Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Tjahjono
Abstrak :
Akhir-akhir ini efek analgatik daun jambu meta mulai diteliti orang, bahkan penelitian ini sudah sampai pada sukarelawan sehat dan uji klinik, dan perusahaan jamu telah ada yang memasukkan daun jambu mete ke dalam komposisi jamu pegel Iinu. Selama ini sediaan yang dipakai untuk penelitian masih berupa infusum, sehingga dosis pemberian cukup besar (25 9/50 kgBB) serta ada rasa kurang enak yang menyebabkan mual dan muntah. Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menyiapkan sediaan bentuk ekstrak sehingga dosis pemberian menjadi lebih kecil. Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Pada tahap I, diuji efek analgetik 3 macam ekstrak yaitu ekstrak nonpolar, ekstrak semipolar dan ekstrak polar, pada tikus sebagai hewan coba. Tikus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I tidak diberi apa-apa, kelompok II diberi suspensi povidon 5%, kelompok III diberi ekstrak alkohol 190 mg/kgBB, kelompok IV diberi ekstrak petroleum eter 190 mg/kgBB, kelompok V diberi ekstrak kloroform 190 mg/kgBB dan kelompok VI diberi dipiron 300 mg/kgBB. Hasil uji tersebut membuktikan bahwa ekstrak semi polar (kloroform) menunjukkan efek analgetik paling kuat. Disamping itu masing-masing ekstrak dilihat profil kandungan senyawa didalamnya dan ternyata ekstrak kloroform mengandung golongan polifenol dan triterpenoid. Pada tahap II, diuji efek analgetik ekstrak kloroform pada tikus. Metode pengujian sama dengan metode pada tahap I, perbedaannya adaIah kelompok III diberi ekstrak kloroform 45,5 mg/KQBB, kelompok IV diberi ekstrak kloroform 91 mg/kgBB, dan kelompok V diberi ekstrak kloroform 182 mg/kgBB. Pada tahap III yaitu tahap prediksi zat aktif, dilakukan isolasi noda terbesar golongan senyawa polifenol (Rf 0,5) dan golongan triterpenoid (Rf O,4), kemudian meIarutkannya ke dalam metanol. Larutan yang diperoleh diidentifikasi dengan gabungan kromatografi gas-spektrometri infra merah-spektrometri massa, juga dengan kromatografi cair kinerja tinggi. Dari hasil analisis statistik, terbukti bahwa ekstrak kloroform menunjukkan efek analgetik paling kuat dibandingkan dengan ekstrak yang lain tetapi masih lebih lemah dibandingkan dengan dipiron 0,300 9/kgBB dan kemungkinan ada hubungan antara dosis pemberian dengan efek analgetik yang terjadi. Sedangkan prediksi zat kandungan aktif belum dapat dilakukan karena senyawa yang diisolasi belum senyawa tunggal (belum murni).
Many studies dealing with the effect of analgetic cashew nut leaves had been done in animals as well as in human being. Meanwhile, some Herbal medicine companies included cashew nut leaves as one of the component of their product to relieve muscle and back pain. So far infusion is the preparation used in previous studies, so the dose given is high enough (25 g/50 kgBW), it had unfavourable taste and may caused nausea and vomiting. Due to the reason mentioned above, the purpose of this study is to prepare an extract form which can be used in smaller dose. This study is carried out in 3 stages. The first stage, was, preparing 3 kinds of extract namely nonpolar extract, semipolar extract and polar extract; then each of them was tested in rats to see it?s analgetic effect. The rats were randomly divided into 6 treatment groups. First group was given nothing, second group was given povidon suspension 5%, third group was given 190 mg/kgBW alcohol extract, fourth group was given 190 mg/kgBW petroleum ether extract, fifth group was given 190 mg/kgBW chloroform extract and sixth group was given 300 mg/kgBW dipyrone. The result show that semipolar extract (chloroform) gives the strongest analgetic effect. Besides that, each extract showed it?s compound profile, infact chloroform extract contains polyphenol and triterpenoid. The second stage, the chloroform extract was tested in rats. The analgesic test method was similar to the first stage. The difference was that the third group was given 45,5 mg/kgBW chloroform extract, the fourth group was given 91 MQ/KQBW chloroform extract,the fifth group was given 182 mg/kgBW chloroform extract. In the third stage, the active compound of chloroform extract was predicted, the biggest spot of polyphenol (Rf 0,5) and triterpenoid (Rf O,4) could be isolated and then dissolved it into methanol. The solution was identified by combined gas chromatography-infra red spectrometry-mass spectrometry and also high pressure liquid chromatography. From statistical analysis, it was proven that chloroform extract had the strongest analgesic effect and there might a dose-effect relationship. Unfortunately, the active compound still could not predicted because the isolated product was not pure yet.
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T9355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutrisno Gunawan
Abstrak :
Menelaah efek dari premedikasi ketamin rektal dalam memfasilitasi pemisahan dari orang tua dan pemasangan kateter intravena pada anak-anak , 66 orang anak berumur 3,4 + 1,8 ( mean + SD ) tahun secara acak dibagi dalam 2 kelompok sama banyak. Grup pertama mendapat ketamin per rektal ( 8 mg/kg ) dikombinasi dengan atropin rektal ( 0,02 mg/kg ) dan sebagai kelompok kontrol menerima diazepam per oral dengan dosis 0,4 mg/kg. Lebih dari setengah dari anak-anak pada kelompok ketamin (57,6%) dapat dipisahkan dari orang tua dengan mudah tanpa gelisah, memberontak ataupun menangis, dibandingkan dengan kelompok kontrol diazepam (42,4%; P>0,05). Akan tetapi secara statistik perbedaan tersebut tidak berbeda secara signifikan. Ada sekitar 78,8% dari anak-anak pada kelompok ketarnin yang menangis pada saat pemasangan kateter intravena, yang secara bermakna lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok kontrol (97,0%). Efek samping dan komplikasi tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok. Tidak ada satupun anak pada kelompok ketamin yang mengalami desaturasi oksigen (SP02<90%) atau mengalami hipersalivasi. Ketamin 8mg/kg per rektal yang dikombinasikan dengan atropin 0,02 mg/kg per rektal tidak cukup efektif untuk premedikasi anak sebelum induksi meskipun dari segi keamanan tidak berbeda dengan diazepam oral.
Background: Good premedication in pediatric anesthesia have always been a problem in providing good anesthesia services. Many choices of-drugs prevail with their advantages and shortcomings. Objective: To evaluate the effect of rectal ketamine preoperatively in facilitating parental separation and intravenous cannulation in young children. Design: A randomized, double-blinded clinical trial. Methods: 66 children 3.4 ± 1.8 ( mean ± SD) year of age were randomly assign to two equal groups. One group received rectal ketamine ( 8 mg/kg }combine with rectal atropine (0,02 mg/kg) and for control sedation group received oral diazepam 0.4 mg/kg. Result : Many children in ketamine group (57,6%) are separated easily from their parents without struggling, crying or restlessness, however not significantly more than in diazepam control group (42,4%; P<0.05). However the effectiveness of ketamine to provide adequate analgesia during intravenous cannulation is poor, which is shown by the evidence about 78,8 % of children in ketamine group cried during intravenous catheter insertion. Nevertheless it is significantly less than control group (97,0%). Complication was not significantly different between groups. None of the children in ketamine group had SPO2 < 90% or hyper salivated. Conclusion: Rectal ketamine 8 mg/kg combine with atropine 0.02 mg/kg rectally are unreliable as premedication and when intravenous catheter cannulation is desired before induction of anesthesia is desired.
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eriza Tjahjono
Abstrak :
Propofol merupakan agen anestesi intravena yang paling banyak digunakan karena menghasilkan anestesi yang baik dengan masa pulih singkat. Namun sering disertai nyeri saat injeksi sampai dengan 70-90% pasien. Di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang, nyeri sering diatasi dengan pencampuran lidokain tetapi angka kegagalannya masih mencapai 32%. Sedangkan ondansetron (diberikan sebagai anti muntah) terbukti mengurangi nyeri akibat injeksi propofol sehingga dipilih untuk diujikan pada penelitian ini karena tidak menambah biaya tetapi hanya merubah waktu pemberian. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbandingan nyeri premedikasi ondansetron dengan pencampuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Pasien ASA I dan II sejumlah 50 orang yang menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum menggunakan Propofol di Instalasi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Sampel dirandomisasi sederhana menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok Lidokain (lidokain 40 mg dicampurkan dalam 100 mg Propofol yang kemudian disuntikkan intra vena) dan kelompok Ondansetron (injeksi ondansetron 4 mg intra vena 1 menit sebelum propofol). Derajad nyeri kemudian dinilai berdasarkan Observer Pain Scale (OPS) oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ondansentron (68% pasien tidak nyeri, 20% nyeri ringan, 8% nyeri sedang, dan 4% nyeri berat) mengurangi nyeri yang sebanding dengan pencampuran lidokain (72% pasien tidak nyeri, 20% nyeri ringan, dan 8% nyeri sedang) dengan nilai p = 0,700 (p bermakna < 0,05) pada uji Mann Whitney. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa premedikasi ondansetron mengurangi nyeri yang sebanding dengan pencampuran lidokain saat induksi anestesi menggunakan propofol di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. ...... Propofol is the most popular intravenous anesthetic agent used. Propofol is a good anesthetic agent with short recovery time but often accompanied with pain in 70-90% patient. Lidocaine mixture is often used in Saiful Anwar Hospital Malang to relief pain but still with 32% failure. While ondansetron (antivomiting agent) proven to reduce pain caused by propofol injection, therefore chosen to be used because it will not increase medical cost by only changing time of injection. Purpose of this research is to compare pain score between ondansentron premedication with lidocaine mixture during anesthesia induction with propofol in Saiful Anwar Hospital Malang. All 50 patients diagnosed with ASA I and II undergo elective surgery in Sentral Operating Theater Saiful Anwar General Hospital with general anesthesia using Propofol is our sample. All sample undergo simple randomization into two groups. First is Lidocaine Group (Lidocaine 40 mg mixed in 100 mg Propofol and injected intravenously). Second is Ondansetron Group (Ondansetron 4 mg injected intravenously 1 minute before propofol). Pain score is evaluated with Observer Pain Scale (OPS) by the researcher. Our result shows that ondansentron (68% patient has no pain, 20% mild pain, 8% moderate pain, and 4% severe pain) reduce pain similar with lidocaine mixture (72% patient has no pain, 20% mild pain, and 8% moderate pain) with p value = 0,700 (p significant < 0,05) with Mann Whitney test. Conclusion of this research is that ondansetron premedication reduce pain similar with lidocaine mixture during anesthesia induction using propofol in Saiful Anwar Hospital Malang.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tauhid Asri Utomo
Abstrak :
Latar Belakang : Penggunaan spray lidokain dengan obat anestetik intravena merupakan pilihan untuk sedasi pada endoskopi saluran cerna atas. Tetapi terdapat ketidaknyamanan dari pasien mengenai penggunaan spray lidokain. Inhalasi lidokain merupakan pilihan alternatif anestetik lokal. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan dari spray lidokain dan inhalasi lidokain pada endoskopi saluran cerna atas. Metoda : 150 pasien yang menjalani endoskopi saluran cera atas dengan sedasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo sejak November 2017 hingga April 2018, dengan kesan ASA I-II, BMI 18,5-29,9, dan setuju untuk mengikuti penelitian, dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi 2 grup yang akan mendapatkan 1,5 mg/kgbb spray lidokain atau 1,5 mg.kgbb inhalasi lidokain. Untuk sedasi akan diberikan fentanyl 1 mcg.kgbb dan propofol 1,5 mg/kgbb bolus pada kedua grup . Tiap kejadian gag reflex dan penambahan dosis propofol akan dicatat. Hasil : Gag reflex terjadi sebanyak 1,3 % total pasien di grup inhalasi lidokain dan 30,7% pada grup spray lidokain (P<0,001). Rerata rescue dose propofol yang didapatkan pada grup inhalasi lidokain (0,67 ± 5,77 mg/kg) dan (11 ± 17,9 mg/kg) pada grup spray lidokain. Parameter lain seperti usia, jenis kelamin, kategori ASA, BMI didapatkan tidak signifikan. Simpulan : Inhalasi lidokain lebih efektif sebagai anestetik lokal dibandingkan spray lidokain sebagai adjuvan pada endoskopi saluran cerna atas. ......Background : Combination of spray lidocaine and intravenous anesthetic was the choice for upper gastrointestinal endoscopy (UGE). However, spraying lidocaine was found uncomfortable to the patient. Nebulized lidocaine was the alternative for local anesthetic. This study aimed to compare the effectiveness of spraying and nebulized lidocaine for patients undergoing UGE. Methods : 150 patients undergoing UGE under sedation at Cipto Mangunkusumo National Hospital from November 2017 until April 2018, with physical status ASA I-II, BMI 18,5-29,9, and agree to join the experiment, were randomized to receive either 1,5 mg/kg of spray lidocaine or 1,5 mg/kg of nebulized lidocaine. Combined sedation was achieved using fentanyl 1 mcg/kg and Propofol 1,5 mg/kg IV boluses. Every gag reflex occurred and rescue dose of propofol administered were recorded. Result : Gag reflex occurred 1,3% in nebulized lidocaine group and 30,7% occurred in spray lidocaine (P < 0,001). Mean rescue dose of propofol in nebulized lidocaine group (0,67 ± 5,77 mg/kg) and (11 ± 17,9 mg/kg) in spray group. Outcomes parameters including sex, age, ASA category, BMI were statistically unsignificant. Discussion : We think inability of spray lidocaine to resist gag reflex is because the process of spraying should be equal from each side of vocal cord, pharynx and larynx. Nebulization could split the lidocaine into small particle, so the spread of the lidocaine will be spread evenly. Conclusion : Nebulized lidocaine is more effective as local anesthetic than spray lidocaine for adjuvant in UGE.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Nurfitriane Dwikaryanti
Abstrak :
Cengkeh dapat digunakan sebagai obat sakit gigi. Zat berkhasiat pada cengkeh yang berperan untuk mengatasi sakit gigi adalah eugenol. Eugenol merupakan zat yang terkandung dalam minyak cengkeh. Secara farmakologi eugenol memiliki sifat sebagai anestesi lokal dengan mekanisme menginhibisi kanal natrium. Eugenol dapat memberikan efek anestetik pada tikus secara reversibel dimana efek yang ditimbulkan bergantung dengan dosis, yaitu antara 5 - 60 mg/kg. Kombinasi serbuk bunga cengkeh dan gliserin 2 : 3 (b/v) terbukti dapat memberikan efek anestetik lokal namun konsentrasi yang digunakan tidak diketahui pasti. Pada penelitian ini akan dibuat tiga formulasi gel mengandung serbuk bunga cengkeh 2,58 %; 7,75 %; dan 23,25 % serta satu sediaan basis gel sebagai kontrol normal. Dari keempat formulasi akan di lakukan evaluasi sediaan seperti pengamatan organoleptis (warna, aroma, homogenitas), pH, daya lekat, daya sebar, viskositas, konsistensi, dan stabilitas fisik. Selain itu, gel serbuk bunga cengkeh F1, F2, F3 dilakukan uji efek anestetik lokal dilihat dari efek analgetik dengan metode Hot Plate dan Tail Flick dibandingkan dengan kontrol normal dan kontrol positif berupa gel yang mengandung benzokain. Hasil penelitian menunjukkan sediaan gel serbuk bunga cengkeh F1, F2, F3 memenuhi kriteria gel yang diharapkan yaitu tidak mudah menyebar, memiliki daya lekat yang baik, pH yang sesuai dengan rentang pH mulut yaitu 5,6 - 7, 2; serta stabil pada suhu hangat, dingin, dan kamar. Berdasarkan uji efek anestetik lokal, gel serbuk bunga cengkeh F1, F2, F3, dan kontrol positif terbukti memberikan efek sebagai anestetik lokal (p < 0.05).
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vickers, M.D.
London: Butterworth, 1978
615.102 VIC d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Morgan, G. Edward
New York : Lange Medical Books/McGraw-Hill, 2006
617.96 MOR c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Butterworth, John F
New York: McGraw-Hill, 2013
617.96 BUT m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Robert Hotasi
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Anestetik topikal telah menjadi pilihan utama dalam prosedur fakoemulsifikasi untuk ekstraksi katarak karena efeknya yang cepat, murah, aplikasi tidak nyeri, kepuasan pasien yang baik, dan menghindari risiko anestesia umum. Anestetik topikal yang paling sering digunakan adalah tetes mata tetrakain 0,5 . Obat ini aman dan efektif dalam menghilangkan nyeri, tetapi durasi kerjanya singkat sehingga seringkali harus dilakukan penambahan saat operasi. Pemberian berulang ini dapat bersifat toksik pada epitel kornea. Saat ini telah berkembang sediaan baru berupa gel lidokain 2 yang memiliki waktu kontak lebih lama dengan epitel korena dan efektivitas yang baik dalam menghilangkan nyeri. Tujuan : untuk membandingkan efektivitas gel lidokain 2 dengan tetes mata tetrakain 0,5 dalam operasi fakoemulsifikasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal yang dilakukan pada Maret-April 2017. Terdapat 72 subjek penelitian berusia ge; 40 tahun yang menjalani prosedur fakoemulsifikasi. Semua subjek secara acak dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok gel lidokain 2 dan kelompok tetes mata tetrakain 0,5 . Anestetik topikal diaplikasikan 5 menit sebelum operasi kemudian 5 menit setelah operasi subjek memberikan penilaian skala nyeri intraoperatif dengan menggunakan numerical rating scale dan mengisi kuesioner kepuasan subjek terhadap obat anestetik topikal yang diberikan. Dokter bedah mata juga diberikan kuesioner kepuasan terhadap obat anestetik topikal. Hasil: Skala nyeri kelompok gel lidokain lebih rendah dibandingkan kelompok tetes mata tetrakain p
ABSTRACT Background Topical anesthetics have become the primary choice in phacoemulsification procedures for cataract extraction. Topical anesthesia is a rapid, low cost alternative with faster postoperative functional recovery, relatively painless application, improved patient satisfaction, quick anesthesia effect, and it avoids the many risks associated with general anesthesia The most common topical anesthetic drug used is tetracaine eye drops 0.5 . This drug is proven to be safe and effective in relieving pain, but the duration of action is short, so additional doses during surgery is often needed. Repeated administration of 0,5 tetracaine drops can cause corneal epithelial damage because it is toxicity. Newer drug, 2 lidocaine gel, has longer contact time with corneal epithelium and is effective in relieving pain. Objective to compare the effectiveness of 2 lidocaine gel with 0,5 tetracaine drops in phacoemulsification surgery. Method The study is a single blinded randomized clinical trial, conducted at RSUPN Cipto Mangunkusumo from March to July 2017 in patients underwent phacoemulsification cataract surgery. There were 72 subjects with age ge 40 years old who received randomization and divided into 2 groups 2 lidocaine gel group and 0,5 tetracaine eye drop group. Topical anesthetics were applied 5 minutes before surgery. Five minutes after surgery, subjects assessed the scale of pain perceived during surgery using a numerical rating scale and filled the subject satisfaction questionnaire on topical anesthetic drugs administered. The ophthalmologists were also given a satisfactory questionnaire for topical anesthetic drugs. Result The lidocaine gel group pain scale was lower than the tetracaine eye drop group p
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nopian Hidayat
Abstrak :
Latar Belakang. Propofol merupakan obat anestesi intravena yang paling sering digunakan dalam pembiusan umum tetapi propofol dapat menimbulkan rasa nyeri pada lokasi injeksi dengan angka kejadian 28-90%. Pemberian lidokain sebelumnya paling sering digunakan untuk mengurangi nyeri yang ditimbulkan propofol, akan tetapi tingkat kegagalannya 13-32. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan pemberian pre-emptive ketamin 0,1 mg/kg dan lidokain 1 mg/kg untuk mengurangi derajat nyeri pada saat induksi anestesi menggunakan propofol. Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis tersamar ganda, bersifat eksperimental. Pasien dengan kriteria klinis ASA I-II sejumlah 50 orang yang akan menjalani operasi elektif dengan pembiusan umum, dilakukan randomisasi sederhana menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I (lidokain 1 mg/kg) dan kelompok II (ketamin 0,1 mg/kg) yang diberikan 1 menit sebelum induksi propofol. Derajat nyeri dinilai berdasarkan Verbal Rating Scale (VRS). Hasil. Penelitian menunjukkan pemberian pre-emptive ketamin dapat menurunkan derajat nyeri yang lebih baik (84% tidak nyeri, 16% nyeri ringan) dibandingkan kelompok pre-emptive lidokain (56% tidak nyeri, 28% nyeri ringan, 12% nyeri sedang dan 4% nyeri berat) dengan nilai p = 0.021 (p bermakna < 0.05) pada uji statistik menggunakan Mann Whitney. Kesimpulan. Pemberian pre-emptive ketamin 0.1 mg/kg BB intravena lebih baik dibandingkan dengan pemberian pre-emptive lidokain 1 mg/kg BB untuk mengurangi derajat nyeri akibat penyuntikan propofol intravena. ...... Background. Propofol is a popular IV anesthetic induction drug that causes pain when given IV. The incidence of which is between 28-90%. Lidocaine pre-treatment has been commonly proposed to decrease propofol induced pain, but its failure rate is between 13-32%. The purpose of this study was to compare a pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg and pre-emptive lidocaine 1 mg/kg to minimize the injection pain of propofol during anesthesia induction. Methods. A comparative, randomized, double blind study of 50 patients (ASA I-II) scheduled surgery under general anesthesia were randomly allocated into two groups. Group I received lidocaine 1 mg/kg and group II received ketamine 0,1 mg/kg one minute before the anesthesia induction with propofol IV. Each patient’s pain score were evaluated by using Verbal Rating Scale (VRS) Result. The result of this study described that pre-emptive ketamine had significantly lower incidence of pain and lower pain score (84% no pain, 16% mild pain) compared with pre-emptive lidocaine (56% no pain, 28% mild pain, 12% moderate pain and 4% severe pain) with p value = 0.021 (significant p < 0.05) using Mann Whitney statistic test. Conclusion. Pre-emptive ketamine 0,1 mg/kg significantly in reducing degree of propofol pain injection compare with pre-emptive lidocaine 1 mg/kg IV.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>