Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Guntur Argana
Abstrak :
Anemia gizi merupakan salah satu dari empat masalah gizi yang dihadapi oleh bangsa Indonesia, 90% anemia gizi disebabkan oleh kekurangan zat besi. Prevalensi anemia besi pada wanita usia subur (WUS) 39,5%, prevalensi ini tidak berubah dari tahun 1995 sampai tahun 2000. Survei anemia ibu hamil di Kalimantan Selatan 51%, diasumsikan prevalensi anemia pada WUS juga tinggi. Umur 20 sampai 35 tahun merupakan saat yang ideal bagi seorang wanita mempersiapkan diri secara fisik dan mental untuk hamil dan melahirkan sehingga didapatkan bayi yang sehat. Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran prevalensi anemia dan mengetahui faktor-faktor yang dominan berhubungan dengan kadar Hb pada wanita usia 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Disain penelitian menggunakan metoda crosssectional dan pengambilan sampel dengan sistematik random sampling. Populasi seluruh wanita umur 20 sampai 35 tahun dan sampel wanita usia antara 20 tahun sampai 35 tahun sebanyak 150 orang. Penelitian diadakan di Kecamatan Kintap Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan pada bulan Maret sampai April 2002. Variabel penelitian yang berhubungan dengan kadar Hb adalah umur, IMT, LILA, konsumsi protein, konsumsi besi, konsumsi vitamin C, frekuensi sumber hem, frekuensi vitamin C, banyaknya gelas teh yang diminum, lama haid, pengetahuan tentang anemia dan pengeluaran per kapita per bulan. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan kadar Hb memakai metode cyanmethaemoglobin yang diperiksa dengan menggunakan spektrofotometer. Batasan anemia bila kadar Haemoglobin (Hb) < dari 12 g/dl dan tidak anemia bila 712 g/dl. Analisa data yang dilakukan univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 65,3% yang terdiri dari anemia ringan 53,3% dari anemia sedang 12 %. Pada uji bivariat dengan menggunakan uji regresi linier sederhana didapatkan variabel yang berhubungan bermakna dengan anemia adalah variabel LILA, frekuensi konsumsi vitamin C dan pengeluaran per kapita per bulan ( p < 0,05). Pada uji regresi ganda dengan memasukkan variabel yang mempunyai nilai (p < 0,25), maka variabel yang diikutkan pada uji regresi ganda adalah variabel; Umur, LILA, IMT, konsumsi protein, konsumsi besi, frekuensi konsumsi hem, frekuensi konsumsi vitamin C, pengetahuan tentang anemia, banyaknya gelas teh yang diminum dan pengeluaran per kapita per bulan. Hasil uji regresi linier ganda dengan mengeluarkan satu per satu variabel yang nilai p paling besar didapatkan variabel LILA dan frekuensi konsumsi vitamin C yang berhubungan dengan kadar Hb (p < 0,05 ). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa prevalensi anemia pada wanita umur 20 sampai 35 tahun di Kecamatan Kintap sudah merupakan permasalahan kesehatan masyarakat yang berat. Untuk itu Dinas kesehatan diharapkan bisa mengadvokasi Bupati dan DPRD Kabupaten Tanah Laut untuk mengeleminasi anemia melalui lintas sektoral, juga untuk program gizi adalah melaksanakan monitoring dan skrining dini pada anemia wanita umur 20 sampai 35 tahun dengan pengukuran LILA, melaksanakan penanaman buah-buah penghasil vitamin C yang dapat meningkatkan absorbsi besi dan meningkatkan kadar Hb.
The Factors that Related to Hemoglobin (HI)) Contains on Women Age 25-35 Years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province, 2002. Nutritional anemia is one of four nutrition problems that faced by Indonesia, 90% nutritional anemia caused by the lack of iron folate. The prevalence of iron folate anemia on fertile-age women as 39.5%, this prevalence was not changed from 1995-2000. The survey anemia on pregnant mother at South Kalimantan as 51%, it assumed that the prevalence anemia on fertile-age women was also high. The age 20-35 is the best age for women to prepare themselves physically and mentally to pregnant and giving a birth, so they will obtained healthy babies. The objective this study is to obtain the description of prevalence anemia and the factors that the most dominant related to Hemoglobin contents on women aged 20-35 years at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, South Kalimantan Province. The study design was cross-sectional method and the sample taken by random sampling. The population is women age 20-35 years and the number of sample as 150 people. This study is conducted at Kintap Sub-District, Tanah Laut District, and South Kalimantan Province on March-April 2002. The variable that related to Hemoglobin contents are age, HMI, MUAC, protein consume, iron folate consume, vitamin consume, the frequency of hem source, vitamin c frequency, the number of tea glass that drink, duration of menstruation, the knowledge on anemia and expenses per capita per month. The data collected by questionnaire, physic and laboratory examinations. Hemoglobin content examined by cyanmethaemoglobin method used spectrophotometer. The burden of anemia when the Hemoglobin contents < 12 g/dl and not anemia if 12 g/dl. The data analyzed by univariate, bivariate and multivariate. The result of this study showed that the prevalence of anemia as 553°/x, that consist of light anemia as 53.3% and moderate anemia as 12%. On bivariate test by simple linear correlation regression test obtained that the variable that having significant relationship with anemia was the variable MUAC, the frequency of vitamin C and expenses per capita per month (p <0.05). On double correlation and regression test by entering variable that having value (p<0.25), so those variable that followed on double correlation regression test are as the followings. They are Age, MUAC, BMI, protein consumes, zinc consume, hem consume frequency, frequency of vitamin C, knowledge on anemia, and amount tea that drink and expenses per capita per month. The result of double linear regression test by taking one by one variable that having the biggest p value, it was obtained the variable of MUAC and frequency of vitamin C consume that related to Hemoglobin content (p <0.05). Based on this study, it concluded that the prevalence of anemia on women age 20-35 at Kintap Sub-District has already serious problem for community health. It is recommended to the Local Health Service to advocate the District and the Provincial Level People's Representative Council of Tanah Laut eliminate the anemia through cross-sector. It also for nutrition program to do monitoring and early screening on women anemia age 20-35 years by MUAC measurement, plant fruit trees that produce vitamin C that could increase the absortion of iron folate, and increase Hemoglobin contents.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T604
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Titi Amrihati
Abstrak :
Anemia Gizi Besi sampai saat ini masih termasuk salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia, hal ini terlihat dari data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 dimana prevalensi anemia pada remaja putri usia 10 - 14 tahun sebesar 57,1 % dan pada Wanita Usia Subur (WUS) 39,5 % . Demikian juga dari hasil penelitian-penelitian lain seperti Lestari (1996) menemukan prevalensi anemia pada siswi SMU sebesar 41,54 %, Budiman (1997) menemukan 40,4 %, Mukhtar (2000) di Kuala Kapuas menemukan sebesar 66,7 %. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran asupan zat gizi seperti energi, protein, vitamin C dan zat besi, juga faktor lain seperti bahan makanan peningkat dan penghambat penyerapan zat besi , pola hidup dan hubungannya dengan kejadian anemia. Penelitian dilakukan pada mahasiswi Poltekkes Jakarta II di Jl Hang Jebat III Jakarta Selatan pada bulan 7 Januari 2002 - 7 Februari 2002 menggunakan disain penelitian non experimental dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah mahasiswi tingkat I semester I berjumlah 155 orang. Besar sampel dihitung dengan rumus Uji Hipotesis populasi tunggal dan didapatkan sebanyak 140 orang. Uji yang digunakan adalah uji Chi Square untuk melihat perbedaan proporsi dan untuk melihat hubungan antara dua variabel yaitu variabel independen dan variabel dependen. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan berhubungan dengan status anemia digunakan uji Regresi Logistik Ganda. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia pada mahasiswi adalah sebesar 14,3 % Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan protein, asupan vitamin C dan asupan Fe dengan status anemia mahasiswi (p < 0,05). Sedangkan faktor lain seperti asupan energi, frekuensi konsumsi bahan makan peningkat dan penghambat penyerapan Fe pola haid tidak bermakna secara statistik walaupun demikian terlihat ada kecenderungan mahasiswi dengan asupan energi rendah, jarang mengkonsumsi bahan makanan peningkat penyerapan zat besi dan sering mengkonsumsi makanan penghambat penyerapan zat besi lebih banyak yang anemia. Hasil uji multivariat diperoleh asupan protein, asupan vitamin C dan asupan Fe berhubungan secara bermakna dengan status anemia setelah dikontrol oleh variabel jumlah uang jajan. Dari ketiga variabel tersebut asupan protein adalah yang paling dominan berhubungan dengan status anemia. Berdasarkan hasil penelitian maka saran yang diajukan adalah: Perlu adanya penyuluhan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan anemia pada mahasiswi Poltekkes Jakarta II, bisa dilakukan dengan diskusi kelompok, Talk Show dengan mengundang nara sumber dari Depkes. Karena rata-rata asupan energi masih kurang dari AKG, untuk peneliti lain disarankan agar menanyakan apakah responden sedang menjalani diet atau tidak, karena remaja putri cenderung ingin tampil langsing sehingga mengurangi makanannya. Selain itu untuk peneliti selanjutnya agar membedakan analis zat besi antara yang hem dan non hem untuk lebih dapat menggambarkan hubungan antara frekuensi konsumsi bahan makanan peningkat penyerapan zat besi dengan status anemia.
Iron deficiency anemia is the one of four nutritional problem in Indonesia, it shows from the Household Health Survey (SKRT) data in 1995 that prevalence of anemia among adolescent girl (10-14 years old) is 57,1 % and among women of reproductive age (15-44 years old) is 39,5 %. It also show from the study of Lestari (1996) that prevalence of anemia among high school adolescent girls is 41,54 %, in 13udiman study (1997) is 40,4 % and Mukhtar (2000) in his study in Kuala Kapuas found 66,7 % The objective of this study wants to determine what is a factor related to anemia among college girls in Politeknik Kesehatan Jakarta II. In specific the objective of this study is to determine nutrient intake namely energy, protein, vitamin C iron and factors that can enhancer or inhibitor the absorption of iron, menarche to relation to anemia among college girls. Research conduct from January 7 to February 7 2002 was using cross sectional study. Populations of this study are 155 college girls grade 1. Number of sample calculate using hypothesis for single population test. A total of 140 college girls participated as respondents of the study. Chi Square test and Multiple Logistic Regression used to determine the relationship between independent and dependent variables and also to determine which dominant factor related to anemia status. The results showed that prevalence of anemia among college girls is 14,3 %. There is significant correlation between protein intake, vitamin C intake, iron intake and anemia status among college girls (p < 0, 05). However there was no significant correlation between energy intake, frequency of enhancer and inhibitor food to iron absorption, menarche to anemia status of college girls (p > 0, 05). Multivariate test showed that there is significant correlation between protein intake, vitamin C intake, iron intake and anemia status if variable amount of money spend for food was control. Among three variables protein intake is the most dominant to anemia status. According to the study researcher suggest to provide nutrition education about anemia and their implication to college girls especially because sometimes they are on reducing diet. Also suggestion for the next research to differentiated the analysis of hem and non hem iron in relation to anemia status.
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lia Meilianingsih
Abstrak :
Proses menua pada lansia akan mempengaruhi pola makan lansia. Pola makan yang tidak sesuai dengan kecukupan gizi dapat menimbulkan anemia. Anemia merupakan penyakit yang paling banyak diderita lansia di Indonesia, yaitu 50% (Dep.Kes, 2003). Tujuan penelitian adalah untuk menguji adanya hubungan antara pola makanan (kecukupan makanan, kelengkapan variasi jenis makanan, kebiasaan minum teh dan kopi) dengan kejadian anemia. Penelitian ini dilakukan terhadap 132 sampel yang diambil secara acak. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan pendekatan cross secliaonal. Data dikumpulkan dengan menggunakan foods records selama 7 hari dan pemeriksaan Hb dengan sianmethemoglobin. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji chi square dan regresi logistik. Hasil penelitian ini memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara kecukupan sayur, lauk, pauk, dan buah (masingmasing mempunyai nilai p= 0,000). Namun tidak ada hubungan yang bermakna antara kecukupan nasi dengan kejadian anemia (p=0,137). Secara keseluruhan komponen makanan mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia (p=0,014). Kelengkapan variasi jenis makanan juga mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia (p=0,018). Kebiasaan minum teh dan kopi juga mampunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian anemia pada lansia (p=0,000). Uji statistik menunjukkan kecukupan lauk merupakan komponen pola makan yang paling dominan terhadap kejadian anemia karena mempunyai nilai OR tertinggi, yaitu 92,334. pada penelitian ini terdapat variabel pengganggu yang mempengaruhi hubungan pola makan dengan kejadian anemia, yaitu pendakatan keluarga responder karena basil dari analisis diperoleh selisih OR>10%. Kesimpulan dari penelitian ini lansia memerlukan kecukupan makanan, khususnya sayur, lauk, pauk, dan buah untuk mencegah dan mengatasi anemia. Oleh karena itu disarankan agar perawat dapat memodifikasi kecukupan makanan sesuai dengan Iatar belakang budaya. Penelitian lebih lanjut dengan desain eksperimen dapat dilakukan untuk mendasari intervensi keperawatan.
The aging process will influence the old's pattern of Meal. Pattern of meal which did not appropriate to sufficiency of nutrient can cause anemia. Anemia is the most suffered-disease by the old in Indonesia, i.e. 50 % (Dep. Kes., 2003). The objective of research was to examine the relationship between pattern of meal (sufficiency of food, completeness of food variation, the habit of drink of tea and coffee) and anemia. The research carried out into 132 samples which taken randomly. The research used correlative descriptive design with cross sectional approach. Data collected from 7 day-food records and Hb examined by sianmethemoglobin. Data analized by chi square test and logistic regression. Result of the research indicates a significant relationship between sufficiency of vegetables, meat and fish (lauk), fermented soybean foods (pauk), fruits and anemia (each has p = 0,000). But there was no significant relationship between rice and anemia (p = 0,137). Generally, food component had a significant relationship with anemia (p = 0,014). Completeness of food variation had a significant relationship too with anemia (p = 0,000). Statistic test indicates that sufficiency of meat and fish (lauk) was the most dominant component of pattern of meal concerning anemia because it had the highest OR, i.e. 92,334. There is a disturber variable which influences the relationship between pattern of meal and anemia, i.e. income of respondent, because the research results OR > 10 %. Conclusion of the research was the old need sufficiency of food, especially vegetables, meat (lauk), fermented soybean cake (pauk), and fruits to prevent from and contend with anemia. Therefore it was suggested that nurses modify sufficiency of food which is suitable to culture background. The advance research with experiment design can be carried out to base nursing intervention.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18685
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pundra Dara Avindharin
Abstrak :
Program Tablet Tambah Darah (TTD) merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mencegah dan menanggulangi anemia, serta upaya meningkatkan kualitas SDM, salah satu sasarannya yaitu remaja putri. Indikator yang menjadi keberhasilan dalam program ini yaitu meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD dan menurunnya prevalensi anemia pada remaja putri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi program TTD remaja putri sealam pandemi Covid-19 di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Data diperoleh melalui tahap wawancara mendalam dan Focus Group Discussion (FGD) dengan data sekunder berupa telaah dokumen. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan analisis konten dan dilakukan triangulasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan program TTD remaja putri di wilayah Puskesmas Kecamatan Kembangan sudah berjalan cukup baik sebelum pandemi dilihat dari cakupan program yang selalu tercapai, namun saat pandemi program tidak berjalan efektif karena tidak ada kegiatan Pelajaran Tatap Muka (PTM) di sekolah. Beberapa kendala dalam pelaksanaan program yaitu tingkat pengetahuan dan kepatuhan konsumsi TTD remaja putri yang masih rendah; kurangnya koordinasi lintas program dan lintas sector dengan melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Suku Dinas Kesehatan Kota, Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, puskesmas, dan guru sekolah; masih perlunya penguatan kebijakan yang dapat meningkatkan kepatuhan konsumsi TTD remaja putri; kurangnya tenaga kesehatan pelaksanaan serta pengadaan media KIE yang dibutuhkan untuk sosialisasi. Sehingga diperlukan langkah upaya inovasi dan solusi alternatif dalam meningkatkan keberhasilan program tersebut seperti peningkatan koordinasi, monitoring, dan penguatan kebijakan, sosialisasi dan pendidikan gizi bagi remaja putri, guru sekolah, dan orang tua serta pemanfaatan teknologi sebagai penunjang dalam meningkatkan keberhasilan program. ......The Blood Tablet Supplementation Program is one of the government's efforts to prevent and overcome anaemia and improve the quality of human resources, one of which is adolescents. Indicators of the success of this program are increased adherence to Blood Tablet Supplementation consumption and decreased prevalence of anaemia in adolescent girls. This study aims to determine the implementation of the Blood Tablet Supplementation program for adolescent girls during the Covid-19 pandemic at the Kembangan District Health Center, West Jakarta. Data were obtained through in-depth interviews and Focus Group Discussions (FGD) with secondary data in document review. This study uses a qualitative method using content analysis and triangulation. The results showed that the implementation of the Blood Tablet Supplementation program for adolescent girls at the Kembangan District Health Center went quite well before the pandemic was seen from the coverage of the program, which was always achieved. Still, during the pandemic, the program did not run effectively because there were no Face-to-face Learning (PTM) activities in schools. Several obstacles in the implementation of the program, namely the level of knowledge and adherence to iron tablet consumption for adolescent girls is still low; lack of cross-program and cross-sector coordination involving the Health Office, City Health Sub-dept., Education Office, Ministry of Religion, Public Health Centers, and school teachers; it is still necessary to strengthen policies that can increase adherence to iron supplement consumption for adolescent girls; lack of health personnel for the implementation and procurement of KIE's media needed for socialization. Therefore, innovation efforts and alternative solutions are required to increase the success of the program, such as improving coordination, monitoring and strengthening policies, socialization, and nutrition education for adolescent girls, school teachers, and parents, as well as the use of technology as means support in increasing the success of the program.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sadiq
Abstrak :
Anemia gizi merupakan masalah defisiensi gizi yang terbanyak dan merupakan penyebab anemia terbesar pada kchamilan. Di Indonesia anemia gizi pada ibu hamil masih menjadi masalah gizi utama yaitu sebesar 40,1 % (SKRT 2001). Tczjadinya anemia gizi pada ibu hamil disebabkan oleh banyak faktor, yaitu rendahnya asupan besi, gangguan absorpsi dan kehilangan besi akibat perdarahan menahun, disamping status penyakit yang diderita ibu hamil seperti malaria, infeksi casing, HIV/AIDS dan penyakit genetik (thalassemia). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan prevalensi anemia gizi ibu hamil serta mengidentifikasi faktor - faktor yang berhubungan dengan kcjadian ibu hamil Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2008. Penelitian ini mengglmakan' pendekatan kuantitatif dcngan desain: ,wtcng !in!ang. Sampel adalah ibu hamil trimester I, II dan III yang terpilih melalui prosedur pemilihan sampel dengan metode random sampling. Junlah sampel seluruhnya adalah 228 ibu hamil. Cara pengambilan sampel menggunakan metode multisrage. Sebagai kluster adalah desa yang diambil sebanyak 30 desa dari 206 deca yang ada di Kabupaten Musi Banyuasin. Desa dipilih secara acak proposional. Variabel dependen penelitian ini adalah kadar Hb ibu hamil yang diukur dengan metode sahli, sedangkan variabel independen terdiri dari umur ibu, LILA, paritas, pekerjaan, jarak kehamilan, riwayat penggunaan alat kontrasepsi, asupan zat besi, makanan sumber heme dan non heme, makanan peningkat dan penghambat absorpsi zat besi, TTD, pengetahuan tentang anemia, iingkat pendidikan ibu dan tingkat ekonomi. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi anemia gizi ibu hamil di Kabupaten Musi Banyuasin sebesar 42,5 %. Berdasarkan usia kchamilan, prevalensi anemia gizi lebih tinggi pada ibu hamil trimester I (63,7 %) dibandingkan dengan trimester 1] (39,1 %) dan trimester IH 39,1 %). Sebagian besar responden berada pada umur yang tidak berisiko untuk hamil (20 - 35 tahun), tidak berisiko dalam paritas dan LILA. Seluruh ibu hamil (100%) telah melakukan ANC dengan jumlah yang bervariasi di tiap trimester. Terdapat 21,9 % responden yang belum pemah mendapatkan TTD, yang sebagian besar dialami oleh ibu hamil trimester I. Sebanyak 56,2 % mengonsumsi zat besi < 90 % AKG, jarang mengonsumsi makanan sumber heme (54,8 %) dan non heme (58,3 %), tetapi sering mengonsumsi makanan peningkat absorpsi Fe (51,3 %). Hasil uji bivariat dengan Chi-Square, terdapat hubungan yang bexmakna antara umur ibu (nilai p = 0,008, OR ; 2,485), umur kehamilan (nilai p = 0.047, OR : 0,372), jarak kelahiran (nilai p = 0,019, OR : 0,5 12), tingkat pengetahuan (nilai p = 0,024, OR : I ,l43) dengan anemia gizi ibu hamil di Kabupaten Musi Banyuasin Tahun 2008. Hasil akhir analisis multivariat mendapatkan vaxiabel umur ibu merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan terjadinya anemia gizi ibu hamil Dengan nilai p 0,024, OR : 2,3 (95% CI 1,128 - 4,61 1), sehingga dapat disimpulkan responden dengan umur kehamilan berisiko (<20 dan >35 tahun) berpeluang untuk menderita anemia gizi sebesar 2,3 kali dibandingkan dengan responden yang berada pada kelompok umur aman untuk kehamilan (20 - 35 tahun) setelah dikontrol variabel umur kehamilan, jarak kelahiran, tingkat pendidikan dan pengetahun ibu. Saran yang diajukan dalam penelitian adalah meningkatkan KIE ibu hamil terutama mengenai anemia gizi, sumber malcanan heme, non heme, peningkat dan penghambat absorpsi F e rnelalui penyuluhan seeara rutin di posyandu dan puskcsmas. serta peningkatan cakupan suplementasi TTD. Terhadap temuan hasil penelitian ini, perlu dilakukan screening anemia pada remaja putri dan wanita sebelum hamil. Perlunya peningkatan kualitas pelayanan terutama dalam pemeriksaan kehamilan. ......Anemia is the most nutrition deficiency problem and as the biggest anemia cause in pregnancy. In Indonesia, it still becomes the main nutrient problem (40,1% SKRT 2001). The nutrient anemia ofthe pregnant mother is caused by many factors, example : lack of calcium ,absorption hindrance and lost of calcium caused of chronic bleeding, besides the illness status suffered by pregnant mother such as malaria, wonn infection, HIV/AIDS and genetically illness ( thalasscmia ). This aim of this research in to have prevalantion of pregnant mother iron deficiency anemia and also to identify some factors related to pregnant woman’s case in Musi Banyuasin regency in 2008. This research uses quantitative rapprochement by cross sectional. The sample is at the first, second and third three semester of pregnant mother selected by stratiication sample of choosing procedures. The totally sample is 228 pregnant mothers. Sample withdrawal way uses the stratification multistage method. As the cluster is taken 30 villages from 206 which is in Musi Banyuasin Regency. It has taken in a cluster as proportional randomly. Dependent variable of the research is Hb value of pregnant woman measured by sahli method, and independent variable contents of motl1er’s age, mid arm circumstances, parity, job, pregnancy space, calcium consumption, heme and non heme food sources, barrier food of calcium absorption, iron tablets supplementation, anemia knowledge, mothers’ education level and economic level. The result of this research finds the nutrient anemia of pregnant mother in Musi Banyuasin Regency is totally 42,5%. Based on the pregnancy ages, iron deficiency anemia prevalantion is higher in the first semester of pregnant mother ( 63,7% ) than the second three semester 9 39,l% ) and the third three semester (39,l%). Most of respondents are in save ages of pregnancy ( 20-35 years old ) and has lower risks parity and mid ann circumtances. Bivariat test result with Chi-square, found significant relationship between mother’s ages (p:0,008, OR 2,485), pregnancy ages (p:0.047, OR 0,372), pregnancy space (p:0,019, OR 0,5l2), knowledge level (p:0,024 OR l,l43) with anemia of pregnant mother in Musi Banyuasin in 2008. The final result of mothers’ age analysis totally OR = 2,3 with 95% CI 1,128 - 4,661 1, so it can concluded that respondent with risk of pregnancy ages (<20 and >35 years old) have chance to suffer iron deficiency anemia for 2,3 times higher than others respondents who are in save old of pregnancy (20-35 years old) afier being controlled by pregnancy ages variable, pregnancy space, education level and mothers’ knowledge. The suggestion is improvement of pregnant mothers BIC, specifically about nutrient anemia, heme and non heme food sources, increasing and barrier of iron pills supplement. For this research result, it needs to have anemia screening to girls and woman before being pregnant. Services Quality improvement is also needed especially in pregnancy checking up, motivate and controlling the pregnant mother to have iron pills supplement regularly.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34578
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nari Aditian
Abstrak :
Anemia adalah suatu keadaan kekurangan kadar hemoglobin (Hb) dalam darah yang terutama disebabkan oleh kekurangan zat gizi (khususnya zat besi) yang diperlukan untuk pembentukan Hb tersebut (Depkes, 1998). Penelitian di Indonesia didapatkan 41,4 % - 66,7% remaja putri menderita anemia (WHO, 2001). Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi anemia dengan kejadian anemia. Dalam penelitian ini, status anemia pada remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu merupakan data sekunder dari hasil penelitian Yayasan Kusuma Buana (2008). Rancangan studi yang digunakan adalah Cross Sectional. Populasi dari penelitian ini menggunakan remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Metode sampel yang digunakan adalah teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2009). Besar sampel sebanyak 132 orang dengan umur antara 12-16 tahun. Adapun variabel penelitian ini adalah status anemia, pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan kejadian anemia, dianalisa dengan uji statistik Chi Square dengan tingkat kepercayaan 95 %. Hasil penelitian menunjukkan kejadian anemia siswi SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu adalah 39,4%, dengan tingkat pengetahuan baik sebesar 53,8%, sikap positif sebesar 47,7%, yang selalu sarapan pagi di rumah sebesar 27,3% dan juga ada 40,2% yang selalu sarapan di sekolah. Sedangkan untuk jajan dalam 1 hari, hampir seluruh siswi di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu menyukai jajan sebesar 98,5%. Dan remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu mayoritas sudah mengalami menstruasi (92,4%). Dari hasil uji statistik ditemukan tidak ada perbedaan pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan status kejadian anemia remaja putri di SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Hasil uji statistik chi square menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan, sikap, kebiasaan sarapan, kebiasaan jajan dan menstruasi dengan kejadian anemia pada remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu. Saran dari penelitian ini adalah perbanyak konsumsi makanan yang lebih bervariasi agar kebutuhan zat besi tetap terpenuhi. Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut dan perlu diadakan kerjasama antara instansi terkait dengan pemerintah untuk memperbaiki kualitas SDM remaja putri SMP 133 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khofifah
Abstrak :
Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin di bawah rentang normal dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan fisiologis individu. Anemia sering dialami oleh ibu hamil dikarenakan pada masa kehamilan terjadi berbagai perubahan fisiologis untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin. Terdapat beberapa penyebab anemia pada kehamilan, namun anemia yang paling banyak dialami oleh ibu hamil di Indonesia disebabkan oleh defisiensi zat besi. Anemia pada kehamilan jika tidak ditangani dengan baik maka akan menjadi penyebab morbiditas dan mortilitas ibu dan janin. Intervensi yang  dapat dilakukan untuk mengatasi anemia pada kehamilan adalah dengan mengonsumsi makanan yang tinggi zat besi seperti bayam dan tomat. Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis asuhan keperawatan dengan penerapan terapi jus bayam dan tomat untuk meningkatkan kadar hemoglobin pada ibu hamil yang mengalami anemia. Karya ilmiah ini menggunakan metode case study pada satu pasien di wilayah Puskesmas Pancoran Mas. Terapi dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi dan sore hari selama 10 hari. Hasil evaluasi yang didapatkan dari terapi jus bayam dan tomat adalah adanya peningkatan kadar hemoglobin yaitu dari 9 g/dl menjadi 12,2 g/dl. Keterbatasn dari penelitian ini adalah intervensi hanya diberikan pada satu pasien saja. ......Anemia is a condition in which the hemoglobin level is below the normal range and is not sufficient to meet the physiological needs of the individual. Anemia is often experienced by pregnant women because during pregnancy various physiological changes occur to support fetal growth and development. There are several causes of anemia in pregnancy, but the most common anemia experienced by pregnant women in Indonesia is due to iron deficiency. Anemia in pregnancy if not treated properly it will be a cause of maternal and fetal morbidity and mortality. Interventions that can be done to treat anemia in pregnancy are to eat foods high in iron such as spinach and tomatoes. This scientific paper aims to analyze nursing care with the application of spinach and tomato juice therapy to increase hemoglobin levels in pregnant women with anemia. This scientific work uses the case study method on one patient in the Pancoran Mas Health Center area. Therapy was carried out twice a day, in the morning and evening for 10 days. The evaluation results obtained from spinach and tomato juice therapy was an increase in hemoglobin levels from 9 g/dl to 12.2 g/dl. The limitation of this study is that the intervention was only given to one patient
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yohanes Salim
Abstrak :
[ABSTRAK
Anemia defisiensi besi dan thalassemia β trait merupakan penyebab tersering anemia mikrositik hipokrom di Indonesia. Kedua penyakit tersebut sulit dibedakan hanya dengan pemeriksaan hematologi, oleh karena itu diperlukan pemeriksaan tambahan seperti feritin dan analisis hemoglobin. Namun tidak semua laboratorium dapat melakukan pemeriksaan ini. Banyak penelitian yang membedakan kedua penyakit tersebut dengan indeks eritrosit. Namun indeks eritrosit memiliki nilai diagnostik yang berbeda di setiap negara dan belum ada data di Indonesia. Penelitian ini melakukan uji diagnostik Indeks Mentzer, RDW, Green- King, Sirdah, dan mencari nilai cut-off baru yang memberikan nilai diagnostik lebih baik. Penelitian terdiri dari 98 subyek definitif anemia defisiensi besi dan 80 subyek thalassemia β trait. Nilai diagnostik Indeks Mentzer untuk anemia defisiensi besi adalah sensitivitas 83.6%, spesifisitas 66.2%, NPP 75.2%, NPN 76.8%, RKP 2.4, RKN 0.2. Nilai diagnostik Indeks Mentzer untuk thalassemia β trait adalah sensitivitas 66.2%, spesifisitas 83.6%, NPP 76.8%, NPN 75.2%, RKP 4.0, RKN 0.4. Nilai diagnostik Indeks RDW untuk anemia defisiensi besi adalah sensitivitas 91.8%, spesifisitas 75%, NPP 81.8%, NPN 88.2%, RKP 3.6, RKN 0.1. Nilai diagnostik Indeks RDW untuk thalassemia β trait adalah sensitivitas 75%, spesifisitas 91.8%, NPP 88.2%, NPN 81.8%, RKP 9.1, RKN 0.2. Nilai diagnostik Indeks Green-King untuk anemia defisiensi besi adalah sensitivitas 96.9%, spesifisitas 67.5%, NPP 78.5%, NPN 94.7%, RKP 2.9, RKN 0.04. Nilai diagnostik Indeks Green-King untuk thalassemia β trait adalah sensitivitas 67.5%, spesifisitas 96.9%, NPP 94.7%, NPN 78.5%, RKP 22.0, RKN 0.3. Nilai diagnostik Indeks Sirdah untuk anemia defisiensi besi adalah sensitivitas 92.8%, spesifisitas 58.7%, NPP 73.3%, NPN 87.0%, RKP 2.2, RKN 0.1.Nilai diagnostik Indeks Sirdah untuk thalassemia β trait adalah sensitivitas 58.7%, spesifisitas 92.8%, NPP 87.0%, NPN 73.3%, RKP 8.2, RKN 0.4. Nilai cut-off baru Indeks Mentzer adalah 13.44, RDWI 233.4, Green-King 75.06, dan Sirdah 32.52. Keempat indeks eritrosit dapat diaplikasikan untuk orang Indonesia dengan Indeks Green-King sebagai indeks yang terbaik.
ABSTRACT
Iron deficiency anemia and β trait thalassemia are the most common causes of microcytic hypochromic anemia in Indonesia. Differentiation between them is difficult when solely based on a hematology examination, so additional laboratory tests are required such as ferritin and hemoglobin analysis. However, not all laboratories can perform these tests. Many erythrocytes indices have been proposed to determine whether a blood sample is more suggestive for iron deficiency anemia or β trait thalassemia. Unfortunately these indices have different diagnostic value in many countries and there is no data about diagnostic value in Indonesia. This study performs diagnostic test Mentzer, RDW, Green-King, and Sirdah Index and develops a new cut-off point that could make a better diagnostic value. This study consists of 98 subjects of iron deficiency anemia and 80 subjects of β trait thalassemia. Diagnostic values of Mentzer Index for iron deficiency anemia were sensitivity 83.6%, specificity 66.2%, PPV 75.2%, NPV 76.8%, LR+ 2.4, LR- 0.2. Diagnostic values of Mentzer Index for β trait thalassemia were sensitivity 66.2%, specificity 83.6%, PPV 76.8%, NPV 75.2%, LR+ 4.0, LR- 0.4. Diagnostic values of RDW Index for iron deficiency anemia were sensitivity 91.8%, specificity 75%, PPV 81.8%, NPV 88.2%, LR+ 3.6, LR- 0.1. Diagnostic values of RDW Index for β trait thalassemia were sensitivity 75%, specificity 91.8%, PPV 88.2%, NPV 81.8%, LR+ 9.1, LR- 0.2. Diagnostic values of Green- King Index for iron deficiency anemia were sensitivity 96.9%, specificity 67.5%, PPV 78.5%, NPV 94.7%, LR+ 2.9, LR- 0.04. Diagnostic values of Green-King Index for β trait thalassemia were sensitivity 67.5%, specificity 96.9%, PPV 94.7%, NPV 78.5%, LR+ 22.0, LR- 0.3. Diagnostic values of Sirdah Index for iron deficiency anemia were sensitivity 92.8%, specificity 58.7%, PPV 73.3%, NPV 87.0%, LR+ 2.2, LR- 0.1. Diagnostic values Sirdah Index for β trait thalassemia were sensitivity 58.7%, specificity 92.8%, PPV 87.0%, NPV 73.3%, LR+ 8.2, LR- 0.4. The new cut-off point of Mentzer, RDW, Green-King, and Sirdah Index was 13.44, 233.4, 75.06, and 32.52 respectively. All indices can be applied for Indonesian people, among which Green-King Index had the best diagnostic value, Iron deficiency anemia and β trait thalassemia are the most common causes of microcytic hypochromic anemia in Indonesia. Differentiation between them is difficult when solely based on a hematology examination, so additional laboratory tests are required such as ferritin and hemoglobin analysis. However, not all laboratories can perform these tests. Many erythrocytes indices have been proposed to determine whether a blood sample is more suggestive for iron deficiency anemia or β trait thalassemia. Unfortunately these indices have different diagnostic value in many countries and there is no data about diagnostic value in Indonesia. This study performs diagnostic test Mentzer, RDW, Green-King, and Sirdah Index and develops a new cut-off point that could make a better diagnostic value. This study consists of 98 subjects of iron deficiency anemia and 80 subjects of β trait thalassemia. Diagnostic values of Mentzer Index for iron deficiency anemia were sensitivity 83.6%, specificity 66.2%, PPV 75.2%, NPV 76.8%, LR+ 2.4, LR- 0.2. Diagnostic values of Mentzer Index for β trait thalassemia were sensitivity 66.2%, specificity 83.6%, PPV 76.8%, NPV 75.2%, LR+ 4.0, LR- 0.4. Diagnostic values of RDW Index for iron deficiency anemia were sensitivity 91.8%, specificity 75%, PPV 81.8%, NPV 88.2%, LR+ 3.6, LR- 0.1. Diagnostic values of RDW Index for β trait thalassemia were sensitivity 75%, specificity 91.8%, PPV 88.2%, NPV 81.8%, LR+ 9.1, LR- 0.2. Diagnostic values of Green- King Index for iron deficiency anemia were sensitivity 96.9%, specificity 67.5%, PPV 78.5%, NPV 94.7%, LR+ 2.9, LR- 0.04. Diagnostic values of Green-King Index for β trait thalassemia were sensitivity 67.5%, specificity 96.9%, PPV 94.7%, NPV 78.5%, LR+ 22.0, LR- 0.3. Diagnostic values of Sirdah Index for iron deficiency anemia were sensitivity 92.8%, specificity 58.7%, PPV 73.3%, NPV 87.0%, LR+ 2.2, LR- 0.1. Diagnostic values Sirdah Index for β trait thalassemia were sensitivity 58.7%, specificity 92.8%, PPV 87.0%, NPV 73.3%, LR+ 8.2, LR- 0.4. The new cut-off point of Mentzer, RDW, Green-King, and Sirdah Index was 13.44, 233.4, 75.06, and 32.52 respectively. All indices can be applied for Indonesian people, among which Green-King Index had the best diagnostic value]
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reisa Melisa Wijaya
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada anemia ibu menyusui. Belum adanya prevalensi khusus anemia pada ibu menyusui menjadi masalah baru karena anemia pada ibu menyusui dapat memberikan dampak buruk kepada ibu dan bayinya. Selain itu, faktor-faktor yang berhubungan dengan anemia pada ibu menyusui belum diketahui secara menyeluruh. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan metode pengambilan sampel konsekutif yang melibatkan 74 subjek ibu menyusui berusia 20-35 tahun yang melahirkan 3-6 bulan terakhir. Lokasi penelitian berada di Puskesmas Grogol Petamburan dan Cilincing, Jakarta, Indonesia pada bulan Februari-April 2019. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan data karakteristik dasar dan asupan zat gizi. Pemeriksaan antropometri (indeks massa tubuh (IMT) dan lingkar lengan atas/LiLA) dan laboratorium (hemoglobin, serum feritin, dan serum c-reactive protein) dilakukan. Uji t tidak berpasangan, uji Mann Whitney, dan uji Fisher exact digunakan untuk menganalisis hubungan faktor nutrisi dan non-nutrisi dengan anemia. Nilai P< 0,05 dianggap signifikan. Hasil penelitian didapatkan prevalensi anemia 8% dengan anemia defisiensi besi sebesar 3%. Dari faktor nutrisi didapatkan hubungan yang bermakna antara IMT (p=0,023) dan LiLA (p=0,017) dengan status anemia. Sedangkan tidak didapatkan hubungan antara faktor non nutrisi dengan anemia. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT dan LiLA yang lebih tinggi lebih tidak berisiko untuk terjadinya anemia pada ibu menyusui. ......The study aimed to explore contributing factors of anemia in lactating mothers. No prevalence data of anemia in lactating mothers become a new problem because anemia can give bad impacts to both mothers and babies. Beside that, there is lack of knowledge about contributing factors of anemia in lactating mothers. This was a cross sectional study that used consecutive sampling method which recruited 74 subjects of lactating mothers aged 20-35 years old who gave delivery within the last 3-6 months in Grogol Petamburan and Cilincing Primary Health Care, Jakarta, Indonesia in February to April 2019. Interview was used to collect basic characteristic data and dietary intakes. Anthropometric measurement and laboratory examination (hemoglobin, ferritin serum, and c-reactive protein) were done. T-independent test, Mann Whitney test, and Fisher exact test were used to determine factors associated with anemia. P-value <0.05 was considered as significant. Results showed that the prevalence of anemia is 8% with 3% iron deficiency anemia. Significant correlations were found between BMI (p=0.023) and MUAC (p=0.017) with anemia status. In conclusion, those with higher BMI and MUAC are less likely to develop anemia in lactating mothers.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Farhanah
Abstrak :
Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.
Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>