Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 530 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ali Akbar
Abstrak :
Sudah sejak lama diketahui bahwa Jakarta dan sekitarnya banyak terdapat temuan prasejarah seperti tembikar, terakota, beliung persegi, batu serpihan, batu asahan, gelang batu, manik-manik, alat logam, cetakan logam, dan lain-lain. Temuan-temuan tersebut berasal dari penduduk yang umumnya diperoleh di sawah atau ladang mereka. Berdasarkan informasi penduduk itulah maka lokasi temuan dapat diketahui. DMS DKI Jakarta dan PUSLITARKENAS kemudian melakukan penelitian berupa survei dan ekskavasi. Namun, tidak semua lokasi temuan telah diteliti baik berupa survei maupun ekskavasi. Bahkan sebagian besar temuan hasil penelitian arkeologi tersebut, kini tidak dapat dilacak lagi keberadaannya. Atas dasar itulah, penelitian ini berusaha memilah lokasi-lokasi temuan prasejarah di wilayah ini. Lokasi-lokasi temuan dibagi ke dalam dua kategori yaitu situs permukiman dan bukan situs permukiman. Hasil pemilahan menunjukkan hanya 7 dari 39 lokasi temuan yang dapat dikategorikan sebagai situs permukiman. Kemudian, dari 7 situs permukiman tersebut hanya 4 situs yang temuannya dapat dilacak kembali keberadaannya, yaitu situs Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni. Hasil analisis menunjukkan bentuk-bentuk tembikar yang ada adalah periuk, tempayan, cawan, cawan berkaki, piring, pasu, dan kendi. Teknik pembentukannya adalah teknik tangan, sambung, tatap pelandas, dan roda pemutar. Tahap penyelesaian akhir menggunakan pengupaman, pemberian slip warna merah, dan memberikan hiasan. Hiasan dihasilkan dengan teknik gores, tatap pukul, tekan, gabungan antara teknik tekan dan gores. Hiasan yang dihasilkan adalah garis sejajar, garis tak beraturan, garis silang, tumpal, jala, anyaman, duri ikan, lingkaran memusat, kerang, gabungan garis lengkung dan titik-titik. Mengenai persebarannya terlihat bahwa Kelapa Dua memiliki variasi yang paling sedikit, baik dalam hal bentuk, teknik pembuatan, teknik penyelesaian, teknik bias, dan hiasan. Pejaten dan Kampung Kramat memiliki variasi yang terbanyak. Tembikar dari Kelapa Dua berasal dari masa Bercocok Tanam atau lebih tua dari situs lainnya. Hasil analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang mutlak antara tingkat porositas dan daya serap air baik terhadap tembikar tipis maupun yang tebaI. Hal tersebut tergantung dari penyelesaian akhir yang dilakukan. Kemudian, komposisi kimia tembikar dari keempat situs adalah sama, yaitu silikat, aluminium, kalsium, magnesium, dan besi dengan kadar yang relatif tidak berbeda. Bahan campurannya pun, yaitu lempung dan pasir berukuran relatif sama. Masyarakat tampaknya telah mempunyai standar tertentu dalam memilih bahan baku dan campurannya. Sebagian besar situs yaitu Kelapa Dua, Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong terletak pads satuan Kipas Gunung Api Bogor. Jenis-jenis mineral tanah di satuan ini dan jenis-jenis mineral tembikar dan situs-situs memperlihatkan cukup banyak persamaan. Sungai-sungai yang mengalir dikeenam situs menghasilkan endapan pasir atau lempung. Proses pengendapan ini membuat situs-situs itu mengandung sumber daya bahan untuk membuat tembikar. Tampaknya tembikar dari situs-situs tersebut menggunakan bahan baku yang diambil dari wilayahnya sendiri dan tembikar yang dihasilkan merupakan produksi lokal. Bentuk atau tipe beliung persegi di wilayah ini ada 3 tipe. Bahan beliung persegi terdiri dari batuan Cheri, Metalimestane, Dacite, Horn fels, Jasper, Siltstone, dan Silisifiedwaod. Berdasarkan peta geologi, Kelapa Dua mengandung sumber bahan haku Cheri, Silisifedwaad, dan Siltstone, Sedangkan Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni tidak mengandung batuan untuk pembuatan beliung persegi. Beliung persegi yang terbuat dari Chart, Silistfiedwood, dan Siltstone kemungkinan berasal dari Kelapa Dua. Sedangkan, yang terbuat dari batuan lainnya kemungkinan berasal dari luar wilayah ini. Beliung persegi yang terdapat di Kelapa Dua, Pejaten, dan Kampung Kramat sebagian besar menunjukkan bekas-bekas pemakaian untuk keperluan praktis yakni pengerjaan kayu seperti membuat ukiran kayo. Beliung persegi dari Buni semuanya. masih utuh dan mungkin digunakan untuk alat upacara serta digunakan sebagai hekal kubur. Artefak logam berasal dari Pejaten, Kampung Kramat, dan Buni. Sedangkan, Kelapa Dua tidak mengandung artefak logam. Hasil analisis menunjukkan terdapat artefak besi dan perunggu di Pejaten serta terak logam di Kampung Kramat dan Buni. Di Pejaten dan Kampung Kramat terdapat temuan yang mengindikaslkan aktivitas pembuatan alat logam. Namun, berdasarkan keadaan geologi, wilayah ini tidak mengandung bahan baku untuk pembuatan alat logam. Mengenai hubungan antara situs dan keadaan lingkungan alamnya terlihat bahwa iklim di wilayah ini relatif nyaman. Situs-situs umumnya terletak pada satuan morfologi yang banyak mengandung rempah-rempah gunung api dan membuat tanah menjadi subur. Sehingga, berbagai Penis flora dan fauna yang dibutuhkan manusia, dapat hidup dan berkembang dengan baik di wilayah ini. Berdasarkan temuan dan keadaan lingkungan alamnya, situs-situs di wilayah ini terdiri atas 3 tipe. Tipe 1 yaitu Kelapa Dua dari masa Bercocok Tanam dan terdapat di bagian pedalaman Aktivitas di sites ini adalah perbengkelan beliung persegi tahap awal sampai akhir. Beliung persegi tersebut kemudian didisiribusikan ke situs lain yang berada di utara Kelapa Dua. Pejaten, Kampung Kramat, Condet, Tanjung Barat, dan Serpong tergolong Tipe 2 dari masa Barcacok Tanam dan terus berlanjut sampai Perundagian. Situs-situs itu terdapat di bagian tengah wilayah penelitian ini. Aktivitas yang terjadi di sini adalah perbengkelan beliung persegi tahap pembentukan dan penyelesaian akhir serta perbengkelan logam. Situs Tipe 3 yaitu Buni dari masa Perundagian dan terdapat di dekat pantai. Aktivitas yang terjadi di sini adalah sebagai tempat pertemuan atau interaksi antara masyarakat yang tinggal di sites ini dengan masyarakat lain dari luar situs. Situs-situs permukiman prasejarah di wilayah ini menunjukkan suatu model bahwa pada awalnya permukiman ditempatkan pads suatu daerah yang mengandung bahan bake untuk membuat artefak. Kriteria itu hares dipenuhi, meskipun daerah yang mengandung bahan baku tersebut terietak di pedalaman_ Pada masa berilcutnya penempatan situs lebih mempertimbangkan faktor kemudahan berinteraksi dengan daerah luar. Sehingga, masyarakat pada masa itu lebih memilih daerah pantai, walaupun daerah ini miskin sumber bahan bake pembuatan artefak. Namun, suatu hal yang tidak berubah adalah perilaku masyarakat untuk tetap memilih daerah yang dekat aliran sungai.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T546
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Muhammad Said
Abstrak :
Latar Belakang. Peninggalan arkeologi sebagai salah satu bagian dari sumberdaya budaya, khususnya di Indonesia pada saat ini secara kuantitas semakin bertambah jumlahnya, hal tersebut disebabkan oleh semakin banyaknya penemuan situs baru, baik yang ditemukan oleh para peneliti maupun yang merupakan laporan hasil penemuan dari masyarakat yang menemukan tinggalan arkeologis yang terdapat di sekitar tempat tinggalnya. Peningkatan jumlah tersebut merupakan suatu gejala positif yang menandakan bahwa masyarakat umum telah mulai mengenal tentang peninggalan arkeologi, namun masih disayangkan bahwa pengenalan tersebut masih belum mencapai taraf yang tergolong "peduli". Sumberdaya budaya yang merupakan warisan leluhur bangsa adalah aset nasional yang dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat secara umum, baik untuk kepentingan ideologis, akademis maupun untuk kepentingan yang bersifat ekonomis (Cleere, 1989:5-1O). Sehubungan dengan hal tersebut maka sumberdaya budaya, khususnya sumberdaya budaya materi yang merupakan obyek kajian disiplin ilmu arkeologi, yang selanjutnya disebut sebagai sumberdaya arkeologi perlu mendapat penanganan (dikelola) secara tepat, sesuai dengan jenis dan kondisi keberadaannya. Hal tersebut dimaksudkan agar aset tersebut dapat tetap teriindungi dan terjaga kelestariannya. Dengan dilestarikannya sumberdaya arkeologi yang masih bertahan hingga saat ini, berarti akan membuka peluang yang lebar untuk tetap memiliki aset budaya bangsa yang mengandung nilai penting bagi sejarah, kebudayaan, dan Ilmu pengetahuan sebagai produk kebanggaan Bangsa Indonesia pada masa lalu. Berkenaan dengan pengelolaan sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, diperlukan bentuk dan jenis pengelolaan yang merujuk langsung pada kepentingan perlindungan dan pelestarian terhadap sumberdaya arkeologi. Hal tersebut sangat dibutuhkan untuk tetap mempertahankan keberadaan situs yang merupakan sumber Jaya utama bagi kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, serta kepentingan penelitian bagi disiplin ilmu arkeologi pada khususnya. Selain itu, dengan tetap lestarinya peninggalan budaya tersebut?
Depok: Universitas Indonesia, 2000
T14591
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhila Arifin Aziz
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainunis Aulia Izza
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai konsepsi religi yang melatari perbedaan bentuk kepurbakalaan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak. Kepurbakalaan utama yang dibahas pada tesis ini antara lain adalah candi-candi di kaki Gunung Wajak, yaitu Candi Gayatri, Candi Sanggrahan, Candi Mirigambar, dan Candi Ampel. Selanjutnya adalah gua-gua di lereng Gunung Wajak, yaitu Gua Tritis, Gua Selomangleng Tulungagung, dan Gua Pasir serta Candi Dadi yang ada di Puncak Gunung Wajak. Selain 8 kepurbakalaan yang telah disebutkan, guna melakukan analisis konteks dan memertajam analisis, maka pembahasan juga dilakukan pada kepurbakalaan lain di sekitar Gunung Wajak. Kepurbakalan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak seluruhnya adalah bangunan suci yang digunakan pada masa Kerajaan Majapahit abad ke-14 dan 15 dan sebagian dibangun pada kronologi yang panjang, yaitu sejak masa Kerajaan Ka?iri Abad ke-12 dan 13 sampai Kerajaan Majapahit. Untuk itu dalam tesis ini turut dibahas mengenai keadaan politik dan keagamaan pada masa Kerajaan Ka?iri dan Majapahit serta menyinggung mengenai keadaan politik dan keagamaan masa Kerajaan Singhas?ri. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori religi dari Spiro, khususnya yang berkaitan dengan praktek religi Spiro, 1977: 85-120 . Kepurbakalan di kaki, lereng, dan puncak Gunung Wajak memiliki kemiripan dengan kepurbakalaan sejenis di gunung-gunung lain. Untuk memecahkan masalah konsepsi religi, maka dalam penelitian ini turut dibahas kepurbakalaan di Gunung Arjuno dan Ringgit, Gunung Lawu,Gunung Penanggungan,Gunung Wilis, Gunung Klothok, Gunung Pegat, dan Gunung Kelud serta kepurbakalaan di gunung peninggalan masa klasik tua. Kepurbakalaan yang ada di gunung lain ini digunakan sebagai pembanding karakteristik bentuk dan peletakkan kepurbakalaan di Gunung Wajak. Pembahasan mengenai konsep religi yang melatari perbedaan bentuk bangunan di Gunung Wajak menghasilkan 3 poin. Pertama, kepurbakalaan di kaki gunung wajak berbentuk candi didasari oleh aspek kebutuhan dan fungsinya sebagai bangunan suci yang bersifat publik. Kedua, kepurbakalaan di lereng Gunung Wajak seluruhnya berbentuk gua karena sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya sebagai bangunan pendukung praktek religi yang bersifat semi publik. Ketiga, Candi Dadi di puncak Gunung Wajak memiliki bentuk sedemikian rupa didasarkan pada kebutuhan masyarakat penggunanya dan fungsinya sebagai tempat pelaksanaan puncak praktek religi yang bersifat eksklusif. Kata kunci:Candi, Gua, Gunung Wajak, Ka?iri, Majapahit.
ABSTRACT
This thesis discusses the religious conception that became a backdrop to the different shapes of archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain. The main archaeological remains looked closely in this theses include such temples located on the foot of Wajak Mountain as Gayatri, Sanggrahan, Mirigambar, and Ampel Temples, caves situated on the slope of the mountain that consist of Tritis, Selomangleng Tulungagung, and Pasir caves, and a temple on the crest of the mountain, Dadi Temple. In order to do some contextual analysis and deepen it, the thesis attempts to discuss other archaeological remains discovered around Wajak Mountain.The archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain are sacred structures that were in operation during the era of Majapahit Kingdom 14th to 15th centuries CE some of which were built before Majapahit era, dating back to Ka iri Kingdom 12th to 13th centures CE up to the brink of Majapahit rule. Therefore, this thesis incorporates the discussion on the state of political and religious affairs during the periods of Ka iri and Majapahit Kingdoms and touches upon some aspect of the politico religious affairs during the reign of Singhas ri Kingdom. The theory employed in this research is the theory of religion mdash especially the part that scrutinizes religious practices put forward by Spiro Spiro, 1977 85 120 .The archaeological remains on the foot, slope, and peak of Wajak Mountain share some similarities with those discovered on other mountains. To make sense of the said religious conception, this thesis also discusses the archaeological remains on the mountains of Arjuno and Ringgit, Lawu, Penanggungan, Wilis, Klothok, Pegat, and Kelud, as well as archaeological remains on the mountains of classical period. The archaeological remains on other mountains are juxtaposed with those on Wajak Mountain in order to understand the religious conception that influenced the shaping and positioning of the remains on Wajak Mountain.The analysis of religious conception that formed the backbone of such various shapes of sacred structures on Wajak Mountain tells three important points. First of all, the archaeological remains in the forms of temples on the foot of the mountain were once built on the basis of the people rsquo s needs and functioned as sacred structures that were meant for public use. Second, the archaeological remains in the forms of caves on the slope of the mountain were built to function as complementary structures to accommodate religious practices. These caves were set to be semi public. Third, located on the peak of the mountain, Dadi Temple took its form to accommodate the religious practices and function as the place where the highest and exclusive religious practices were held. Keywords Cave, Ka iri, Majapahit, Temple, Wajak Mountain.
2017
T48905
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadetha Patricia
Abstrak :
ABSTRAK
Candi adalah salah satu peninggalan budaya bangsa Indonesia yang amat berharga. Bukti dari keberadaan nenek moyang yang sudah maju peradabannya. Bangunan candi sebenarnya adalah bangunan keagamaan bagi pemeluk agama Hindu maupun Buddha. Sisa-sisa bangunan candi dapat ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatra.

Skripsi ini membahas salah satu unsur yang penting dalam bangunan candi yaitu, peripih. Peripih adalah benda-benda tertentu yang dapat menjadi wadah zat inti kedewaan dari Sang Dewa. Peripih ditemukan pada candi Hindu maupun candi Buddha. Dalam skripsi ini Kompleks Candi Plaosan Lor yang adalah candi agama Buddha menjadi obyek penelitian. Di bawah pondasi bilik tengah Candi Induk Utara Plaosan Lor ditemukan peripih yang terletak di keempat sudut pondasi.

Untuk mengetahui apakah peripih Candi Induk Utara Plaosan Lor berkaitan dengan pola bangunan suci agama Buddha, maka diambil sebagai pembanding candi Buddha lainnya yaitu Candi Gumpung di Jambi dan Candi Pegulingan di Bali. Skripsi ini juga memperbandingkan peripih Candi Induk Utara Plaosan Lor dengan temuan peripih di Kompleks Candi Loro Jonggrang, yang merupakan candi Hindu. Adapun unsur pembanding yang diteliti adalah keletakan peripih, wadah peripih dan peripih itu sendiri.

Pada candi-candi beragama Buddha yang diteliti ditemukan persamaan keletakan peripih dan wadah peripih. Peripih pada candi-candi tersebut menggunakan bahan yang sama yaitu, emas, perak dan perunggu. Kompleks Candi Loro Jonggrang ditemukan perbedaan keletakan peripih, namun wadah peripih menggunakan bahan yang sama.
2001
S11557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anto Sudharyanto
Abstrak :
Masjid merupakan salah satu bukti peninggalan arkeologi Islam yang menandakan suatu tempat memeluk agama Islam. Masjid Kaliwulu terletak di Desa Kaliwulu, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Masjid Kaliwulu memiliki keunikan yaitu terdapat bangunan pawestren sendiri dan memiliki tiang yang bercabang tiga pada ruang utama. Bedasarkan nilai arkeologi bangunan Masjid Kaliwulu merupakan masjid kuno sesuai dengan ciri-ciri masjid kuno yang telah disampaikan oleh Pijper. Kekunoan ini terlihat pada denah masjid, pondasi, mihrab, atap, dan tembok keliling pada Masjid Kaliwulu. Berdasarkan hasil perbandingan dengan Masjid Agung Sang Cipta Rasa dan Masjid Panjunan, Masjid Kaliwulu memiliki gaya bangunan yang hampir sama dengan Masjid Panjunan dan bisa jadi Masjid Kaliwulu dibangun pada periode yang sama dengan Masjid Panjunan.
A mosque is one of the evidence of the Islamic archaeology artifact that indicates some people in an area are Moslems. Kaliwulu Mosque is located in Kaliwulu village, Weru subdistrict, Cirebon district. This mosque has a uniquness, it is the pawestren room and three-branched pillars in the main room. Kaliwulu Mosque is an ancient mosque based on Pijper?s characteristics. The antiquites are proved in groun paln, foundation, mihrab, roof, and wall that surround the Kaliwulu mosque. Based on the comparation with The Great Mosque of Sang Cipta Rasa and Panjunan mosque, Kaliwulu mosque has similar architectural style with Panjunan mosque and it can be a verdict that Kaliwulu mosque was built in the same era with Panjunan mosque.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pranalendro Muliawan
Abstrak :
Media penyimpanan yang digunakan di bank memiliki beberapa variasi diantaranya lemari besi dan Safe deposit box. Penelitian ini mengambil koleksi lemari besi dan Safe deposit box di Museum Bank Mandiri. Koleksi Lemari besi dan Safe deposit box menjadi objek penelitian karena memiliki keunikan dalam pembuatan, penggunaan dan bahan materi media tersebut. Analisa penelitian menitikberatkan pada bentuk, ruang, dan waktu. Penelitian dilakukan dengan observasi, analisis, dan interpretasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis media penyimpanan pada masa kolonial dan untuk mengetahui fungsi dari media penyimpanan tersebut. ......Storages which used in bank has several variations including the vault and safe deposit box. This study takes the collection of vault and safe deposit box at the Bank Mandiri Museum. The vault and the safe deposit box was the research object because it has uniqueness in making, using and the resource materials. The main research analysis focuses on form, space, and time. The research was done by observation, analysis, and interpretation. This study intended to find the types of storage media in the colonial period and to find the function of the media.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53419
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gatri Chandraswari
Abstrak :
Penelitian ini mengkaji penyampaian informasi koleksi museum melalui tata pamer yang dapat diterapkan bagi pengunjung berkebutuhan khusus (disabled people). Ada berjuta cara yang dapat dilakukan untuk menginformasikan koleksi arkeologi di museum. Tanpa adanya informasi yang jelas, koleksi tidak akan diketahui maknanya. Pengunjung berkebutuhan khusus menjadi bagian dari penelitian ini. Penelitian dilakukan di Museum Nasional, Jakarta, agar museum ini dapat mengembangkan kembali peran serta di dalam masyarakat, membangun pendidikan nasional Indonesia, serta menyebarkan informasi tentang arkeologi serta kegunaan mempelajari ilmu ini. ......This research investigated the conveying of information of the museum's collection through the art of display that is applicable to visitors with a special needs which in case are disabled people. There are millions of ways that can be done to communicate archaeology artifact's information, without clear information then there is no sense. Visitors with special needs becomes part of this research. Research is done on the Museum Nasional, Jakarta, so that museum can redevelop the participation of the people and to raise national education of Indonesia as well as distributing information about archaeology and the use of studying this subject.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aninda Renata Tiurma
Abstrak :
Preservasi merupakan salah satu bentuk pelestarian benda-benda bersejarah yang mempunyai nilai kebudayaan yang sebagian menjadi koleksi Museum. Koleksi Museum ini sebagai benda untuk mengkomunikasikan informasi yang terkandung dalam benda tersebut. Keaslian benda tidak dapat tergantikan dengan foto ataupun dokumentasi film. Oleh karena itu, preservasi yang merupakan salah satu cara untuk merawat benda tersebut untuk mengurangi pelapukan yang memang sudah dialami oleh benda tersebut. Koleksi yang berada di Museum tidak hanya berada di ruang koleksi, tetapi juga berada di ruanga penyimpanan. Ruang penyimpanan tersebut merupakan salah satu lingkungan koleksi yang harus dijaga pelestariannya melalui standart preservasi yang juga menjadi kewajiban Museum. ......Preservation is a form of preservation of historical objects that have cultural values that most them is a collection of the Museum. The museum collection as an object to communicate the information contained in the object. Authenticity of the object can not be replaced with a photo or documentary. Therefore, the preservation of which is one way to treat these objects to reduce weathering that had been experienced by the object. Museum collections are not only located in the collection, but also in the storage room views. The storage space is one of a collection of environmental preservation must be maintained through preservation standards also become a liability Museum.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Revianur
Abstrak :
Skripsi ini membahas permasalahan mengenai sumber pendapatan kerajaan Bali Kuna pada masa pemerintahan Raja Jayapangus. Sumber pendapatan tersebut didapatkan dari sumber data berupa prasasti. Pada prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Jayapangus dijumpai bermacam-macam sumber pendapatan kerajaan yang disebut dengan dṛwya haji. Bermacam-macam dṛwya haji tersebut dibayarkan pada bulan-bulan tertentu dengan disertai besaran nilai pembayaran dṛwya haji. ......This thesis addressed issues regarding Ancient Balinese royal revenue sources during the reign of King Jayapangus. Source of revenue is obtained from data sources such as inscriptions. In the inscriptions issued by King Jayapangus, it‘s found various sources of kingdom income called dṛwya haji. The assortment of the dṛwya haji paid certain months, accompanied by payment of the value of dṛwya haji. From the King Jayapangus inscriptions, we know that there are various sources of kingdom income.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
S53447
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>