Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putu Widiastiti Giri
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara adolescent-parent career congruence dan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada siswa kelas X SMA. Dalam penelitian ini, adolescent-parent career congruence divariasikan menjadi adolescent-father career congruence dan adolescent-mother career congruence karena ada perbedaan peran ayah dan ibu. Partisipan penelitian berjumlah 176 siswa kelas X SMA yang telah menerapkan kurikulum 2013 di Depok dengan teknik accidental sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan baik adolescentfather career congruence maupun adolescent-mother career congruence dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier. Akan tetapi, tidak ditemukan perbedaan antara adolescent-father career congruence dan adolescent-mother career congruence. Hasil penelitian didiskusikan lebih lanjut kaitannya dengan teori dan penelitian sebelumnya.

ABSTRACT
This study examined correlation between adolescent-parent career congruence and career decision making self efficacy from first entry high school student. Based on existing role differences between father and mother, adolescent-parent congruence is divided into adolescent-father career congruence and adolescent-mother career congruence mother. There are 176 high school students who participated in this study origin from school which has implemented curriculum of 2013 in Depok by accidental sampling technique.
The results showed that there were significant positive relationships both adolescent-father career congruence and adolescentmother career congruence with career decision making self efficacy. However, no differences were found between adolescent-father career congruence and adolescent-mother career congruence. The results are discussed further in relation to theory and previous research."
2014
S53177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merina Indah Lestari
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai pengaruh consumers’ susceptibility to interpersonal influence terhadap materialisme pada remaja. Pengukuran consumers’ susceptibility to interpersonal influence menggunakan alat ukur SUSCEP Scale (Bearden, Netemeyer, & Teel, 1989) dan pengukuran materialisme menggunakan alat ukur Material Values Scale Short Form (Richins, 2004b). Responden penelitian ini berjumlah 200 remaja.
Hasil penelitian ini menunjukkan consumers’ susceptibility to interpersonal influence secara signifikan mempengaruhi materialisme remaja (β= .530, t(183)= 8.796, p<.01.). Dengan demikian, semakin tinggi consumers’ susceptibility to interpersonal influence yang dimiliki seseorang, maka semakin tinggi pula materialisme yang ia miliki. Berdasarkan hasil tersebut, remaja perlu diintervensi sejak dini untuk mengantisipasi consumers susceptibility to interpersonal influence yang dapat mempengaruhi materialisme pada mereka.

This research was conducted to find the influence of consumers susceptibility to interpersonal influence on materialism in adolescents. Consumers’ susceptibility to interpersonal influence was measured using SUSCEP Scale (Bearden, Netemeyer, & Teel, 1989) and materialism was measured using Material Values Scale Short Form (Richins, 2004b). The respondent of this research are 200 adolescents.
The main results of this research show that consumers susceptibility to interpersonal influence significantly influence acolescents materialism (β= .530, t(183)= 8.796, p<.01.). That is, the higher consumers susceptibility to interpersonal influence of one's own, the higher showing materialism. Based on this result, adolescents need to intervened early to anticipate consumers susceptibility to interpersonal influence which can influence materialism in adolescents.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
G. Ayu Sindy Prabayuni
"Adanya kesenjangan antara perkembangan reproduksi remaja dengan informasi kesehatan reproduksi meningkatkan angka penyakit menular seksual dan kehamilan remaja. Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada remaja seksual aktif di Indonesia tahun 2012.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan menggunakan data sekunder SDKI-KRR 2012. Analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi variabel-variabel penelitian. Analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variaben dependen. P value<0,05 menunjukkan hubungan bermakna secara statistik.
Hasil univariat menunjukkan remaja seksual aktif yang tidak menggunakan kontrasepsi ketika berhubungan seksual ialah 62,1%. Hasil bivariat menunjukkan adanya hubungan dengan penggunaan kontrasepsi, diantaranya jenis kelamin (OR= 0,519) pendidikan (OR= 1,517); pengetahuan (OR= 1,663); tempat tinggal (OR=1,536); keterpaparan informasi (OR=2,317); pengaruh teman sebaya (OR: 1,452).
Remaja perlu dibekali informasi dan konseling kesehatan reproduksi serta pelayanan kontrasepsi khusus bagi remaja seksual aktif. Selain itu, masyarakat juga perlu diberikan informasi mengenai kondisi riil remaja dewasa ini secara terus menerus agar turut dapat berperan dalam pencegahan perilaku berisiko remaja.

The gap between the development of the adolescent and reproductive health information will increase rates of sexually transmitted diseases and teenage pregnancy. This study is aimed to determine the factors associated with the use of contraception in sexually active adolescents in Indonesia, 2012.
The study was cross-sectional design and by using secondary data, SDKI-KRR 2012. Univariate analysis is used to see the distribution of the study variables. Bivariate analysis is used to examine the relationship between independent variables and the dependent variable. P values <0.05 indicates a statistically significant relationship.
Univariate results show that sexually active adolescents do not use contraception when sexual intercourse is 62.1%. Bivariate results indicate an association with the use of contraception, including gender (OR = 0.519); education (OR = 1.517); knowledge (OR = 1.663); residence (OR = 1.536); exposure information (OR = 2.317); peer influence (OR: 1.452).
The information and counseling of adolescent reproductive health need to be improved in order to prevent the risks of reproductive health. For sexually active adolescent, they need to get services from provider about the contraception. The society also need to be participated to prevent the adolescent’s risk behavior.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S58515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Thia Juniaty Manik
"KORELASI ANTARA KADAR VITAMIN D DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA SISWA SMA DI DEPOK, JAWA BARATThia Juniaty Manik1, Novi Silvia Hardiany2, Erfi Prafiantini1 1. Departemen Ilmu Gizi, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia2. Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakuktas Kedokteran Universitas IndonesiaE-mail :tjmanik@gmail.com AbstrakKeberhasilan dalam pendidikan tidak hanya ditentukan oleh sistem pendidikan, tetapi juga kemampuan kognitif para siswa. Siswa dengan kemampuan kognitif tinggi akan dapat menyerap pelajaran dengan baik. Nutrisi yang dikonsumsi merupakan faktor penting yang berkontribusi pada pengembangan daya kognitif. Penelitian-penelitian sebelumnya telah menghubungkan mikronutrien vitamin D dengan berbagai hasil yang berkaitan dengan kesehatan. Namun, hanya sedikit yang meneliti hubungan vitamin D dengan fungsi kognitif dan hasilnya masih belum konklusif terutama pada remaja. Penelitian ini mengeksplorasi hubungan vitamin D dengan fungsi kognitif pada siswa sekolah menengah atas di Kota Depok. Sebanyak 64 siswa dari 4 SMA di Kota Depok, menjalani tes fungsi kognitif. Hasil utama yang dinilai adalah tes kognisi untuk fleksibilitas kognitif BCST test , planning tower test , dan working memory digit span backward test . Hasil sekunder adalah status sosial ekonomi, asupan vitamin D, skor paparan sinar matahari, kadar haemoglobin, skor family assessment device, skor strenght and difficulties dan aktivitas fisik siswa. Tiga jenis tes yang digunakan adalah : BCST test, Tower Hanoi test, dan Digit backward test. Dari 64 subyek yang ikut penelitian ini 62,5 mengalami kekurangan vitamin D

Success in education is not only determined by the education system, but also the cognitive power of the students. The students with high cognitive abilities will be able to absorb the lessons well. Nutrition consumed is one of the important factors that contributes to cognitive power development. Previous studies have linked micronutrient vitamin D to various health related outcomes. However, only few examined the correlation of vitamin D to cognitive function, and the result is still inconclusive especially in adolescent. This study explores the correlation of vitamin D to cognitive function in high school students. A samples of 64 adolescents from 4 high schools in Depok City, underwent cognitive function tests. The main outcomes assessed were cognitive flexibility, planning, and working memory test. The secondary outcomes were social economic status, dietary intake of vitamin D, sun light exposure score, haemoglobin level, family assessment device, strenght and difficulties score and physical activity. Sixty four participants 62,5 were vitamin D deficiencies "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Adni Fauziah
"ABSTRAK
Prevalensi merokok pada remaja lebih tinggi dibandingkan kelompok dewasa
karena remaja merupakan masa transisi yang cenderung tidak stabil psikologisnya.
Hasil Global Youth Tobacco Survey tahun 2014 melaporkan konsumsi tembakau
pada remaja sebesar 20,3%, yaitu 19,4% perokok saat ini dan 2,1% bukan perokok.
Distres emosional pada remaja dilaporkan memiliki hubungan terhadap perilaku
merokok. Penelitian ini mempelajari besar efek distres emosional terhadap perilaku
merokok remaja di Indonesia. Data survei Riskesdas 2013 dianalisis dengan
menggunakan regresi logistik berganda dengan mempertimbangkan desain survei.
Variabel confounding yaitu umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan kepala
rumah tangga, sosial ekonomi keluarga, dan anggota rumah tangga yang merokok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa odds remaja yang merokok mengalami distres
emosional sebesar 1,82 kali dibandingkan dengan remaja yang tidak merokok
setelah dikontrol oleh variabel umur, pendidikan kepala rumah tangga, tempat
tinggal, dan sosial ekonomi (OR=1,82; 95% CI 1,66-1,99). Odds remaja yang
merokok mengalami distres emosional sebesar 1,82 kali dibandingkan dengan
remaja yang tidak merokok setelah dikontrol oleh variabel umur, pendidikan kepala
rumah tangga, tempat tinggal, dan sosial ekonomi.

ABSTRACT
Smoking prevalence in adolescent is higher than adult due to transition fase caused
unstabil psychology. In 2014, Global Youth Tobacco Survey reported the current
use of any tobacco product by youth was 20,3%, of which 19,4% were current
tobacco smokers and 2,1% were current smokeless tobacco users. Emotional
distress in adolescent associated with smoking behaviour. The aimed was to study
emotional distress effect to smoking behavior among adolescent in Indonesia.
National Health Research Data Survey in 2013 was analyzed by using multiple
logistic regression. Result showed that odds adolescent smoker had to emotional
distress 1,82 than adolescent nonsmoker adjusted by age, household education,
addressed and family?s socio economic. (OR=1,82; 95% CI 1,66-1,99). Odds
Adolescent smoker had to emotional distress 1,82 than adolescent nonsmoker
adjusted by age, household education, addressed and family?s socio economic."
2016
T46042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Bachtiar Safrudin
"ABSTRAK
Permasalahan yang terjadi pada keluarga ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga ke luar negeri adalah perubahan peran ayah menggantikan peran ibu yang memerlukan keseimbangan antara peran ayah dan peran ibu dalam pengasuhan remaja. Tujuan penelitian ini adalah menggali pengalaman remaja hidup dengan ayah dapat memberikan gambaran tentang permasalahan remaja selama hidup dengan ayah. Wawancara dilakukan dengan enam partisipan remaja yang memiliki latar belakang ditinggalkan ibu bekerja sebagai asisten rumah tangga ke luar negeri di Desa Gebang Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif, analisis data menggunakan konten analisis. Penelitian ini menghasilkan lima tema yaitu anggota keluarga menggantikan peran ibu, pengaruh kepergian ibu terhadap remaja, persepsi remaja tentang pengaruh kepergian ibu terhadap anggota keluarga lain, respon psikologis remaja ditinggal ibu bekerja ke luar negeri dan persepsi remaja terhadap pengasuhan ayah ketika ditinggal ibu bekerja. Hasil temuan merekomendasikan kepada petugas kesehatan dalam memberikan perhatian lebih pada remaja yang ditinggalkan ibu bekerja ke luar negeri sebagai kelompok risiko untuk meminimalkan masalah yang muncul akibat kepergian ibu.

ABSTRACT
The problems in families while the mother works as housemaid in abroad is changing role of the father as a mother, so it requires a balance role as a father. The study aimed to explore the experiences of adolescents that living with a father, so it could describe the ​​adolescent problems while living with the father. Interviews were conducted with six participants. The participants is adolescents that have mother as housemaid in abroad at Gebang village, Gemuh district, Kendal. This study design was qualitative with descriptive phenomenological approach. Analysis of data used content analysis. This research has resulted seven themes. The themes are the ability of family members to do mother work; without mother changed the lives of adolescents; changes in the behavior of family members; adolescent response; changes in family and the wisdom without mother. The results of study recommended to healthcare services give more attention to adolescent as a vulnerable population that have mothers as housemaid in abroad, so it can minimize the problems."
2016
T46662
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahalessy, Yona Chamalia
"Remaja adalah usia untuk mencari dan menemukan identitas diri oleh karena itu remaja dituntut menguasai keterampilan sosial dan memiliki kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan disekitarnya. Pengaruh gaya hidup modern turut mempengaruhi interaksi remaja dengan kelompoknya termasuk perilaku sosial. Remaja yang memiliki keterampilan sosial yang kuat, terutama pada penanganan konflik, keintiman emosional, dan penggunaan perilaku pro-sosial, lebih mungkin untuk diterima oleh teman sebaya dan masyarakat. Namun jika remaja gagal dalam menguasai keterampilan sosial menyebabkan mereka sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sehingga dapat menimbulkan perasaan rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku kurang normatif seperti perilaku asosial maupun antisosial.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan keterampilan sosial remaja di Kota Depok. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional yaitu jenis penelitian yang mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dengan melakukan pengukuran sesaat. Responden pada penelitian ini adalah 184 remaja. Teknik sampling menggunakan simple random sampling. Kriteria inklusi adalah remaja yang tinggal dengan orang tua kandung.
Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara pla asuh orang tua dengan keterampilan sosial remaja di Kota Depok. Penelitian ini merekomendasikan untuk melihat faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi keterampilan remaja dan mengembangkan model layanan kesehatan remaja yang sesuai. Kata kunci: Keterampilan sosial remaja ; Pola asuh orang tua.

Adolescents are the age to seek and find identity themselves therefore adolescents are required to master social skills and have the ability to adjust to the environment around them. The influence of modern lifestyle also influences the interaction of adolescents with their groups including social behavior. Adolescents with strong social skills, especially in conflict management, emotional intimacy, and the use of pro social behavior, are more likely to be accepted by peers and the community. But if adolescents fail to master social skills they are difficult to adapt to the environment so as to cause feelings of inferiority, isolated from the association, tend to behave less normatively such as behavior asocial and antisocial.
This study aims to determine the relationship of parental parenting with adolescent social skills in Depok City. In this study the design used is a cross sectional design that is the type of research that searches the relationship between independent variables and dependent variable by doing the measurement moment. Respondents in this study were 184 adolescents. The sampling technique uses simple random sampling. Inclusion criteria are adolescents who live with biological parents.
The results of this study indicate there is no relationship between parental foster pla with adolescent social skills in Depok City. This study recommends to look at other factors that influence adolescent skills and develop appropriate youth health care models. Keywords Adolescent social skills parenting."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49777
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Ayu Pramesty
"Masa remaja disebut masa terberat bagi anak karena pada masa ini seorang anak mengalami banyak perubahan yang mengakibatkan gejolak emosi, menjauhkan diri dari keluarga, dan mengalami banyak masalah baik di rumah, sekolah, maupun di masyarakat, yang tidak jarang terjadi di masyarakat menyebut remaja sebagai individu yang pintar dan pemberontak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kematangan emosi dan pengendalian diri dengan kenakalan pada remaja SMA di wilayah Jakarta Selatan. Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional pada 108 remaja SMA di Jakarta Selatan. Instrumen dalam penelitian ini adalah angket Emotional Maturity yang diadaptasi oleh Rizqi (2011), Brief Self Control Scale (BSCS) yang dikembangkan oleh Tangney, Baumeister and Boone (2004), dan The Self-Report Delinquency Scale (SRD) yang dikembangkan oleh Elliot dan Ageton (1980). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji komparasi Mann Whitney. Hasil uji analisis menemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara variabel kematangan emosi rendah dan tinggi kelompok dengan skor kenakalan remaja (p value = 0,000) dan antara kelompok variabel kontrol diri rendah dan tinggi dengan skor kenakalan remaja (p value = 0,000). Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencegah faktor-faktor penyebab kenakalan remaja, salah satunya dengan memenuhi perkembangan sosial emosional remaja.

Adolescence is called the toughest period for children because at this time a child undergoes many changes that cause emotional turmoil, distance himself from family, and experiences many problems both at home, school, and in society, which are not uncommon in society. . call teenagers as smart and rebellious individuals. This study aims to determine the relationship between emotional maturity and self-control with delinquency in high school adolescents in the South Jakarta area. The research method used was a comparative analytical research design with a cross sectional approach to 108 high school adolescents in South Jakarta. The instruments in this study were the Emotional Maturity questionnaire adapted by Rizqi (2011), the Brief Self Control Scale (BSCS) developed by Tangney, Baumeister and Boone (2004), and The Self-Report Delinquency Scale (SRD) developed by Elliot and Ageton (1980). The data analysis used was univariate analysis and bivariate analysis with the Mann Whitney comparison test. The results of the analysis test found that there was a significant difference between the variable low and high emotional maturity of the group with juvenile delinquency scores (p value = 0,000) and between the low and high self-control variable groups and the juvenile delinquency score (p value = 0,000). Therefore, efforts are needed to prevent the factors that cause juvenile delinquency, one of which is by fulfilling adolescent social emotional development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanik Amaria
"ABSTRAK
Pengetahuan yang kurang tentang kesehatan reproduksi pada remaja akan menimbulkan berbagai risiko kesehatan bagi remaja. Dalam pondok pesantren yang umumnya remaja pun kerap terjadi permasalahan karena kurangnya pengetahuan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi di Pondok Pesantren Luhur Al-Kautsar. Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik cross sectional dengan teknik accidental sampling berjumlah 65 responden. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan rendah 1,5%, pengetahuan cukup 44,6% dan pengetahuan baik 53,8%. Ada 2 faktor berpengaruh signifikan terhadap pengetahuan remaja yakni jenis kelamin (p-value 0,025) dan pengalaman pernah mendapat informasi tentang kesehatan reproduksi (p-value 0,001). Persentase pengetahuan baik dan cukup ini diharapkan pihak Pondok Pesantren dapat memberikan kebijakan yang tujuannya meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi agar pengetahuan responden baik.

ABSTRACT
Lack of knowledge about reproductive health in adolescents will pose various health risks for adolescents. In boarding schools which are generally teenagers, problems often occur due to lack of knowledge. The purpose of this study was to determine the factors that influense adolescent knowledge about reproductive health in the Luhur Al-Kautsar Islamic Boarding School. The design of this study was a cross sectional descriptive analytic study with an accidental sampling technique totaling 65 respondents. Data collection tool uses a questionnaire. The results showed low knowledge of 1.5%, sufficient knowledge 44.6% and good knowledge 53.8%. There are 2 significant factors influencing adolescents knowledge, namely gender (p-value 0,025) and experince of being informed about reproductive health (p-value 0,001). This precentage of good and sufficient knowledge is expected by the Islamic Boarding School to provide policies whose aim is to increase reproductive health knowledge so that respondents' knowledge is good.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghea Farassania
"ABSTRAK
Prevalensi perilaku merokok pada remaja di Indonesia ditemukan meningkat dari 11,2% di tahun 2013 menjadi 12,7% di tahun 2018. Kemunculan perilaku merokok banyak ditemukan pada masa remaja dan dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan pertemanan. Penelitian ini ingin melihat peran lingkungan pertemanan, yaitu sense of community dan penerimaan teman sebaya terhadap perubahan perilaku merokok pada remaja. Penelitian ini menggunakan data follow-up dari 119 partisipan yang diambil pada tahun 2019 dan 2020. Perilaku merokok diukur menggunakan Youth Risk Behavior Surveillance System (YRBSS). Faktor lingkungan pertemanan diukur menggunakan Sense of Community Index-2 (SCI-2) dan Perceived Acceptance Scale (PAS). Penelitian ini menghitung incidence rate atau jumlah kasus baru perilaku merokok serta melihat peran faktor lingkungan pertemanan menggunakan teknik analisis t-test. Incidence rate yang ditemukan sebesar 15 per 100 orang per tahun. Hasil analisis menemukan adanya peningkatan sense of community yang signifikan pada remaja yang tetap tidak merokok di tahun 2020. Walaupun jumlah kasus baru perilaku merokok ditemukan, namun sense of community dan penerimaan teman sebaya tidak berperan secara signifikan terhadap perubahan perilaku merokok.

ABSTRACT
The prevalence of smoking behavior in Indonesian adolescents has increased from 11.2% in 2013 to 12.7% in 2018. Previous studies indicated that initial age of smoking was predominantly during adolescence and was heavily influenced by their peers and environment. This study explored the role of changes in sense of community and peer acceptance in toward changes in smoking behavior among adolescents. Follow-up data of 119 participants from 2019 and 2020 were collected. Smoking behavior was assessed with the Youth Risk Behavior Surveillance Scale (YRBSS). Peer and environment factors were measured with Sense of Community Index-2 (SCI-2) and Perceived Acceptance Scale (PAS). Incidence rate was calculated and the scores of aforementioned instruments were analyzed by t-test. Incidence rate of smoking behavior in adolescents was 15 per 100 persons per year. A significant increase in sense of community was found in participants that did not turn into smokers in the second year. Even though new cases of smoking behavior were found, there was no significant role from changes in sense of community and peer acceptance toward changes in smoking behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>