpuhan secara tiba-tiba dan terjaring oleh tenaga surveilans daerah (n = 1.601).
Gejala penapisan AFP berupa layuh, akut, dan kelumpuhan mempunyai sensitivitas 98,5%, gejala demam mempunyai sensitivitas 91,7%, sedangkan gejala gangguan rasa raba mempunyai sensitivitas 21,9%. Nilai Prediksi Positif (NPP) yang paling tinggi terdapat pada gejala demam (29,4%), kemudian diikuti dengan gejala gangguan rasa raba. Nilai ini menunjukkan sebanyak 29,4% pasien penapisan AFP dengan gejala demam yang ternyata menunjukkan polio positif.
Nilai Prediksi Negatif (NPP) tertinggi terdapat pada gejala gangguan rasa raba (75%) dan yang paling rendah adalah gejala kelumpuhan dan demam (60%). NPP menunjukkan bahwa 75% pasien penapisan AFP diagnosis polio negatif tidak memiliki gejala gangguan rasa raba. Dari gejala yang ada, yang mempunyai likelihood rasio positif (LR+) tertinggi adalah gejala demam (1,205) artinya gejala demam 1,205 kali lebih banyak ditemukan pada pasien penapisan AFP diagnosis polio positif. Persentase diagnosis polio pada penapisan AFP ini sebesar 0,256.
Tujuan surveilans AFP adalah untuk menjaring sebanyak-banyaknya penderita AFP, sehingga yang perlu diperhatikan adalah nilai sensitivitas gejala penapisan AFP untuk diagnosis polio.Dari penelitian ini disimpulkan bahwa empat gejala (flaccid, akut, kelumpuhan, dan demam) cukup sensitif untuk diagnosis polio positif pada penapisan AFP. Sedangkan gejala gangguan rasa raba kurang sensitif untuk diagnosis polio positif pada penapisan AFP. Peningkatan sensitivitas pada gejala gangguan rasa raba dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas data gejala gangguan rasa raba. Peningkatan keahlian tenaga kesehatan dalam diagnosis gejala klinis penderita AFP dapat melalui pendidikan dan pelatihan mengenai anamnesis penyakit."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Evi Jayanti
"Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL) Departemen Kesehatan RI, sampai dengan September 2006 secara kumulatif jumlah orang yang terinfeksi HIV sebanyak 4.617 kasus dan AIDS sebanyak 6.987 kasus, tersebar di 32 propinsi dan 158 kabupaten/kota. Pada tahun 2006 Jakarta dan Bali termasuk 6 propinsi (Papua, DKI Jakarta, Riau, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat) yang memiliki prevalensi HIV kelompok berisiko tertentu telah melewati angka 5 persen yang menurut kategori WHO telah memasuki tingkat terkonsentrasi. Adanya layanan tes HIV sebagai tempat untuk konseling dan melakukan tes HIV sangat berperan sebagai pintu masuk untuk mendapatkan akses ke semua pelayanan, baik informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial bagi klien yang memanfaatkannya. Walaupun begitu, masih rendah tingkat pemanfaatkannya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui gambaran pengguna layanan tes HIV berdasarkan tempat layanan tes HIV dan faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif pada klien layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007. Penelitian ini termasuk ke dalam disain penelitian deskriptif dan analitik. Deskripsi tentang pengguna klinik-klinik layanan tes HIV di Jakarta dan Bali tahun 2007 dan menganalisis dengan jenis penelitian potong lintang, dalam hal ini mempelajari faktor yang berpengaruh terhadap status HIV positif di Jakarta dan Bali tahun 2007.
Hasil analisis menunjukkan bahwa penasun akan berisiko untuk HIV positif sebesar 6,3 kali lebih tinggi dibandingkan lainnya setelah dikontrol dengan factor kelompok umur, status pernikahan, tingkat pendidikan, dan cara penularan, dengan 95% CI (2,9 ? 13,7), nilai p<0,001.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kelompok berisiko dari kalangan penasun memiliki pengaruh yang paling besar terhadap status HIV seseorang dan memiliki risiko terinfeksi HIV yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok berisiko lainnya.
Dari penelitian ini disarankan agar penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia dilakukan dengan memperkuat pendekatan kesehatan masyarakat, dengan pendekatan promosi kesehatan, diagnosis dini, pengobatan segera, sampai rehabilitasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Hermawan
"Program Pemagangan yang terselenggara atas kerjasama antara Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan Association for International Manpower Development of Medium and Small Enterprises Japan (IMM Japan) bertujuan untuk membina sumber daya manusia, serta pertukaran tenaga teknik, terampil dalam menghadapi internasionalisasi perusahaan kecil dan menengah dengan tujuan mengembangkan perusahaan kecil dan menengah Jepang serta ikut berperan dalam masyarakat internasional.
Berangkat dari keinginan untuk menciptakan strategi meningkatkan kualitas peserta pemagangan di. Jepang dengan melihat bahwa pentingnya untuk meningkatkan kompetensi keterampilan teknis pesona dan meningkatkan etos kerja yang nantinya menjadi pilihan untuk meminimalisir sistem pelatihan pemagangan yang belum sesuai dengan kondisi di Jepang dan sistem rekrut yang belum sempurna.
Oleh karena itu, adalah penting atas dukungan dari pemerintah pusat (Depnakertrans) selaku regulator bagi pelaksanaan program pemagangan di Indonesia untuk bisa mcmbuat regulasi yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas peserta pemagangan di Jepang dengan meningkatkan kompctcnsi keterampilan teknis peserta dengan menanamkan motivasi dan tanggung jawab peserta pemagangan, meningkatkan keterampilan teknis yang sesuai dengan jenis kerja dan melakmnakan system rekrut yang ketat dan transparan. Dengan adanya regulasi yang jelas dari pemerintah pusat, maka pemerintah daerah dang pihak swasla sebagai pelaksana tinggal menerapkannya pada proses pelaksanaan program pemagangan.

Apprenticeship program which cooperation between Department of Manpower and Transmigration and Association for lntemational Manpower Development of Medium and Small Enterprises Japan (IMM Japan) intent to build man resource, and technical resources interchange, capable in face little limi intemationalizing and intermediate with aim develops little firm and Japan intermediate and abreast get role in international society.
Starting to create the strategic to develop apprenticeship participant quality in Japan with how the importance to improve participant technical skill competency and improve the workplace ethics which will be the choice to minimize the apprenticeship training system that is not suitable yet with Japan condition and recruitment system is not perfect yet.
So, it is important to have the central government support as regulator in apprenticeship program implementation in Indonesia to create the regulation to improve the apprenticeship participant quality in Japan with to improve the participant technical competency with to embed the motivation and responsibility of apprenticeship participant, to improve the technical skill which suitable to work type and to apply the recruitment system with strict and transparent. With the clearly regulation from central government, regional govemment and private party as implementor to apply in the apprenticeship program implementation.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T33819
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imam Ahmadi
"Skripsi ini membahas mengenai prosedur pelayanan kesehatan rawat jalan di RS PMI Bogor, mulai dari proses pendaftaran pasien, pengambilan dokumen rekam medis, pengisian resume medis, hingga pembuatan laporan yang digunakan untuk monitoring dan evaluasi kegiatan. Analisis menggunakan prosedur penilaian cepat dalam pengumpulan data primer, serta pendekatan sistem dan metode prototipe. Hasil analisis memberikan informasi yang dapat diartikan tidak efisien dan efektif sistem rekam medis yang berjalan di RS PMI Bogor, baik dalam input maupun pembuatan laporan.
Penggunaan dua sistem yang berbeda antara Poliklinik Reguler dan Poliklinik Afiat menciptakan dua database yang tidak terhubung sehingga dokumen rekam medis pasien menjadi terpisah diantara kedua sistem. Selain itu, dalam pembuatan laporan mengharuskan melakukan input ulang terhadap laporan-laporan dari Poliklinik Reguler dan Poliklinik Afiat sehingga memakan waktu lama dalam pembuatan laporan. Hasil akhir penelitian ini berupa rancangan prototipe pelaksanaan rekam medis untuk pelayanan rawat jalan terintegrasi yang dapat menjadi solusi dan diterapkan di RS PMI Bogor.

This thesis describe about outpatient health care procedures in PMI Bogor hospital, starting from patient registration, medical record document retrieval, writing medical resume, and creating reports used for monitoring and evaluation activities. The Analysis using rapid assessment procedures in primary data collection, as well as the approach and methods of the prototype system. The analysis results give an information that the existing medical record system on PMI Bogor hospital is not efficient and effective, both in input and creating report.
Using of two different systems between the Reguler Outpatient Department and Afiat Outpatient Departmen create two databases of patient’s medical records that are not connected to each other. In addition, in creating reports required to input again from the reports of the Reguler Outpatient Department and Afiat Outpatient Department, it takes more time in creating the report. The result of this research is design of a prototype of the integrated medical records for outpatient services that can be used as solution and applied in PMI Bogor hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S53719
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Budi Prasetiyo
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari faktor-faktor yang memengaruhi tingkat kesejahteraan dan ketahanan pangan rumah tangga pertanian di Indonesia. Data yang digunakan adalah Survei Pendapatan Usaha Pertanian Tahun 2013 dan Pendataan Potensi Desa Tahun 2014. Berdasarkan hasil analisis inferensial, tingkat kesejahteran rumah tangga pertanian dipengaruhi karakteristik pertanian, karakteristik rumah tangga, dan karakteristik regional. Adapun untuk model ketahanan pangan, hasil penelitian menunjukkan rumah tangga pertanian yang tahan pangan adalah rumah tangga pertanian subsektor tanaman pangan, melakukan diversifikasi pendapatan, mendapatkan subsidi yang sesuai peruntukan usaha pertanian, KRT laki-laki, KRT berusia 55-64 tahun, KRT berpendidikan tinggi, berada di Jawa dan Bali, dan akses jalan yang baik.

This research aims to study the factors that affect the wealth and food security of agricultural households in Indonesia. Data used in this research is Agricultural Household Income Survey 2013 and the Village Potential Data Collection 2014. Based on the results of inferential analysis, the wealth level of agricultural households affected agricultural characteristics, household characteristics, and regional characteristics. Whereas for the food security models, results showed that food secure households is with food crops subsector, diversifying incomes, gets subsidies corresponding designation agricultural businesses, male head household, age of head household between 55-64, highly educated head household, area of residence in Java and Bali, and good road access.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T45994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library