Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sukamto
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jaka Pradipta
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang: Asma dan rinitis alergi merupakan penyakityang disebabkan oleh inflamasi saluran napas.United airway adalah hipotesis terdapatnya kesatuan morfologi dan fungsi sistem saluran napas atas dan bawah yang memiliki kesamaan dalam histologi, fisiologi dan patologi. Penilaian respons inflamasi pada saluran pernapasan diharapkan mampumemperbaiki derajat berat penyakit asma maupun rinitis alergi sehingga derajat penyakit terkontrol baik. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang pada 31 pasien asma yang berobat ke RSUP Persahabatan. Subjek penelitian dinilai derajat berat penyakitnya berdasarkan derajat asma stabil, derajat kontrol asma dan derajat rinitis. Penilaian inflamasi saluran napas atas menggunakan eosinofil mukosa hidung dan inflamasi saluran napas bawah menggunakan FeNO Subjek dibagi menjadi kelompok asma dengan rinitis alergi dan asma tanpa rintis alergi menggunakan pemeriksaan alergi uji cukit kulit. Hasil: Terdapat hubungan dengan korelasi yang bermakna antara peningkatan kadar FeNO dengan asma yang tidak terkontrol (r=0,39, p = 0,02).Terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah eosinofil mukosa hidung (p = 0,02) dan FeNO (p = 0,01)pada subjek asma dengan rinitis alergidan asma tanpa rinitis alergi. Terdapat hubungan dengan korelasi yang bermakna antara kadar FeNO dengan jumlah eosinofil mukosa hidung. (r = 0,378, p= 0,04).
ABSTRACT
Background:Asthma and allergic rhinitis are diseases caused by airway inflammation. The united airways hypothesis suggests a similarity of morphology and function betweenthe upper and lower airway systems. Thus, the assessment of inflammatory activities in the united airway systems should reflect the severity and the degree of disease control in asthma and allergic rhinitis. Methods:This cross-sectional study included 31 asthma patients treated in National Respiratory Referral Center Persahabatan Hospital Jakarta, Indonesia, as subjects. Subjects were grouped into asthma with allergic rhinitis and asthma without allergic rhinitis based on the skin test examination. The degrees of stable asthma, asthma control, and rhinitis of the subjects were recorded. The nasal eosinophil counts and fractional concentration of exhaled nitric oxide (FeNO) level examinations were performed to assess the lower and upper airway inflammation, respectively. Results:There was a moderate correlation between FeNO levels and degree of asthma control (r=0.39, p=0.02).Subject grouping resulted in different nasal eosinophil counts and FeNO levels (p=0.02 and p=0.01, respectively). There was a moderate correlation between nasal eosinophil counts and FeNO levels (r=0.378, p= 0.04).
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Rogayah
Abstrak :
Telah dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh penyuluhan dan Senam Asma edonesia terhadap pengetahuan, sikap, perilaku dan gejala klinik penderit asma. Jumlah subiek penelitian ini sebanyak 40 orang yang terdiri dari 20 orang kelompok kasus dan 20 orang kelompok kontrol. Penderita berusia 15-55 tahun dengan umur rata-rata pada kelompok kasus 46 ±11,71 tahun dan kelompok kontrol 37 ±8,99 tahun. Pada kelompok kasus penderita mengikuti penyuluhan dan melakukan Senam Asma Indonenesia 77,3% selama 6 bulan, sedangkan kelompok kontrol adalah penderita yang tidak mengikuti penyuluhan dan Senam Asma Indonesia. Dari penelitian didapatkan pada kelompok kasus peningkatan pengetahuan 12,5%, sikap 53,9% dan perilaku 53,5% sedangkan pada kelompok kontrol peningkatan pengetahuan 5,6%, sikap 9,1% dan tidak ada perubahan terhadap perilaku. Pada kelompok kasus terdapat penurunan skor gejala klinik yaitu jumlah batuk 71,33%, gangguan tidur 75,4%, gangguan aktivitas 80,5%, napas berbunyi 84,6%. Pada kelompok kontrol terdapat penurunan skor gejala klinik yaitu jumlah batuk 43,6% gangguan tidur 40,9%, gangguan aktivitas 35,8% dan napas berbunyi 40,6%. Peningkatan faal paru KVP,VEP dan APE pada kelompok kasus yaitu KVP dari 1733 ± 231,06 ml menjadi 1842 ± 300,03 ml, VEP dari 1349,5 ± 169,94 ml menjadi 1469,2 ± 190,19 ml dan APE dari 325,9 ± 45,89 Vmnt menjadi 352,6 ± 64,73 l/mnt. Peningkatan faal paru KVP, VEP, dan APE pada kelompok kontrol yaitu KVP dari 1762 ± 307,59 ml menjadi 1840 ± 332,79 ml, VEP, dari 1389,5 ± 214,36 ml menjadi 1482 ± 252,59 ml dan APE dari 323,65 ± 53.51 V/mnt menjadi 348,5 ± 58,23 l/mnt.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1999
T57312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djabir Abudan
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58816
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Herviana
Abstrak :
Latar belakang: Pasien asma dapat mengalami sensitisasi terhadap Aspergillus sp. yang dapat menyebabkan aspergilosis bronkopulmoner alergika (ABPA). Kondisi ABPA, penggunaan steroid, dan kerusakan fungsi paru dapat meningkatkan risiko aspergilosis paru kronik (APK). Pemeriksaan baku emas mikologi APK adalah kultur jamur, yang memerlukan sumber daya terlatih dan waktu lama. Pemeriksaan imunokromatografi (ICT) Aspergillus dengan mekanisme lateral flow assay yang mudah dilakukan dan memerlukan sampel sedikit dapat menjadi alternatif baru deteksi Aspergillus sp. pada pasien asma persisten. Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada Juni-November 2021, menyertakan 50 pasien asma persisten di RS Persahabatan yang direkrut pada penelitian sebelumnya. Bahan klinis terdiri atas 50 serum pasien untuk pemeriksaan ICT Aspergillus dan 15 sampel sputum untuk kultur jamur. Pemeriksaan dilakukan di laboratorium Departemen Parasitologi FKUI. Hasil: Demografi 50 subjek didominasi perempuan (78%) dan rerata usia subjek 55,8 tahun (SD±13,14). Hasil positif ICT Aspergillus ditemukan pada 16% (8 subjek). Pertumbuhan 17 isolat Aspergillus didapatkan pada sputum yang berasal dari 11 pasien, terdiri atas: Aspergillus niger (8 isolat), Aspergillus sp. (5 isolat), Aspergillus flavus (3 isolat), dan Aspergillus terreus (1 isolat). Tiga pasien memiliki hasil positif pada kultur dan ICT Aspergillus. Delapan dari pasien dengan hasil kultur positif memiliki hasil ICT negatif, meski 4 di antaranya memiliki 2 isolat Aspergillus. Kesimpulan: Pemeriksaan ICT Aspergillus menunjukkan hasil positif 16% pada 50 pasien asma yang diteliti. Kultur jamur pada sputum 11 dari 15 pasien menunjukkan pertumbuhan Aspergillus sebanyak 17 isolat, dengan spesies terbanyak A. niger. Tidak terdapat kaitan bermakna antara pemeriksaan ICT Aspergillus dengan hasil kultur jamur Aspergillus pada pasien asma persisten. ......Introduction: Asthma patients can be sensitized to fungi, including Aspergillus sp. which can cause allergic bronchopulmonary aspergillosis (ABPA). The certain conditions such as ABPA, steroid consumption, and lung function disturbance can increase the risk of chronic pulmonary aspergillosis (CPA). The gold standard for mycology examination for CPA diagnosis is fungal culture, which is time-consumed and need special resources. Immunochromatography test (ICT) Aspergillus could be a new alternative for CPA diagnosis, including for asthma patients. Method: There were 50 persistent asthma patients from Persahabatan General Hospital who were recruited in previous study. Fifty sera were tested for ICT Aspergillus and 15 sputum samples for fungal culture. Result: Demography of 50 subjects was dominated by women (78%) and mean age was 55.8 years (SD±13.14). Positive ICT test result was 16%, and 17 Aspergillus isolated from sputum of 11 out of 15 patients, consisted of Aspergillus niger (8 isolates), diikuti Aspergillus sp. (5 isolates), Aspergillus flavus (3 isolates), and Aspergillus terreus (1 isolate). There were 3 patients with positive results in both ICT and Aspergillus culture. Eight patients with Aspergillus confirmation had negative ICT results, despite 4 out of 8 had 2 Aspergillus isolates. Conclusion: Aspergillus ICT in this study showed a positivity rate of 16%. There were 17 Aspergillus isolates from the sputum of 11 out of 15 patients, with A. niger as the most common species. There was no significant relationship between Aspergillus ICT examination and fungal culture results in persistent asthmatic patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suri Nurharjanti Harun
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library