Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Musridharta
"Latar belakang : Belum adanya perangkal untuk memprediksi keluaran pada pasien dewasa cedera kranioserebral. Penilaian awal yang akurat diperlukan sebagai dasar menilai keluaran. Tidak semua fasilitas kesehatan memiliki sarana diagnostik yang canggih sehingga membutuhkan pedoman praktis untuk memprediksi risiko kematian dalam 3 hari pertama pada pasien dewasa cedera kranioserebral derajat sedang dan berat.
Tujuan : Penerapan sistim skor untuk memperkirakan kemungkinan kematian pasien dewasa cedera kranioserebral sedang dan berat.
Metode : Dipergunakan desain nested case control yang bersarang pada penelitian prospektif tanpa pembanding. Pasien dewasa cedera kranioserebral derajat sedang dan berat yang mengalami kematian dalam 3 hari pertama dimasukkan sebagai kelompok kasus, kelompok kontrol diambil secara random dari pasien yang tidak mengalami kematian. Periode penelitian dari bulan Agustus 2005 sampai awal November 2005, didapatkan 103 pasien yang memenuhi kriteria inklusi untuk studi deskriptif. Dari pasien tersebut didapatkan jumlah kasus sebanyak 34 pasien dengan kontrol 34 pasien untuk studi analisis. Data diolah dan disusun dalam bentuk Label distribusi maupun tabel silang menggunakan perangkat SF55 versi 13.0. Hubungan antara variabel faktor resiko dan kematian dalam 3 hari pertama dinilai dengan uji Chi Square atau uji mutlak Fisher serta perhitungan nilai OR dengan batas kemaknaan sebesar 5%, diteniskan dengan analisa logistic regresi secara backward stepwise untuk merumuskan model prediksi.
Hasil : Dari 103 pasien cedera kranioserebral didapatkan perbandingan jumlah pasien trauma kranioserebral perempuan dengan laki-laki adalah 1:6,3 dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 25-44 tahun (42,7%). 34 pasien meninggal dunia (33,0%), dari 27 pasien CKB yang meninggal 23 orang, 76 pasien CKS yang meninggal 11 orang. Pada uji multi variat backward stepwise didapat faktor penentu independen untuk keluaran dalam 3 hari pertama yaitu frekuensi nafas > 26 x 1 menit, respon membuka mata < 3 dan respon motorik < 5.
Kesimpulan : Sistem skoring trauma kranioserebral ini menggunakan parameter respon motorik, frekuensi nafas dan respon membuka mata (M N M skor) yang merupakan prediktor bermakna dalam memperkirakan kematian dalam tiga hari pertama, pasien dengan total skoring yang minimal (nilai 0) memiliki probabililas kematian dalam 3 hari sebesar 5,3%, sedangkan pasien dengan total skoring maksimal (nilai 7) probabililas kematiannya adalah 97,4%.
Kata Kunci : Trauma kranioserebral - prediksi keluaran - kemungkinan kematian - M N M skor

Background: The lack of tool to predict outcome of craniocerebral injury in adult patients. Accurate initial assessment is needed to predict outcome. Not all of the health facilities have modem and sophisticated diagnostic tool, and thus there is a need for practical guideline to predict mortality risk within first three days for adult patients with moderate to severe craniocerebral injury.
Objective: To implement score system to predict mortality rate on adult patients with moderate to severe craniocerebral injury.
Methods: Prospective nested case control study without external control. Adult patients with moderate to severe craniocerebral injury who died within first three days onset was included consecutively as case, while control was taken from random survive patients. The study was taken from August - November 2005, and 103 patients were included for descriptive study. Thirty four patients then were included as case and 34 as control for further analysis. SPSS for Windows v 13.0 was used for statistical analysis. The relationship between risk factors and mortality within first 3 days was assessed with chi square of Fisher test, then significant variables were further tested with logistic regression analysis using backward stepwise to formulate prediction model.
Results: There were 103 craniocerebral injury patients, with the proportion of female and male 1 : 6.3, and most of them were from 25 - 44 year old group (42.7%). Thirty four (33.0%) died, 23 out of 27 severe head injury patients died, while 11 out of 76 moderate head injury patients died. On backward stepwise multivariate test, independent predictor factor for first three days outcome were respiration frequency 26 xfmin, response to eye opening t 3, and motor response < 5.
Conclusions: This craniocerebral trauma scaring system uses motor response, respiration frequency, and response to eye opening parameter (M N M score), that can be used to predictor for mortality within first day of onset. Patients with minimal total score (score 0) has mortality probability 5.3%, while patients with maximal total score (score 7) has mortality probability 97.4%.
Key Words: Craniocerebral trauma - outcome prediction - mortality probability - M N M score
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vivien Puspitasari
"Latar belakang. Kognitif merupakan proses sejumlah fungsi kompleks dari berbagai sirkuit di otak. Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu faktor risiko gangguan kognitif melalui mekanisme vaskuler dan non-vaskuler. Berbagai studi menunjukkan hubungan antara diabetes dengan risiko terjadinya demensia. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran fungsi kognitif pada penyandang OM tipe 2 . Metode. Penelitian ini adalah penelitian potong lintang dengan populasi penyandang OM tipe 2 berusia - 50 tahun yang berobat di Puskesmas Tebet dan Pasar Minggu Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Semua subyek dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik umum dan neurologis serta pencatatan kadar gula darah puasa dalam 2 tahun terakhir. Kemudian dilakukan pemeriksaan fungsi kognitif untuk menilai atensi, bahasa, memori, praxis, fungsi eksekutif dan kecepatan psikomotor. Kriteria gangguan kognitif ringan tanpa demensia (CIND) adalah bila ditemukan satu atau lebih skor kognitif di bawah < 1.5 standard deviasi nilai normatif. Data dianalisis menggunakan tes chi- square, Fisher's exact dan Mann Whitney memakai program SPSS versi 11.5 hasil. Pada penelitian ini didapatkan % pasien DM tipe 2, rentang usia antara 50-75 tahun (rerata 59.5 ± 5.53 tahun), terdiri dari 55 (57.3%) wanita. Sebanyak 84 (87.5%) subyek memenuhi kriteria CIND. Rana kognitif yang paling terganggu adalah fungsi eksekutif (77 .1% ). Sebagai hasil tambahan, didapatkan hubungan bermakna antara gangguan fungsi kognitif dengan tingkat pendidikan (p=0.007; OR:6.69; IK.95% 1.48;34.34). Subyek berusia - 60 tahun memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi(p=0.023) dan immediate memory (p=0.039). Subyek dengan durasi DM - 5 tahun cenderung memiliki gangguan pada immediate memory (p=0.002). Subyek dengan kriteria pengendalian GOP buruk berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi eksekutif (p=0.006). Subyek dengan riwayat hipertensi memiliki kecenderungan terjadi gangguan atensi (p=0.0035). Kesimpulan. Gangguan kognitif umum ditemukan pada penyandang OM tipe 2 terutama gangguan fungsi eksekutif. Pasien DM tipe 2 dengan tingkat pendidikan rendah mempunyai kecenderungan memiliki gangguan fungsi kognitif (CIND). Faktor usia lanjut, lama OM, pengendalian GOP dan hipertensi berhubungan dengan gangguan pada rana kognitif spesifik.
......Background. Cognitive function is the process of several complex functions of various circuits in the brain. Type 2 diabetes is one of the risk factors which may cause cognitive function impairment through vascular and non-vascular mechanisms. Many studies show that there is a positive correlation between diabetes mellitus and the risk of dementia. The aim of this study was to describe the cognitive function of people with type 2 diabetes before any dementia manifestation occurred. Methods. This was an cross sectional study which included all type 2 diabetes patients who fulfilled the inclusion criteria. Medical history, physical and neurology examination were performed, fasting blood glucose levels of all the patients in the last 2 years were also collected. The patient's cognitive function was examined using neurophsycology test of CERAD, digit span, trail making B and finger tapping test Criteria of mild cognitive impairment without dementia (CIND) were confirmed if one or more cognitive scores were < 1.5 SD below normative value. The data were analyzed using chi-square, Fisher' exact and Mann Whitney test with SPSS for Windows version 11.5. Result. There were found 96 subjects with type 2 diabetes, 55 (57.3%) subjects were female, range of age was 50-75 years old (mean 59.5 years old SD 5.53). Eighty four (87.5%) subjects fulfilled the CIND criteria. The most affected cognitive domain was executive function (77.1%). In addition, a significant correlation was found between the cognitive impairment and the level of education (p=0.007;0R 6.69; Cl95% 1.48;34.34). Subjects with advanced aged or prior hypertension tended to have attention decicit; subjects with poor control of blood glucose had a significant correlation with executive dysfunction ; Subjects - 60 years-old and with diabetes more than 5 years tended to have immediate memory impairment (p<0.05). Conclusion. Cognitive impairment without dementia is commonly encountered in people with type 2 diabetes particularly in the domain of executive function. Type 2 diabetes patients with lower levels of education are more likely to have a cognitive impairment. There is a correlation between advanced age, duration of diabetes, control of blood glucose and hypertension with specific cognitive domain impairment."
Jakarta: Universitas Indonesia Fakultas Kedokteran, 2010
T58265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Patricia Simandjaja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2005
T58333
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Francina Lumempouw
"latar belakang : Cedera kranioserebral menyebabkan gejala sisa kecatatan fisik dan fungsi kortikal luhur, antara lain menyebabkan amnesia pasca cedera yang dinilai berdasarkan Test Orientasi Amnesia Galwston (TOAG). P 300 auditorik berfungsi sebagai alat ukur secara elektroneurofisiologi yang diduga mempunyai korelasi dengan amnesia pasca cedera (APC) kranioserebral. Metodologi : Penelitian berdasarkan penelitian ldinik prospektif seksi silang dengan statistik diskriptif dan analitik. Diteliti 60 penderita CK tertutup yang dirawat di bangsal Neurologi RSUPNCM (30 CKR dan 30 CKS) serta 60 orang normal dart karyawan RSUPNCM. Penderita (Skala Koma Glasgow awal 9-15) dan orang normal telah lulus SO, dengan umur 20-40 tahun. Pada penderita dilakukan pengukuran TOAG dan masa laten P 300 auditorik pada hart yang sama setelah mencapai SKG 15, pada orang normal diukur masa laten P300 auditorik. Dianalisa masa laten P 300 penderita CK tertutup dan masa laten P 300 orang normal kemudian hubungan masa Iaten P 300 dengan APC kranioserebral. Hasil penelttlan : Rerata masa laten P 300 orang normal mempunyai hubungan regresi tinier positif dengan bertambahnya umur (p = 0,0001). Rerata masa laten P 300 penderita CKR (p = 0,0005) dan CKS {p =0,0005) bermakna memanjang dibandingkan rerata masa laten orang normal, tetapi pada penderita CKR distrtbusi masa laten P 300 dalam area 95 % ( + 2SO) kurva normal untuk masa laten P 300 orang normal. Sedangkan distribusi masa laten P 300 penderita CKS 93% diluar area 95 %(+2SO) kurva normal p = 0,0005 dan 43% diluar area 99,7% (+3SD) kurva normal (rerata rnasa Iaten P300 CKS
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T58417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library