Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Indra Raymond
"Latar belakang :Tesis ini membahas tentang analisis kasus kematian pada pasien Aneurisma aorta abdominal di RSUP Fatmawwati yang menjalani operasi elektif. Sampel dan Metode : Data pasien diambil periode 2013 sampai April 2018. Semua pasien yang meninggal dari operasi elektif aneurisma aorta abdominal akan di data. Penelitian ini ditampilkan dalam bentuk deskriptif, dengan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif didapatkan dengan melakukan wawancara dengan tim operasi, operator, tim anestesi dan paramedis instrumen. Data kuantitatif didapatkan dengan telusur rekam medis. Hasil : Terdapat 27 kasus, selama periode 2013 sampai April 2018. Hanya 15 kasus yang rekam medis lengkap, 5 kasus hidup, 2 kasus meninggal pada operasi emergency dan 8 kasu meninggal pada operasi elektif. Dari 8 kasus ini, 5 kasus disertai anemia dan trombositopenia yang menetap sampai pada tahap postoperasi, 2 kasus dengan gangguan ginjal dan 1 kasus dengan penyebab yang belum jelas. Pada 8 kasus kematian, lama operasi berkisar dari 4 jam 20 menit sampai 8 jam 10 menit. Jumlah perdarahan berkisar dari 750 cc sampai 7.000 cc. Kadar creatinin preoperasi, berkisar dari 1,0 sampai 4,3 mg/dL. Kadar creatinin postoperasi berubah dari 1,0 sampai 4,5 mg/dL. Kadar hemoglobin postoperasi berkisar 5,9 sampai 9,4 g/dL. Kadar trombosit, berkisar 45.000 sampai 108.000/uL. Rata rata jumlah perdarahan adalah 3.156 cc. Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan bahwa kasus dengan hasil akhir kematian, sebagian besar disertai oleh jumlah perdarahan yang masif. Perbaikan yang dilakukan untuk resusitasi komponen darah tidak mencapai hasil yang optimal.

Background : The aim of this study is to confirm the factors that affect the mortality following open elective abdominal aortic aneurysm repair. Subject and Methode : This study was a retrospective study. Qualitative and quantitave data were collected from interviewing the team in charge and from the hospital database medical record. The data were collected for five years, from 2013 until April 2018. Data will be displayed in descriptive. Result : Twentyseven cases were hospitalized during the periode of 2016 until April 2018. Ten cases were not availlable to analyze, medical record were missing. Out of two case from these fivteen cases, was an emergency case. Five cases were alive when they discharge from the hospital. The other eight were elective cases and were able to analyze. Five cases, out of this eight, were accompanied by anemia and thrombositopenia, which last until they all move from the surgery room to the ICU. Two cases with renal disfunction, and one case with unclear cause of death. Duration of surgery in all this elective cases, ranged from 4 hours 20 minutes until 8 hours 10 minutes. Bood loss during surgery, estimated from 750 cc to 7.000 cc. Preoperative creatinin level, ranged from 1,0 to 4,3 mg/dL. Postoperative cretainin level, ranged from 1,0 to 4,5 mg/dL. Postoperative hemoglobin level, ranged from 5,9 to 9,4 g/dL. Postoperative platelet count , ranged from 45.000 to 108.000/uL. Mean blood loss during surgery was 3.156 cc. Conclusion : This study concluded that most of the death case was accompanied by massive bleeding. And all those attempt to improve by blood rescusitation, was not promptly worked."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Perwira Widianto
"Aneurisma aorta abdominal merupakan kasus yang relatif sering dijumpai, namun hingga saat ini belum ada analisis karakteristik serta evaluasi klinik yang memadai. Dilakukan penelitian dengan desain retrospektif analitik untuk mendapatkan karakteristik serta evaluasi klinik melalui data rekam medis. Dilakukan analisis pada faktor risiko pasien untuk melihat hubungan dengan tipe aneurisma, letak aneurisma, serta komplikasi pasca bedah. Selama Januari 2009 - Desember 2012 terdapat 32 pasien aneurisma aorta abdominal. didapatkan beberapa faktor risiko pasien 15 orang dengan diabetes, 22 orang dengan hipertensi, 24 orang dengan perokok serta 11 orang dengan riwayat aneurisma dalam keluarga. Didapatkan perbedaan signifikan pada kategori usia dengan tipe aneurisma (p=0,012). Demikian dengan jenis kelamin dengan tipe aneurisma (p=0,012). Pada uji statistik juga didapatkan kemaknaan fraksi ejeksi jantung (p=0,047) dan ukuran aneurisma (p= 0,009) terhadap tipe aneurisma. Juga terdapat kemaknaan faktor sistolik preoperatif terhadap komplikasi pasca bedah (p=0,025).

Abdominal aortic aneurysm (AAA) is relatively common in Indonesia, however until the present, there is no sufficient data on the characteristics and clinical evaluation of AAA. This study utilized an analytic retrospective design to obtain data on the characteristics and clinical evaluation of AAA. Analysis was done to evaluate the association between risk faktors and the type of aneurysm, location of the aneurysm, and postoperative complications.Between January 2009 and December 2012, 32 patients with abdominal aortic aneurysm treated in RS Dr. Cipto Mangunkusumo. Risk faktors were identified, 15 patients had diabetes, 22 patients had hypertension, 24 patients were smokers, and 11 patients had a family history. Significant association was found between age category (above and below 45 years) and the type of aneurysm (p=0,012). Significant association was also found between gender and the type of aneurysm (p=0,012). It also was done to evaluate the association between cardiac ejection fraction (p=0,047) and the aneurysm diameter (p= 0,009) as risk faktors for the type of aneurysm. Significant association was also found between postoperative complications and preoperatif systolic blood pressure (p=0,025).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T59165
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ferdy Agustian
"Latar Belakang: Saat ini, endovascular aneurysm repair (EVAR) lebih diutamakan pada sebagian besar kasus aneurisma aorta abdominalis (AAA) dibandingkan open surgical repair (OSR). Namun, terdapat kontroversi keluaran jangka panjang yang diperlihatkan kedua pilihan tatalaksana tersebut, terutama pada kelompok usia tua. Metode: Tinjauan sistematis dilakukan dengan mengikutsertakan studi yang membandingkan mortalitas jangka panjang, kesintasan jangka panjang, tingkat reintervensi, dan ruptur sekunder antara EVAR dan OSR pada pasien AAA berusia ≥65 tahun dengan minimal follow-up selama dua tahun. Pencarian artikel dilakukan pada empat pangkalan data elektronik yaitu Cochrane, Pubmed, EBSCOHost, dan Scopus. Studi yang diikutsertakan merupakan publikasi dari titik waktu awal yang tidak ditentukan sampai dengan bulan Maret 2024. Telaah kritis melalui instrumen yang sesuai dengan desain studi juga dilakukan untuk memastikan kualitas studi. Keluaran pada setiap studi disintesis ulang, disajikan dalam bentuk tabel, serta dilakukan pembahasan. Hasil: Studi sistematis ini berhasil mengikutsertakan 6 studi, yakni 1 studi meta-analisis dan 5 studi kohort. Mayoritas studi menunjukkan tidak adanya perbedaan mortalitas jangka panjang, kesintasan jangka panjang, tingkat reintervensi, dan tingkat ruptur sekunder antara EVAR dan OSR. Terdapat peningkatan mortalitas dan penurunan kesintasan EVAR dibandingkan OSR pada follow-up sampai dengan tahun keempat, namun tidak ada perbedaan pada tahun kelima dan rerata keseluruhan. Terdapat peningkatan mortalitas dan penurunan kesintasan EVAR pada kelompok usia ≥80 tahun dibandingkan kelompok usia 65-79 tahun. Kesimpulan: Tidak ada perbedaan keluaran jangka panjang antara EVAR dan OSR pada pasien AAA berusia ≥65 tahun.

Introduction: Nowadays, endovascular aneurysm repair (EVAR) is preferred in most cases of abdominal aortic aneurysm (AAA) than open surgical repair (OSR). However, there are controversies regarding the long-term outcomes of both modalities, especially in the geriatric population. Method: We conducted a systematic review of studies comparing the long-term mortality, long-term survival, reintervention rate, and secondary rupture rate between EVAR and OSR in ≥65-year patients with AAA with a minimum of two years of follow-up. The literature search was conducted in four electronic databases, Cochrane, Pubmed, EBSCOHost, and Scopus, from an undefined start point until March 2024. Studies included also critically appraised with relevant instruments based on the study design. The long-term outcomes of every study were synthesized, presented in tables, and discussed thoroughly. Result: A total of six studies were included, consisting of one systematic review/meta-analysis and five cohort studies. Most studies did not show differences in long-term mortality, long-term survival, reintervention rate, or secondary rupture rate between EVAR and OSR. There was higher mortality and lower survival in EVAR compared to OSR after four years of follow-up, but no differences were found in five years and overall follow-up. There was higher mortality and lower survival after EVAR in patients≥80 years old compared to those 65-79 years old. Conclusion: There are no differences in long-term outcomes between EVAR and OSR in ≥65-year patients with AAA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Mulyantara
"Tesis ini membahas mengenai performa skor V-POSSUM sebagai prediktor mortalitas 30 hari pasca tindakan EVAR TEVAR pada pasien AAA dan TAA di RSUPN Cipto Mangunkusumo.Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif menggunakan data dari rekam medis. Data yang diambil sesuai variabel yang terdapat dalam sistem skoring dalam bentuk kategorik lalu diolah secara statistik untuk menguji validitas skor V-POSSUM. Hasil penelitian melibatkan 85 pasien yang memenuhi syarat penerimaan penelitian. Dari pengolahan data statistik diketahui bahwa skor fisiologis, risiko morbiditas, dan risiko mortalitas dapat digunakan sebagai model untuk memprediksi luaran kematian karena memiliki performa akurasi dan diskriminasi yang baik, sedangkan skor kepelikan operasi tidak dapat digunakan karena secara statistik tidak menunjukkan hal yang sama. Nilai P hasil perhitungan 'Goodnes of Fit Model' skor fisiologis, risiko morbiditas, risiko mortalitas masing-masing adalah 0.00, sedangkan skor kepelikan operasi 0.18 (>0.05). 'Area Under the Curve' (AUC) masing-masing adalah 94%, 93%, 93%, dengan titik potong masing-masing berada di angka 31, 68.8, dan 10.6. Sebagai kesimpulan adalah bahwa skor V-POSSUM memiliki akurasi dan diskriminasi yang baik bukan hanya pada skor risiko mortalitasnya saja, namun pada skor fisiologis dan skor risiko morbiditasnya.

This thesis discusses the performance of V-POSSUM score as a predictor of 30 days mortality after EVAR TEVAR in AAA and TAA patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. This study is a retrospective cohort method using data from medical records. Data taken according to the variables contained in the scoring system in categorical form then processed statistically to test the validity of the V-POSSUM score. The results of the study involved 85 patients who met the research acceptance requirements. From the processing of statistical data it is known that physiological scores, morbidity risk, and mortality risk can be used as a model to predict the outcome of death because it has good performance in accuracy and discrimination, while the severity score of surgery cannot be used because it does not show the same result statistically. The P value calculated by the Goodnes of Fit Model physiological score, the morbidity risk, the mortality risk of each was 0.00, while the severity score of the operation was 0.18 (> 0.05). Area Under the Curve (AUC) are 94%, 93%, 93%, respectively, with points 31, 68.8 and 10.6. The conclusion is that the V-POSSUM score has good accuracy and discrimination not only on the mortality risk score, but also on the physiological score and the morbidity risk score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library