Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Krisis ekonomi berdampak pacla meningkatnya jumlah anak jalanan. Auak
jalanan merupakan salah satu kelompok beresiko tinggi HIV/AIDS karena perilaku
beresiko mereka. Motivasi adalah keadaan dari dalam yang memberi energi untuk
mengorganisir dan mengarahkan pola-pola spesifik perilaku. Penelitian deskripsi
korelatif ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
anak jalanan dalam melakukan pencegahan HIV/AIDS di Depok. Instrumen yang
digunakan adalah lembar kuesioner, dengan 95 responden anak jalanan usia remaja
yang diperoleh secara purposive sampling. Analisis data dilakukan secara univariat
dan bivariat. Hasil penelitian secara univariat menunjukkan bahwa tingkat
pengetahuan sebagian besar anak jalanan cukup tinggi ( pengetahuan tinggi 64,2 %,
pengetahuan rendah 35,8 %), tingkat motivasi mereka dalam mencegah HIV/AIDS
tidak jauh berbeda (motivasi tinggi 52,63 dan motivasi rendah 47,4 %). Hasil
penelitian secara bivariat menunjukkan bahwa faktor internal yang mempunyai
hubungan signifikan dengan motivasi anak jalanan dalam mencegah HIV/AIDS
adalah faktor pengetahuan (p: 006) dan faktor pengalaman (p: 002). Sedangkan faktor
internal yang Iain tidak mempunyai hubungan signifikan dengan motivasi anak
jalanan dalam mencegah HIV/AIDS (faktor pendidikan p: 0,62, faktor keyakinan p:
0,095)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2007
TA5560
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fairuz Murti
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26459
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Feby Febrina Inpresiana
"ABSTRAK
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan dan stigma
tenaga kesehatan Indonesia, khususnya Jakarta mengenai Ibu HIV yang melaksanakan
pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayinya (PMTCT)
Metode : Seratus tiga tenaga kesehatan yang bekerja di bidang obstetri dan ginekologi pada
RSCM, RS. Fatmawati, RSU Tangerang dan RS Persahabatan terutama yang bekerja di
kamar bersalin, ruang rawat, poliklinik dan ruang operasi yang diambil dari data rumah sakit
dengan cara consecutive sampling yang memenuhi kriteria inklusi , dilakukan wawancara
terpimpin . Kuesioner tersebut telah dilakukan validasi pada tiga puluh orang tenaga
kesehatan . Dari jawaban kuesioner tersebut akan menggambarkan data pengetahuan
tentang HIV dan PMTCT, stigma , ketakutan dan diskriminasi tenaga kesehatan , yang
kemudian akan dilakukan analisa bivariat serta multivariat yang terkait dengan stigma tenaga
kesehatan tersebut.
Hasil : Kami mendapatkan tingkat pengetahuan yaitu 89 orang (80,9%) memiliki
pengetahuan yang baik mengenai HIV/AIDS. Akan tetapi pengetahuan khusus mengenai
PMTCT responden memiliki pengetahuan yang buruk, hanya 8 orang (7,7%) yang
menjawab benar. Dalam penelitian ini juga didapatkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan tingkat pengetahuan yaitu tipe tenaga kesehatan, umur, lama berkerja, serta tingkat
pendidikan. Penelitian kami juga mendapatkan stigma (skor stigma tinggi) pada 65
responden (63,1%). Dilakukan analisis untuk mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
timbulnya stigma dan didapatkan umur, lama menjadi tenaga kesehatan, lama bekerja di RS
saat ini, tingkat pendidikan serta keikutsertaan pelatihan HIV/AIDS. Kami mendapatkan
skor ketakutan dibagi menjadi ketakutan rendah pada 47 responden (42,7%) dan ketakutan
tinggi pada 63 responden (57,3%). Pada penelitian ini tidak didapatkan responden yang
menyatakan tidak pernah pada 9 buah pertanyaan tentang diskriminasi, sehingga semua
responden dikategorikan sadar melakukan diskriminasi.
Kesimpulan : Pada penelitian ini kami mendapatkan hampir semua responden memiliki stigma
terhadap HIV/AIDS. Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya stigma maka
diperlukan pelatihan HIV/AIDS untuk semua tenaga kesehatan yang modulnya disesuaikan
dengan umur, tingkat pendidikan serta jenis tenaga kesehatan yang terlibat.

ABSTRACT
Objective : To capture descriptive of knowledge level and stigma among health care
provider in Indonesia that focused in Jakarta concerning HIV positive mother
who received PMTCT program.
Methode : one hundred and three health care provider who worked at Obstetric and
gynecologic divivion at Fatmawati hospital, Tangerang hospital and
Persahabatan hospital and served in delivery room, ward, outpatient clinic, and
operating theatre consisting doctors, nurses and midwives were interviewed
with quesioner that measure knowledge, fear, stigma and discrimination among
them. Data were analyzed to get factors that related to stigma.
Result : Good level of knowledge was found in 89 providers (80,9%), only 8
providers (7,7%) have good knowledge in PMTCT. High level of stigma was
measured in 65 providers (63,1%). Factors that related to level of knowledge
are type of service provider, age, length of time as provider and level of
education. We found factors that related to stigma are age, length of time as
provider, length of time in current job, level education and trained in
HIV/AIDS.
We get a scared scores were divided into low fear in 47
respondents (42.7%) and fear of height in 63 respondents (57.3%). In this study
found no respondents who claimed never to 9 questions about discrimination,
so that all respondents are categorized conscious discrimination.
Conclusion : we revelead that almost all provider have stigma in HIV.AIDS. Training in
HIV/AIDS is important to reduce stigma and the programs should be adjusted
with age, level of education, and type of service providers."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Hardy
"Skripsi ini bertujuan untuk melihat gambaran manajemen program penanggulagan penyakit HIV/AIDS di Kota Bogor tahun 2013. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan penjangkauan populasi kunci belum mencapai target. Target penggunaan jarum suntik sudah mencapai target dan target penggunaan kondom belum bisa dihitung. Pada penggunaan sumber daya sebagai input dapat disimpulkan bahwa jumlah belum sesuai untuk petugas penjangkauan, petugas puskesmas dan Dinas Kesehatan. Kebutuhan sarana sangat seperti logistik laboatorium belum mencukupi dalam segi jumlah. Kesedian Dana dari pemerintah belum mencapai 70% target kesedian. Proses perencanaan dibagi menjadi perencanaan APBD dan perencanaan GF namun belum terintegrasi di musrembang. Proses pengawasan yang menjadi tugas KPAD belum berfungsi dengan maksimal. Rekomendasi penyelesaian permasalahan adalah peningkatan fungsi KPAD, peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya, dan peningkatan program.

This scriture aims to look at the describe of HIV/AIDS Prevention Program Management in Bogor City 2013. This research are descriptive qualitative research. The results showed that the scope of outreach has not reached the target key populations. Targeted use of sterile needles has reached the target, but the target of condom use can not be calculated. Inputs that used as program resources can be concluded that the amount is not appropriate for outreacher, puskesmas's staff and the Department of Health?s staff. The need for facilities such as logistics laboatorium very inadequate in terms of quantity. Willingness of government funds have not reached the 70% target of willingness. The planning process is divided into the APBD budget planning and GF budget planning, but did not integrated yet in musrembang. Monitoring and evaluation as KPAD control not functioning optimally. Recommendations for solving the problems is an increasing function KPAD, increasing the quantity and quality of resources, and program improvement.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elia Daini Zardi
"Lelaki Beresiko Tinggi membeli seks nomor dua setelah waria. Mereka merupakan jembatan penular infeksi HIV dari kelompok resiko tinggi kepada wanita resiko rendah. Penggunaan kondom yang tidak konsisten mempunyai peranan menjadi faktor resiko transmisi penularan infeksi HIV. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan konsistensi penggunaan kondom pada Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Disain studi adalah cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah 1867 Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) yang pernah menggunakan kondom. Hasil penelitian didapatkan proporsi konsistensi penggunaan kondom sebesar 27% dan proporsi pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS sebesar 57,3%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan HIV dengan konsistensi penggunaan kondom dengan PR adjusted 1,190 [95% CI: (1.027-1,864)]. Kesimpulan studi ini adalah pengetahuan yang baik berpeluang 1,194 kali lebih konsisten menggunakan kondom dibandingkan yang pengetahuan kurang setelah dikontrol oleh kofounding persepsi resiko tertular HIV, pekerjaan, lama meninggalkan keluarga dan variabel interaksi pengetahuan dengan keterpaparan media informasi HIV.

Men are at high risk of buying number two sex after transvestites. They are bridges that transmit HIV infection from high risk groups to low risk women. The use of inconsistent condoms is one of the factors of transmission. The thesis is a crosssectional study as part of National IBBS 2015 which discuss associated HIV/AIDS knowledge with the consistency of condom use in High Risk Men (LBT) in Indonesia. The subjects in this study were 1867 High Risk Men who had used condoms. The results showed that the proportion of condom use was 27% and the proportion of good knowledge about HIV/AIDS was 57,3%. Multivariate analysis states an association between knowledge of HIV and the consistency of condom use with adjusted Ratio Prevalent 1,190 [95% CI: (1,027-1864)]. The conclusions of this study are that knowledge has a good chance of 1,190 times more using condoms compared to poor knowledge controlled by confounding perception of HIV infection risk, job, duration of leaving family and interaction variables like HIV konowledge with exposure to HIV information media."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meiwita Paulina Budiharsana
Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan - LPUI, 1996
305.2 MEI a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Istiqomah
"ABSTRAK
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome)
telah menjadi penyakit infeksi penyebab kematian terbesar pada populasi dewasa di
dunia. Penyakit ini memiliki window period dan fase asimtomatik (tanpa gejala) yang
relatif panjang dalam perjalanan penyakitnya. Sebagian besar penderita HIV dan AIDS
berusia produktif, dan besarnya persentase penderita AIDS pada kelompok usia produktif
mempengaruhi produktifitas sumber daya yang ada di negara ini. Di Indonesia,
Kabupaten Karawang merupakan salah satu wilayah endemis dan berisiko tinggi terhadap
HIV dan AIDS. Sebagai kawasan industri, Kabupaten Karawang memiliki banyak
penduduk usia produktif dengan mobilitas penduduk yang tinggi sehingga mempercepat
proses transfer teknologi, budaya dan gaya hidup. Munculnya tempat-tempat hiburan
malam, peredaran media pornografi dan narkotika menciptakan kemudahan akses
terhadap terjadinya transaksi seks berisiko, yang merupakan cara penularan HIV dan
AIDS terbesar. Komisi Penanggulangan AIDS adalah koordinator untuk upaya
penanggulangan HIV dan AIDS. Dalam melaksanakan fungsinya, KPA memiliki rencana
aksi SRAN 2010-2014. Untuk memonitor dan mengevaluasi program, digunakan sistem
pencatatan dan pelaporan berjenjang. Secara rutin KPA Kabupaten Karawang
mengirimkan laporan ke KPA provinsi, KPA nasional dan para pemangku kepentingan di
Kabupaten Karawang. Namun, analisa terhadap data yang dimiliki belum dilakukan
secara maksimal. Data yang dilaporkan hanya berupa angka absolut dan belum
menggambarkan capaian hasil kinerja. Pengembangan sistem pencatatan dan pelaporan
HIV dan AIDS berbasis data di KPA Kabupaten Karawang bertujuan untuk mengatasi
permasalahan tersebut. Dengan menggunakan database yang sistematik, penyimpanan,
pengolahan dan pengelolaan data menjadi lebih baik. Metodologi yang digunakan adalah
inkremental dan iteratif dengan model prototyping. Sistem ini akan membatu mengolah
data berupa angka absolut dengan hasil pemetaan populasi kunci menjadi hasil cakupan
kinerja dan indikator. Dengan telihatnya cakupan kinerja dan indikator, diharapkan
perencanaan upaya penanggulangan HIV dan AIDS yang dibuat oleh para pembuat
keputusan dapat lebih efektif, efisien dan tepat sasaran. Untuk pengembangan sistem
selanjutnya, dibutuhkan penguatan di sumber daya, rencana strategis dan SOP.

ABSTRACT
HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immune Deficiency Syndrome)
has become the number one cause of death of adult population in the world. It has
window period and a long asymptomatic phase. Most HIV and AIDS cases are people in
productive age, and it affects productivity of a country. In Indonesia, Karawang District
is one endemic area with high risk of HIV and AIDS. As an industry area, Karawang
District has much population in productive age with high mobility. It accelerates
technology, cultural and lifestyle transfers. The appearance of night clubs, pornography
and narcotics ease access to risky sex transaction, which is the biggest cause of HIV and
AIDS transmission. National AIDS commission is a coordinator to HIV and AIDS
prevention programs. It has SRAN 2010-2014 as the strategic planning for 5 years. To
monitor and evaluate the plans, National AIDS commission has developed a hierarchical
reporting and recording system, from district to national level. Periodically Karawang
AIDS commission sends reports to provincial AIDS commission, national AIDS
commission and stakeholders in Karawang District. However, Karawang AIDS
commission sent report in absolute and has not analyzed it maximally. It has not
described the achievement of Karawang in HIV and AIDS prevention program.
Therefore, the development of data-based HIV and AIDS reporting and recording system
has purpose to solve the problem. With systematic database, the data storage, execution
and management become better and efficient. The methodology of the development is
incremental and iterative with prototyping model. This system will help formulating
absolute data with mapped key population data into coverage of performance. The
coverage will help the decision making become more effective, efficient and based on
needs and target. This proposed system still requires manpower and policy strengthening."
2013
T35918
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 1995/1996
306.74 ANA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rivi Maharani Amri
"Prevalensi kejadian HIV pada kelompok lelaki seks lelaki LSL secara global termasuk di Indonesia terjadi peningkatan. Faktor yang menyebabkan kenaikan prevalensi HIV pada LSL antara lain adalah perilaku seks berisiko yang dilakukan. Namun di sisi lain juga terdapat beberapa perilaku pencegahan yang juga telah dilakukan oleh LSL tersebut maupun oleh petugas kesehatan untuk mencegah terjadinya penularan HIV. Skripsi ini bertujuan untuk mengatahui hubungan antara perilaku berisiko dan perilaku pencegahan HIV/AIDS dengan status HIV pada lelaki seks lelaki LSL di 6 kota di Indonesia tahun 2015. Penelitian ini menggunakan rancangan potong lintang Cross Sectional dari data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku STBP tahun 2015 pada kelompok LSL di 6 kota di Indonesia. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat untuk melihat distribusi serta analisis bivariat menggunakan uji Chi Square untuk melihat kemaknaan hubungan antara variabel independen dan dependen. Variabel independen meliputi perilaku berisiko usia seks pertama, jenis pasangan seks pertama, jenis dan status pasangan seks, usia seks komersial pertama, durasi seks komersial, serta mobilisasi hubungan seks dan perilaku pencegahan konsistensi penggunaan kondom, kehadiran program intervensi HIV, penerimaan kondom gratis, serta keikutsertaan tes HIV. Sedangkan variabel dependen adalah status HIV. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi LSL yang memiliki status HIV positif sebesar 34,7. LSL dengan status HIV positif yang melakukan perilaku berisiko HIV tertinggi pada LSL dengan usia seks pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, jenis pasangan seks pertama laki-laki, jenis dan status pasangan seks adalah pasangan seks tetap laki-laki, usia seks komersial pertama lebih atau sama dengan 20 tahun, durasi seks komersial lebih dari 2 tahun, serta pernah melakukan mobilisasi hubungan seks. Sedangkan yang melakukan perilaku pencegahan HIV tertinggi pada LSL yang konsisten menggunakan kondom, hadir dalam program intervensi HIV, pernah menerima kondom gratis, serta pernah mengikuti tes HIV. Perilaku berisiko yang berhubungan dengan status HIV pada LSL adalah jenis pasangan seks pertama PR= 1,23; 95 CI 1,02 ndash; 1,47, jenis dan status pasangan seks PR= 1,42; 95 CI 1,12-2,49 dan PR= 1,35; 95 CI 1,01-1,07, usia seks komersial pertama PR= 0,69; 95 CI 0,51-0,96, serta durasi seks komersial PR= 1,49; 95 CI 1,11-2,03. Sedangkan perilaku pencegahan yaitu penerimaan kondom gratis PR= 0,84; 95 CI 0,71-0,99 dan keikutsertaan tes HIV PR= 0,69; 95 CI 0,57-0,86.

The prevalence of HIV among population of Men Who Have Sex with Man MSM has increased globally including in Indonesia. Factor leading to an increase in HIV prevalence among MSM is, among other things, risky sex behaviors. In addition, there are also some preventive behaviors that have been done by the MSM group and the health workforce to prevent HIV transmission. This study aims to determine the Association between Risk Behavior and Preventive Behaviors of HIV AIDS and the Status of HIV among Men Who Have Sex with Man MSM in Six Cities of Indonesia in 2015. This study used cross sectional design from Integrated Biological and Behavioural Surveillance IBBS 2015 on MSM groups in 6 cities in Indonesia. Data analysis were done by univariate analysis to see the distribution and bivariate analysis using Chi Square test to see the significance of the relationship between independent and dependent variables. Independent variables includes risk behaviors age of first sexual intercourse, gender of first sexual partner, gender and status of sexual partner, age of first commercial sex, commercial sex duration mobilization of sexual activity and preventive behaviors consistency of condom use, participation in HIV intervention program, received a free condom, participation in HIV testing. While the dependent variable is the HIV status. The result of this study showed that 34.7 of MSM have a positive HIV status. MSM with HIV positive status who perform the highest HIV risky behaviors are the MSM group with the age of first sexual intercourse are more than or equal to 20 years, the gender of first sexual partner is men, status of the sex partners are male fixed sex partners, first commercial sex age are more than or equal to 20 years, commercial sex duration are more than 2 years, and have ever conducted in sexual mobilization. While those who did the highest HIV preventive behavior in MSM are the ones who consistently used condoms, participated in HIV intervention program, had received free condoms, and had done HIV test. In conclusion, significance risk behaviors associated with HIV status in MSM are the gender of first sexual partner PR 1,23 95 CI 1,02-1,47 , gender and status of sexual partner PR 1,42 95 CI 1,12-2,49 dan PR 1,35 95 CI 1,01-1,07, age of first commercial sex PR 0,69 95 CI 0,51-0,96, and commercial sex duration PR 1,49 95 CI 1,11-2,03. While the preventive behaviors that are statistically significant is free condom acceptance PR 0,84 95 CI 0,71-0,99 and HIV test participation PR 0,69 95 CI 0,57-0,86."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library