Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 302 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Mardhatillah Syafitri
Abstrak :
Kanker serviks merupakan kanker ketiga tersering di seluruh dunia dengan angka kasus baru, morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proporsi kesintasan lima tahun pasca radioterapi pasien KSS serviks stadium IIB-IIIB dan hubungannya dengan infeksi HPV serta faktor lain yang mempengaruhi. Penelitian ini merupakan penelitian kohort. Populasi terjangkau adalah pasien karsinoma serviks stadium IIB dan IIIB dengan hasil biopsi serviks KSS yang telah menjalani radioterapi di RSCM dan dilakukan pemeriksan DNA HPV pre dan pasca radiasi pada penelitian terdahulu. Analisis statistik digunakan dengan uji prognostik Kaplan Meier. Dari 31 sampel penelitian pendahuluan, hanya 27 subjek yang dapat didata. Angka kesintasan lima tahun adalah sebesar 35,5%. Tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara kesintasan dengan infeksi HPV, infeksi HPV yang menetap, lama radiasi, LVSI, stadium, diferensiasi, ukuran tumor dengan masing-masing nilai p 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, dan 0,139. Terdapat hubungan yang bermakna antara respon radiasi dengan kesintasan, dengan median time survival 2 tahun (p 0,016). ......Cervical cancer is the third most common cancer in the world with high number of new cases, morbidity and mortality rates. The objective of this research is to know the proportion of five year survival rate after radiation of cervical cancer stage IIB-IIIB patient and its relationship with HPV infection and other influencing factors. This research method was cohort study. Research population was patients with biopsy result squamous cell carcinoma stage IIB-IIIB who underwent radiation therapy and have been examined for HPV DNA before and after radiation on previous study. Overall survival was assessed and the relationship between prognosis with HPV infection and other factors was calculated. Statistical analysis was calculated using Kaplan Meier to determine prognostic factors of cervical cancer, as well as the median survival rate. From 31 samples on previous study, only 27 patients has been documented. The five year overall survival rate was 35,5%. There were no statistically significant relationship between cervical cancer survival rate with HPV infection, HPV persistence after radiation, duration of radiation, LVSI, staging, grading, tumor size with p result 0,921, 0,586, 0,718, 0,65, 0,139, 0,78, and 0,139 respectively. There was significant relationship between radiation response and survival rate with median 2-year survival (p 0,016)
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yahya Darmawan
Abstrak :
Secara umum di negara maju 95% wanita hamil mendapat pertolongan dokter dan 50% di antaranya ditolong oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi, tetapi dinegara yang sedang berkembang pertolongan oleh dokter ahli Obstetri dan Ginekologi hanya 1% selebihnya mendapat bantuan bidan, perawat dan dukun beranak. Di Indonesia angka morbiditas dan mortalitas maternal maupun perinatal masih tinggi. Sebagai contoh angka kematian maternal di Indonesia pada tahun 1986 masih berkisar antara 400-450 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara ASEAN lainnya seperti Malaysia 69 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 142 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand 100 per 100.000 kelahiran hidup dan bahkan Singapura sudah mencapai 5 per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu ini adalah perdarahan obstetrik disamping preeklampsia/eklampsia dan infeksi. I dan kawan kawan melaporkan bahwa di12 rumah sakit pendidikan di Indonesia antara 1977-1980 didapatkan angka kematian ibu terdiri dari perdarahan 30,4%, infeksi 22,2% dan pre/eklampsia 16,3%. Sedangkan Agustina selama tahun 1981-1982 di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung menemukan proporsi komplikasi obstetrik sebagai berikut: perdarahan 37,5%, preeklampsia/eklampsia 28,5% dan infeksi 19,7%. Sukirna melaporkan bahwa selama tahun 1988 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta kematian maternal terdiri atas Preeklampsia/eklampsia 46,15%, perdarahan 33,3% dan infeksi 7,69%. Perdarahan obstetrik mempunyai penyebab bermacam macam, salah satu penyebab perdarahan adalah koagulasi intravaskular diseminata (KID) yang dapat pula disebabkan oleh patologi pendarahan. KID merupakan suatu keadaan di mana mekanisme pembekuan dan fibrinolisis bekerja pada saat yang bersamaan. KID bukan merupakan suatu penyakit tetapi merupakan suatu penyulit dari patologi solusio plasentae, preeklampsia, kematian janin, atonia uteri, robekan jalan lahir, sisa plasenta dan kelainan pembekuan darah. Kekerapan KID belum diketahui pasti tetapi beberapa penulis mencoba untuk mengungkapkannya di antaranya Phillips (1975) di Amerika Serikat yang mendapatkan 24,3% dari kasus kematian janin, 17,6% dari 34% kasus syok septik, dan 19% kasus preeklampsia /eklampsia. Di Indonesia Hudono (1981) mengatakan bahwa komplikasi obstetrik yang paling sering disertai penyulit ini adalah solusio plasentae (10-30%)?.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marendra Mahathir
Abstrak :
Latar Belakang: Banyak keluhan subjektif yang timbul pada kehamilan trimester III seperti gatal, edema tungkai, rasa baal, kesemutan dan nyeri pada pergelangan tangan. Keluhan tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup ibu hamil. Selama kehamilan dapat terjadi perubahan kadar albumin yang cukup masif yang diduga berhubungan dengan timbulnya keluhan subjektif tersebut. Objektif: Mengetahui hubungan kadar albumin dengan keluhan subjektif (gatal, edema tungkai, rasa baal, kesemutan dan nyeri pada pergelangan tangan) pada kehamilan trimester III. Metode: Ibu hamil trimester III tanpa penyakit penyerta yang kontrol kehamilan di poliklinik antenatal care (ANC) RSCM dan RSIA Anggrek Mas (n=78). Sampel tersebut di kelompokan menjadi sampel dengan keluhan subjektif (n=50) dan tanpa keluhan subjektif (n=28). Selanjutnya dilakukan pemeriksaan kadar serum albumin pada semua subjek penelitian di labolatorium dan dilakukan analisis untuk mencari hubungan variabel tersebut. Hasil dan Kesimpulan: Kadar albumin di bawah 3.51 g/dl berhubungan bermakna secara statistik dengan keluhan kesemutan (P=0.025) dan edema tungkai (P=0.001) dengan sensitifitas & spesifisitas masing-masing 76% & 55% dan 47% & 92%. Perubahan kadar albumin tidak berhubungan dengan keluhan gatal (mean 3.60 g/dl), rasa baal (mean 3.61 g/dl) dan rasa nyeri pada pergelangan tangan (mean 3.60 g/dl) ......Background: There was many of subjective complaints arise in the third trimester of pregnancy such as itching, leg edema, numbness, tingling, and pain in the wrist. These complaints can cause a decrease in the quality of life for pregnant women. During pregnancy, changes in albumin levels are quite massive which is thought to be related to subjective complaints that arise. Objective: Knowing the asociation beetween albumin serum levels and subjective complaints (itching, leg edema, numbness, tigling and pain in the wrist) during the third trimester of pregnancy Methods: Third trimester pregnant mother without complication that control their pregnancy in the clinic RSCM and RSIA Anggrek Mas (n=78). These samples are grouped into samples with subjective complaints (n=50) and without subjective complaints (n=28). Furthermore, albumin serum level examination of all subject were performed on laboratory and all the result were analyze to obtain the association between these variables. Results and Conclusions: Albumin serum levels below 3.51 g/dl were statistically significantly related to numbness complaints (P=0.025) and leg edema (P=0.001) with sensitivity & specificity of 76% & 55% and 47% & 92%, respectively. Changes in albumin levels were not associated with complaints of pain tingling (mean 3.60 g/dl), numbness (mean 3.61 g/dl) and pain in the whirst (mean 3.60 g/dl ).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Kusumadewi
Abstrak :
Latar Belakang: Prolaps organ panggul (POP) pada wanita menimbulkan morbiditas. Untuk mengurangi angka re-operasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien dibutuhkan peningatan kualitas pelayanan secara terus menerus. Guideline yang saat ini secara luas dipakai dalam penatalaksanaan POP di Indonesia adalah Panduan Penatalaksanaan POP PB HUGI-POGI pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui insidensi POP dan melakukan audit kesesuaian pada penatalaksanaan kasus POP di RSUPN Cipto Mangunkusumo tahun 2016-2018. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross-sectional menggunakan data sekunder. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasien POP yang didiagnosis dan mendapat tatalaksana di Polikinik Uroginekologi RSUPN Cipto Mangunkusumo pada bulan Januari 2016 sampai dengan Desember 2018, diikuti oleh wawancara pasien yang dipilih secara acak tentang follow up pasca operasi. Hasil: Terdapat 252 kasus prolaps organ pelvis di tahun 2016-2018 dengan prevalensi 15,96%. Proporsi kesesuaian anamnesis tatalaskana POP konservatif dan operatif adalah 88,1% dan 82,8%, pemeriksaan fisik 93,1% dan 97,3%, 100% pada informasi pemilihan tatakasana dan informed consent. Kepatuhan follow up 6 bulan dan 12 pasca operasi adalah masing-masing 40,4% dan 26,5%. Ketidakcocokan dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik disebabkan oleh beberapa formulir penilaian yang harus diisi serta formulir penilaian uroginekologi yang tidak terlampir dengan catatan medis pasien. Kesimpulan: Panduan usulan pelayanan asesmen pasien POP dengan penulisan pada formulir asesmen uroginekologi yang telah diperbaharui dan mengintegrasikan ke dalam rekam medik menjadi usulan berdasarkan hasil audit. ......Background: Pelvic organ prolapse (POP) in women causes significant morbidity. In order to reduce the number of re-operations and improve the quality of life of patients, consistent quality of patient care is required. The Executive Board of the Urogynecology Association of the Indonesian Obstetrics & Gynecology Associations 2013 POP guideline is widely used in Indonesia, but compliance to the guidelines needed to be evaluated. This study aimed to investigate the incidence of POP and to audit POP management in Cipto Mangunkusumo General Hospital, Indonesia, in 2016-2018. Method: This was a cross-sectional study on the medical records of POP patients who were diagnosed and treated at the Urogynecology Outpatient Clinic, Cipto Mangunkusumo General Hospital in January 2016 to December 2018, followed by randomly selected patient interview about follow-up discrepancy. Results: There were 252 cases of POP in 2016-2018, with a prevalence of 15.96%. Proportion of conformities in POP management with conservative and operative management was 88.1% and 82.8% in history taking, 93.1% and 97.3% in physical examination, both 100% in examinations and informed consent. Compliance of 6 months and 12 months follow up in operative management was 40.4% and 26.5%, respectively. Mismatches in history taking and physical examination were due to multiple assessment forms that have to be completed as well as unintegrated urogynecology assessment form with patients medical record. Conclusion: Our audit suggests that urogynecology assessment form should be integrated into patients medical records is needed to improve patient care. A patient book should be provided to improve follow-up rates.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Musrifah
Abstrak :
Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah disertai proteinuria pads wanita hamil yang sebelumnya tidak mengalami hipertensi. Sindroma ini biasanya muncul pada akhir trimester kedua sampai trimester ketiga kehamilan. Preeklampsia dapat berakibat buruk balk pada ibu maupun pada janin yang dikandungnya. Gejala preeklampsia biasanya berkurang, bahkan menghilang setelah melahirkan, sehingga terapi definitifnya adalah mengakhiri kehamilan. Kenyataan ini rnenimbulkan anggapan bahwa gangguan yang terjadi pads preeklampsia merupakan proses yang reversible. Etiologi pasti sindroma irii belum diketahui dan masih merupakan hipotesa, antara lain : iskemik plasenta, maladaptasi imun dan factor genetik. CRP (c-reactive protein ) diketahui secara luas sebagai indikator inflamasi yang rnempunyai peranan penting pada atherogenesis. Beberapa penelitian terbaru membuktikan bahwa peningkatan kadar CRP serum pada orang dewasa sehat, merupakan prediktor yang kuat terjadinya miokard infark, stroke, kematian mendadak karena penyakit jantung dan penyakit pembuluh darah perifer. Berbagai metode telah ditemukan untuk mengukur kadar CRP. Pada mass lampau, berbagai macam pemeriksaan laboratorium menggunakan semiquantitative latex agglutination assay untuk mengetahui reaksi inflamasi akut yang terjadi. Kernudian ditemukan metode yang lebih sensitif, dengan metode nephelometri atau turbidimetri. Dengan adanya pemeriksaan high sensitivity CRP, memungkinkan memeriksa kadar CRP pada individu yang sehat untuk mengetahui resiko terjadinya penyakit vaskuler. Pada preeklampsia, terdapat kerusakan endotel yang merupakan salah satu aspek respon inflamasi sistemik pada ibu. Respon inflamasi in! terdapat juga pada kehamilan normal, tetapi iebih berat. Preeklampsia terjadi bila proses inflamasi sistemik menyebabkan terjadinya dekompensasi satu atau lebih sistem pada ibu. Karena CRP adalah zat yang merupakan petanda sensitif terjadinya inflamasi sistemik, maka berkembanglah penelitian untuk mengetahui kemungkinan hubungan antara CRP dan preeklampsia. Kadar CRP meningkat pada wanita dengan preeklampsia. Penelitian oleh Teran, dkk 2001, pada wanita Andean yang hamii (n=21), wanita hamii dengan preeklampsia (n=25), dan wanita hamil dengan tekanan darah normal (n=21), menunjukkan adanya kadar CRP tinggi pada wanita dengan preeklampsia. Rerata CRP pada preeklampsia (4,11± 0,37 mg/dl) dibandingkan dengan wanita hamil normal (2,49 ± 0,26 mg/dl) dan wanita yang tidak hamil (1,33 ± 0,15 mg/di).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Romi
Abstrak :
Tujuan: Mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan baku emas slide darah mikroskop untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Tempat: Puskesmas dan Puskesmas Pembantu di kecamatan Sei Berombang, kabupaten Labuhan Baku, Sumatera Utara (daerah endemik malaria). Bahan dan Cara Kerja: Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang bersifat sesaat (cross sectional). Wanita hamil atau dalam masa nifas yang berdomisili di daerah endemik malaria tersebut diminta kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Anamnesis, pemeriksaan lisik dan Obstetrik dilakukan sesuai dengan protokol penelitian. Kemudian diambil sampel darah tepi masing-masing untuk pemeriksaan RDT (Parascreen®, produksi Zephyr Biomedicals, India, ML No: 558, Lot No: 101017), dan slide darah mikroskop. Pembacaan slide darah mikroskop dilakukan di laboratorium Sub Dit. Malaria Depkes Ri, Jakarta, oleh mikroskopis nasional. Data yang didapatkan kemudian diolah dan dianalisa. Hasil: Pengambilan sampel dilakukan pada 18 Agustus 2006. Diteliti 45 subyek penelitian yang memenuhi kriteria penerimaan dan penolakan. Didapatkan usia populasi penelitian berkisar antara 18-38 tahun dengan kelompok usia terbanyak (48,9%) usia 20-39 tahun. Sebagian besar (93,3%) tingkat pendidikan peserta penelitian adalah rendah. Penghasilan peserta penelitian sebanyak (86,7%) di bawah Rp.1.000.000,00, hal ini sesuai dengan pendapat yang menyatakan eratnya hubungan antara malaria dan kemiskinan. Tidak ada satu pun responden yang demam namun pemeriksaan mikroskopik menunjukkan ada 5 wanita hamil yang positif parasit malarianya dan semuanya tidak terdeteksi dengan RDT sehingga didapatkan nilai sensitivitas dan spesifisitas alat RDT masing-masing 0% dan 100% untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Nilai duga positif 0%, nilai duga negatif 91,1%, rasio kemungkinan positif 0, rasio kemungkinan negatif 1, dan nilai kappa O. Prevalensi malaria dalam kehamilan pada wanita hamil asimptomatik pada penelitian ini didapatkan 11,1%. Distribusi jenis malaria terbanyak adalah P falciparum (60%), dengan jumlah parasit malaria 79-2381 µL. Populasi penelitian adalah ibu hamil dan nifas dengan distribusi kelompok terbesar pada usia gestasi trimester 3 (57,8%). Sebagian besar populasi (64,4%) merupakan primigravida atau hamil ke-2. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan RDT yang dipakai tidak akurat untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Prevalensi malaria dalam kehamilan pada wanita hamil asimptomatik di daerah endemik malaria pada penelitian ini adalah 11,1%. Pemeriksaan slide darah mikroskop masih merupakan baku emas untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan. Jumlah parasit malaria pada wainta hamil asimptomatik termasuk rendah. Saran: Deteksi dini malaria dalam kehamilan perlu dilakukan pada wanita hamil di daerah endemik malaria. Dengan masih terbatasnya tenaga mikroskopis terlatih dan perlengkapan di daerah pedalaman, ROT merupakan alternatif untuk deteksi dini malaria dalam kehamilan namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut di lapangan dengan jumlah sampel yang lebih besar dan menggunakan jenis RDT lainnya sehingga dapat ditentukan RDT yang lebih layak. ...... Objective: To know the sensitivity and specificity of the rapid diagnostic test (RDT) for early detection of malaria during pregnancy with the microscopic slide as the gold standard. Venue: Public Health Facility located in Sei Berombang district, Labuhan Batu county, North Sumatra province. Methods and Materials: Cross sectional diagnostic test. Pregnant or puerperal women who live in that location were asked to participate in this study. Anamnesis, physical and obstetrical examination were performed according to the protocol of the study. Peripheral blood from each participants for RDT (Parascreen®, produced by Zephyr Biomedicals, India, ML No: 558, Lot No: 101017), and microscopic slide examination obtained. Microscopic slides were read by national microscopist in the laboratory of Sub Dit Malaria Indonesia Republic Department of Health in Jakarta. The data then collected and analyzed. Results: The sample was taken on August 18th 2006. There were 45 samples that met the inclusion and exclusion criteria. The age of the participants were between 18-38 years old, and the majority (48,9%) were in the 20-39 years old group. For the level of formal education, the majority (93,3%) were in the low level group. Most of the participants (86,7%) had the average income below Rp.1.000.000,00 per month. This condition supports the theory that suggests the strong correlation between poverty and malaria. None of the participants complaining of fever, from the microscopic examination, there were 5 pregnant women positive for parasitemia and none of them could be detected by the RDT, so the sensitivity and the specificity of the RDT was 0% and 100% respectively for early detection of malaria during pregnancy. The positive predictive value was 0%, the negative predictive value was 91,1%, the positive probability ratio 0, the negative probability ratio 1, and the kappa value was O. The prevalence of malaria during pregnancy among the asimptomatic pregnant women in this study was 11,1%. Most of the species (60%) was P falciparum with the parasite count ranging from 79-238l µL. This study population was pregnant and puerperal women with the majority were on the 3rd trimester. Most of the population (64,4%) were primi or 2nd gravidae. Conclusion: This study shows that the RDT used were inaccurate for early detection of malaria during pregnancy. The prevalence of malaria during pregnancy among the asimptomalic pregnant women living in the endemic malaria area in this study was 11,1%. The microscopic blood slide remains the golden standard for early detection of malaria during pregnancy. The parasite count in the asimptomatic women with malaria during pregnancy was low. Suggestion: Early detection for malaria during pregnancy should be performed for pregnant women living in the endemic area. Because of the limited trained microscopist and facility in the remote area, RDT could be an alternative for early detection of malaria during pregnancy, but further study with larger samples and using variety of RDTs should be performed, so that the ideal RDT for early detection of malaria during pregnancy could be established.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18044
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teti Ernawati
Abstrak :
Cara kerja : Selama bulan Juni hingga September 2006, 97 perempuan dengan HIV positif baik yang telah mendapat terapi ARV atau belum, mengikuti penelitian di Poliklinik POKDISUS AIDS RSCM. Data didapatkan dari status dan wawancara serta pengambilan tes Pap. Dari status diketahui kadar CD4 yang telah diperiksa terakhir. Karena masalah dana hanya diambil sepuluh sampel untuk mengetahui jenis DNA HPV serviks peserta penelitian. Dilihat jugs bagaimana karakteristik penularan HIV pada perempuan yang diteliti. Pelaporan hasil tes Pap dengan sistem Bethesda. Hasil : Temuan tes Pap abnormal adalah 23,7%, terbanyak adalah LIS derajat rendah yakni 11,3%, diikuti ASCUS 10,3% dan LIS derajat tinggi 2,1%. Pada perempuan HIV positif yang diteliti kadar CD4 kurang dari 200 sel/mm3 adalah 40,2% ; antara 200-500 adalah 47,4% dan lebih dari 500 adalah 12,4%. Dari sepuluh peserta yang diperiksa DNA HPV diketahui enam orang didapatkan jenis high risk. Penularan infeksi HIV pada perempuan yang diteliti adalah melalui kontak seksual dengan suami pengguna putau 44,3%, suami yang multipartner 18,6%, perilaku seksual multipartner peserta penelitian sebanyak 26,8% dan peserta penelitian yang mengkonsumsi narkoba putau 10,3%. Kesimpulan Temuan tes Pap abnormal terbanyak adalah LIS derajat rendah yakni 11,3%. Kadar CD 4 sebagian besar perempuan dalam penelitian ini adalah kurang dari 500 sel per mm3 (87,6%). Enam dari sepuluh peserta penelitian yang diperiksa DNA HPV didapatkan jenis high risk (risiko tinggi). Karakteristik penularan infeksi HIV terbanyak pada perempuan yang diteliti adalah penularan melalui kontak seksual dengan suami yang telah terinfeksi HIV Iebih dulu 62,9%.
Objective: to investigate Pap smear test result of the HIV positive women at POKDISUS AIDS RSCM. Method: Between June and September 2006, 97 HIV-positive women from POKDISUS AIDS RSCM policlinic were enrolled. Some of the women have received the ARV treatment, while some others have not. Data were obtained from the medical records, interview and Pap test of the participant. From the medical records, the last CD4 level was obtained. Causes of financial problem only ten experiment samples were collected to investigate the type of cervical HPV DNA. It was also inspected how the HIV transmission characteristic of the women involved. The Pap's test report was using the Bethesda system. Result: the Pap test outcome shown: abnormal 23.7%, consisting: LGSIL 11.3%, followed by ASCUS 10.3% and HGSIL 2.1%. At the HIV positive women, the CD4 level less than 200 cells/mm3 is 40.2%; ranges between 200 - 500 cells/mm3 is 47.4% and more than 500 is 12.4%. From the 10 (ten) participants investigated, it is known that 6 (six) of them got the high-risk type. The transmission of HIV infection of the participants: through the sexual activity of the drug/putaw abuse spouses is 44.3%, through the sexual activity of the multipartners spouses is 18.6%, and by the multipartners sexual activity is 26.8% and by the drug/putaw abuse is 10.3% Conclusion: the Pap test outcome shown the most occurrences is L;GSIL 11.3%, the CD4 level of the HIV positive women is mostly less than 500 cells/mm3 (86,7%). Further, 6 (six) out of 10 (ten) participants investigated got the high-risk type. Most of the transmission of HIV infection of the participants is through the sexual activity of the drug/putaw abuse spouses, who have been infected already.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18161
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Data Angkasa
Abstrak :
Pada tahun 2000, harapan hidup wanita Indonesia meningkat menjadi 67,5 tahun dan kelompok usia tua akan mencapai 8,2% dari seluruh populasi Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2010, usia harapan hidup wanita Indonesia akan mencapai 70 tahun. Seiring dengan peningkatan usia harapan hidup, maka akan terjadi peningkatan penyakit-penyakit tua, khususnya pada wanita kejadian penyakit usia ma ini dihubungkan dengan penurunan kadar hormon estrogen. Penurunan hormon ini telah dimulai sejak usia 40 tahun. Menopause sebagai akibat dari penurunan kadar hormon estrogen pada wanita akan memberikan gejala-gejala yang dapat bermanifestasi pada berbagai organ. Gejala-gejala yang mungkin timbul dibagi menjadi efek jangka pendek maupun jangka panjang. Efek jangka pendek adalah gejala vasomotorik (hot flushes, jantung berdebar, sakit kepala), gejala psikologik (gelisah, lekas marah, perubahan perilaku, depresi, gangguan libido), gejala urogenital (vagina kerng, keputihan, gatal pada vagina, iritasi pada vagina, inkontinensia urin), gejala pada kulit (kering, keriput), gejala metabolisme (kolesteroi tinggi, HDL turun, LDL naik). Sedangkan efek jangka panjang meliputi osteoporosis, penyakit jantung koroner, aterosklerosis, stroke sampai kanker usus besar. Usia menopause perempuan di negara maju seperti di Amerika Serikat dan Inggcis adalah 51,4, sedangkan di negara-negara Asia Tenggara adalah 51,09 tahum. Usia menopause untuk perempuan Indonesia adalah 50 tahun. Jika usia harapan hidup wanita Indonesia adalah 70 tahun, maka hampir 20 tahun lamanya mereka akan mengalami berbagai masalah kesehatan akibat kekurangan hormon estrogen. Dampaknya adalah kualitas hidup kaum perempuan akan berkurang. Gejala klimakterik disebabkan oleh kekurangan hormon estrogen, maka pengobatannya adalah dengan pemberian hormon estrogen dari luar tubuh, yang dikenal dengan dengan istilah Hormone replacement therapy (HRT) atau istilah dalam bahasa Indonesia Terapi Sulih Hormon (TSH). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa pemberian TSH pada perempuan menopause dapat menghilangkan keluhan klimakterik, bahkan mencegah terjadinya patah tulang, penyakit jantung koroner, kanker usus besar, dementia ripe Alzheimer dan katarak. Dengan kata lain pemberian TSH dapat meningkatkan kualitas hidup perempuan menopause.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nancy Liona Agusdin
Abstrak :
Kanker serviks merupakan salah satu kanker tersering yang dialami, wanita di dunia. Diperkirakan terdapat 440.000 kasus baru setiap tahunnya dan sekitar 80% terjadi di negara berkembang. Negara - negara di Asia Tenggara, Asia Selatan, sub-Sahara Afrika, dan Amerika Latin, tercatat sebagai negara dengan prevalensi kanker serviks yang tinggi. Contohnya di India, kasus baru kanker serviks setiap tahunnya adalah 90.000, sementara di Zimbabwe antara tahun 1990-1992 insiders kanker serviks mencapai 47.6 per 100.000. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 39,5% penderita kanker adalah kanker serviks. Di negara industri maju kanker serviks relatif lebih jarang, dibandingkan dengan kejadian kanker -payudara, paru-paru, kolon, rektum, dan prostat. Perbedaan yang sangat jelas antara negara berkembang dengan negara maju ini adalah karena adanya skrining kanker serviks yang telah dilaksanakan secara luas di negara maju tersebut. Sekitar 50% wanita di negara maju telah menjalani tes pap paling sedikit 1 kali dalam periode 5 tahun, namun di negara berkembang hanya 5% wanita. Di beberapa negara seperti Amerika, Kanada, dan hampir seluruh negara di Eropa, 85% wanitanya telah menjalani Tes pap paling sedikit satu kali. Shining kanker serviks telah menurunkan insidens kanker serviks yang invasif. Penurunan insidens ini sangat berkaitan dengan jumlah populasi yang menjalani skrining dan jangka waktu antara dua skrining (skrining interval). Pada populasi dengan cakupan skrining yang luas, insidens kanker serviks turutl sampai 70-90%, sementara pada populasi yang tidak menjalani skrining, insidens kanker serviks terus berada pada kondisi awal seperti saat skrining belum diberlakukan di negara maju. Indonesia yang merupakan negara berkembang, telah diterapkan tes pap sebagai shining kanker serviks namun seperti yang juga dialami oleh negara berkembang lainnya penerapan tes pap sebagai skrining kanker serviks masih mendapat berbagai kendala, antara lain luasnya wilayah, dan juga masih kurangnya tenaga ahli sitologi. Alternatif yang lebih sederhana serta mampu laksana dengan cakupan yang luas sehingga diharapkan temuan Iasi prakanker serviks lebih banyak adalah dengan tes IVA (WA). Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan yang sensitif, namun spesifisitasnya rendah. Spesifisitas yang rendah berarti bahwa positif palsu tes WA masih tinggi. Sebuah penelitian mendapati bahwa 40% pasien yang dirujuk untuk kolposkopi karena hasil WA positif, temyata hasil kolposkopinya normal. Ini berarti masih banyak pasien dengan hasil WA positif yang kemudian harus menjalani pemeriksaan lebih lanjut dimana sebenarnya pasien tersebut tidak perlu menjalani pemeriksaan tersebut atau tidak perlu mengeluarkan biaya lebih apabila spesifisitas tes WA ditingkatkan. Upaya untuk meningkatkan spesifisitas WA dalam skrining Iasi prakanker adalah dengan melakukan penapisan dua tahap. Penapisan tahap kedua setelah didapatkan hasil WA yang positif, dapat menggunakan berbagai Cara, seperti dengan tes pap, dengan Servikografi, maupun dengan tes DNA HPV Dengan penapisan dua tahap ini, diharapkan spesifisitas WA dapat lebih baik . Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa Tes pap dapat dijadikan pemeriksaan tahap kedua dalam upaya meningkatkan-spesifisitas tes WA dalam skrining Iasi prakanker serviks. Saat ini telah dikembangkan metode tes pap yang baru yang dikenal dengan Thin prep pap test. Latar belakang dikembangkannya metode ini adalah karena tes pap konvensional memiliki negatif palsu berkisar antara 6-55% dan meningkat jika pembuatan slide atau sediaan tidak baik. Dengan menggunakan Thin Prep kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk jika dibandingkan dengan preparat tes pap konvensional. Prep meningkatkan kualitas spesimen dengan cam mengurangi darah, mukus, inflamasi, dan artifak lainnya yang dapat menggangu pembacaan sediaan. Karena kualitas spesimen yang dihasilkan lebih balk, maka Thin Prep lebih efektf juga dalam mendeteksi lesi intraepitelial skuamosa derajat rendah dan juga lesi-lesi yang lebih beat pada berbagai populasi pasien dibandingkan dengan Tes pap konvensional. Thin prep pap test meningkatkan deteksi Iasi prakanker 65% pada populasi skrining dan 6% pada populasi risiko tinggi jika dibandingkan dengan Tes pap konvensional. Tes WA dengan kelebihannya yang mudah untuk dilakukan , murah, dan mempunyai sensitivitas yang tinggi, namun memiliki positif palsu yang tinggi, apabila dikombinasikan dengan tes pap dimana sensitivitas dan spesifisitasnya cukup baik maka diharapkan sistem skrining dua tahap ini dapat diberlakukan sebagai sistem skrining kanker serviks di Indonesia. Rumusan Masalah Apakah tes pap digabungkan dengan tes WA positif dapat meningkatkan spesifisitas dan menurunkan positif palsu tes WA ?
Depok: Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>