Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zainuddin Sri Kuntjoro
"ABSTRAK
Pasien skizofrenia merupakan salah satu jenis pasien psikosis yang berat, dengan sumber gangguan dasarnya adalah kepribadiannya, karena itu mereka memiliki proses pikir, alam perasaan serta kemampuan psikomotorik terganggu. Secara praktis dalam pelayanan klinik pasien skizofrenia di tandai adanya 6 "a" yaitu terjadinya gangguan dalam assosiasi, afek, aktivitas, atensi, serta timbulnya ambivalensi dan autisma. Karena itu dalam diagnosis, terapi, prognosis serta upaya penanggulangannya banyak menimbulkan masalah, bahkan sering dianggap pasien skizofrenia itu tak dapat diobati atau menimbulkan keputus-asaan dari para petugas rumah sakit.
Keadaan tersebut mendorong penulis untuk meneliti dengan mengadakan eksperimen dalam terapi tingkahlaku yang diterapkan adalah pemberian hadiah (reward berupa token economy) melalui pendekatan instruksi terhadap Kelompok Eksperimen 1 (KE 1) dan melalui pendekatan persuasi terhadap Kelompok 2 (KE 2). Di samping itu juga menggunakan Kelompok Kontrol (KK); pada Kelompok Kontrol ini tidak diberikan terapi akan tetapi memperoleh perawatan biasa (perawatan sekarang).
Dalam eksperimen tersebut yang menjadi tingkahlaku sasaran (target behaviour) adalah tingkahlaku keterampilan sosial dan tingkahlaku penyesuaian diri. Keterampilan sosial adalah kemampuan seseorang untuk bersikap dan bertingkahlaku yang dapat diterima lingkungan sosialnya. Penyesuaian diri adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang untuk menyelaraskan antara tuntutan pribadinya dalam memenuhi kebutuhan dengan tuntutan masyarakatnya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang berbeda dalam peningkatan keterampilan sosial dan penyesuaian diri pasien skizofrenia yang memperoleh terapi tingkahlaku bila dibandingkan dengan pasien skizofrenia yang mendapat perawatan biasa. Di samping itu juga untuk mengetahui apakah terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi berbeda dengan pendekatan persuasi, dalam meningkatkan keterampilan sosial dan penyesuaian diri pasien skizofrenia. Salah satu bentuk terapi yang lebih efektif akan dipilih sebagai model terapi tingkahlaku yang dapat diterapkan di
Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen; eksperimen dilaksanakan selama tiga bulan terhadap dua kelompok eksperimen yaitu KE 1 dan KE 2 dan dibandingkan dengan satu kelompok kontrol atau KK. Sebelum eksperimen dijalankan, terhadap tiga kelompok dilakukan prates untuk menilai tingkahlaku keterampilan sosial dan penyesuaian diri, terhadap semua pasien dalam masing-masing kelompok. Setelah eksperimen dilakukan selama 3 bulan diakhiri dengan postes. Selanjutnya dari masing-masing pasien dari semua kelompok dihitung kenaikan nilai pre dan postes dan dari nilai peningkatan inilah yang dipergunakan sebagai dasar perhitungan untuk diperbandingkan.
Treatment yang dilakukan adalah memberikan hadiah (reward yang berupa token economy) melalui pendekatan instruksi (perintah dan larangan) terhadap kelompok eksperimen I (KE 1); sedangkan pada kelompok eksperimen 2 (KE 2) dilakukan dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi (propaganda) agar pasien timbul keinginan untuk berbuat. Contoh-contoh instruksi dan persuasi terlampir pada tesis ini. Pada Kelompok Kontrol (KK) tidak dilakukan treatment akan tetapi mereka memperoleh perawatan seperti biasanya dan keterampilan sosial serta penyesuaian diri dinilai baik pada pretes maupun pastes.
Instrumen yang dipergunakan untuk mengukur tingkahlaku sasaran yaitu keterampilan sosial dan penyesuaian diri adalah rating scale yang disusun oleh peneliti. Sebelum alat tersebut dipergunakan terlebih dahulu dilakukan uji coba (try out) untuk menguji validitas dan reliabilitas alat tersehut. Di samping itu para rater yang melakukan penilaian sebelumnya jugs dilakukan uji coba untuk mengukur kesamaan ketajaman penilaian di antara mereka.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah:
1. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dan pendekatan persuasi lebih efektif dibandingkan dengan cara perawatan biasa, dalam meningkatkan keterampilan sosial pasien skizofrenia.
2. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dalam meningkatkan keterampilan sosial pasien skizofrenia.
3. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dan pendekatan persuasi lebih efektif dibandingkan dengan cara perawatan biasa, dalam meningkatkan penyesuaian diri pasien skizofrenia.
4. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi lebih efektif dibandingkan dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dalam meningkatkan penyesuaian diri pasien skizofrenia.
Kesimpulan
1. Terapi tingkahlaku lebih efektif dibandingkan dengan perawatan biasa dalam meningkatkan keterampilan sosial pasien skizofrenia.
2. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dalam meningkatkan keterampilan sosial pasien skizofrenia.
3. Terapi tingkahlaku lebih efektif dibandingkan dengan perawatan biasa dalam meningkatkan penyesuaian diri pasien skizofrenia.
4. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi lebih efektif bila dibandingkan dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dalam meningkatkan penyesuaian diri pasien skizofrenia.
5. Terapi tingkahlaku sesuai untuk dipilih sebagai salah satu alternatif terapi dalam memperbaiki tingkahlaku pasien skizofrenia.
6. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi lebih sesuai untuk diterapkan sebagai salah satu alternatif terapi untuk meningkatkan tingkahlaku keterampilan sosial dan penyesuaian diri pasien skizofrenia.
7. Instrumen untuk menilai keterampilan sosial dan penyesuaian diri dapat dipergunakan sebagai salah satu tolok ukur untuk menilai kemajuan pasien skizofrenia dalam proses perawatan di rumah sakit jiwa.
Saran-saran
1. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan instruksi dapat meningkatkan keterampilan sosial dan penyesuaian diri pasien skizofrenia, sehingga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif terapi dalam penanggulangan pasien skizofrenia ataupun pasien psikosis ]ainnya.
2. Terapi tingkahlaku dengan pemberian hadiah melalui pendekatan persuasi dapat meningkatkan keterampilan sosial dan penyesuaian diri pasien skizofrenia, sehingga dapat dikembangkan sebagai salah satu alternatif terapi dalam penanggulangan pasien skizofrenia ataupun pasien psikosis lainnya.
3. Terapi tingkahlaku ternyata mempunyai etek terapi yang lebih baik dibandingkan dengan perawatan biasa, sebaiknya terapi tingkahlaku diterapkan dan dikembangkan di rumah sakit jiwa.
4. Instrumen penilaian keterampilan sosial dan penyesuaian diri, dapat dipergunakan bagi perawat/petugas rumah sakit jiwa untuk mengukur kemajuan tingkahlaku sebagai hasil terapi, yang dapat. dipergunakan sebagai titik tolak untuk memulangkan pasien.
5. Mengingat bahwa penelitian ini sangat terbatas sehingga banyak kekurangannya, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang yang serupa dengan mengambil sampel yang lebih banyak dan bervariasi.
"
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sharpe, Tom
California: Sage, 2003
;300.72 SHA b (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Jessica Kingsley, 1991
155.405 ADV
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ramsay, Michael C.
New York: John Wiley & Sons, 2002
150.287 RAM e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Francisca
"ABSTRAK
Attention Deficit/Hyperactivity Disorder (ADHD) didefinisikan sebagai suatu gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian dan/atau hiperaktivitas-impulsivitas yang berlangsung terus menerus pada taraf yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Anak-anak ADHD mempunyai resiko yang tinggi untuk mengalami masalah akademis maupun sosial. Lingkungan sering memarahi, menghukum, menolak atau memberikan label negatif, kepada mereka. Kegagalan yang dialami, terutama dalam bidang akademis, dan reaksi negatif ini dapat memperburuk keadaan dan menimbulkan masalah karena anak-anak ADHD sangat sensitif baik secara emosional maupun neurologis. Oleh karena itu, penelitian ini berlujuan untuk melihat permasalahan emosi, perilaku dan keadaan atau reaksi lingkungan terhadap anak-anak ini, melalui tes Human Figure Drawing’s (HFDS), Child Behavior Checklist (CBCL) dan alloanamnesa.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana fokus perhatiannya untuk mendapatkan informasi yang mendalam mengenai masalah yang diteliti_ Data yang digunakan berasal dari kasus-kasus yang ada di Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi UI. Kriteria subyek penelitian adalah didiagnosa ADHD, IQ berada pada rata-rata dan berusia 6 tahun 0 bulan sampai dengan 9 tahun 0 bulan. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan emosi yang paling menonjol
adalah kesulitan dalam mengontrol impuls-impuls dan dalam membina hubungan
dengan orang lain. Sedangkan permasalahan tingkah laku yang paling menonjol adalah masalah konsentrasi. Pola asuh yang menonjol dalam keluarga adalah adanya pemberian hukuman fisik, seperti memukul, mencubit, dalam menerapkan disiplin. Guru juga memberikan hukuman yang berupa penambahan tugas atau jam belajar di sekolah. Dalam pergaulan, mereka biasa dijauhi oleh teman-temannya.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T38374
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Biasanya label anak AD/HD diberikan pada anak yang mempunyai
kesulitan memusatkan perhatian di sekolah ataupun di rumah. Anak-anak ini juga
tampak jauh lebih aktif dan/atau impulsif dibandingkan dengan anak lain pada
usia yang sama (American Academy of Family Physicians Pennission, 2003).
Dalarn menangani masalah ADH-ID dibutuhkan perhatian yang khusus. Anak
AD/HD seringkali menjadi lebih baik ketika mereka bertambah usia dan belajar
menyesuaikan diri dengan masalah mereka. Hiperaktivitas biasanya akan berhenti
pada akhir masa remaja. Tetapi sekitar separuh anak AD/HD tetap mudah teralih
perhatiannya, memiliki mood yang berubah-ubah, mudah ma-rah dan tidak mampu
rnenyelesaikan pekerjaan atau tugas. Anak dengan orangtua yang penuh cinta dan
suportif, serta mau bekezja sama dengan staf sekolah dan dokter mempunyai
kesempatan yang terbaik untuk menjadi orang dewasa dengan penyesuaian diri
yang baik (well-aqjmsred) (American Academy of Family Physicians Permission,
2003). Pentingnya peran orangtua dalam mengasuh anak AD/HD sangat
ditekankan. Barkley (dalarn Papalia, 2001) menyarankan orangtua dan guru untuk
membantu anak AD/HD dengan memberikan mereka lingkungan yang terstruktur,
seperti memecah suatu tugas ke dalarn tugas-tugas yang lebih sederhana; sering
memberikan dorongan tentang aturan dan waktu; seringkali memberikan reward
terhadap keberhasilan-keberhasilan kecil. Karena motivasi intrinsik dan respon
anak AD/HD terhadap reinforcemenr juga terganggu, maka dibutuhkan sistem
reinforcemenr yang lebih efektif dibandingkan perlakuan terhadap anak yang
normal (ERIC, 2000). Dari bebcrapa kasus ditemukan bahwa seringkali orangtua
justru memberikan lingkungan dengan aturan yang terlalu longgar, sehingga
penlaku anak menjadi semakin tidak terkendali. Atau sebaliknya, orangtua justru
memberlakukan aturan yang terlalu ketat sehingga anak menjadi tertekan akibat
tuntutan yang melebihi batas kemampuannya, Dari penelitian ini hendak teknik
pengasuhan yang efektif bagi anak ADH-ID. Hal ini diperoleh dengan menganalisa
hasil anamnesa, observasi, dan tes HTP. Metode penelitian ini dilakukan secara
kualitatif. Data penelitian yang diambil merupakan data sekunder yang ditemukan
pada Klinik Bimbingan Anak Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Analisa
data dilakukan berdasarkan hasil anamnesa, observasi, dan tes HTP dari kasus
anak yang telah didiagnosa mengalarni AD/HD. Hasil yang ditemukan ialah total
karakteristik pengasuhan yang cfektif bagi anak ADIHD terbanyak yang berhasil
dipenuhi ialah 7 karakteristik (kasus 2), sementara kasus l mernenuhi 3
karakteristik, dan kasus 3 memenuhi 4 karakteristik. Nalmun dari ketiga kasus
yang diteliti, tida.k ada satupun yang dapat menerapkan telmik pengasuhan yang
efektif bagi anak AD/HD. Satan-saran untuk penelitian selanjutnya: digunakan
sampel yang lebih banyak agar dapat ditarik pola-pola umum yang lebih jelas dari
setiap teknik pengasuhan yang diterapkan orangtua; digunakan sampel yang
memiliki kesamaan tipe AD/HD agar dapat terlihat lebih jelas pola umum dari
teknik pengasuhan yang digunakan orangtua dalam menangani anak ADIHD;
ditentukan derajat kepentingan karakteristik pola asuh dalam menangani anak
AD/HD agar dapat melihat efektivitas penerapan pengasuhan secara menyeluruh;
untuk orangtua yang memiliki anak dengan gejala AD/HD agar melakukan teknik
pengasuhan yang efektif dengan memenuhi karakteristik sebagai berikut:
membangun hubungan yang positif antara orangtua dengan anak, mernberi
peraturan yang sederhana dan jelas mengenai perilaku apa yang diharapkan dari
anak, rnemecah tugas kompleks ke dalarn tugas-tugas yang lebih sederhana,
membuat jadwal kegiatan (rutinitas) sehari-hari, memberitahu anak konsekuensi
apa yang akan diterimanya bila mereka berhasil menaati peraturan atau
melakukan tugasnya, memberitahu anak konsekuensi apa yang akan digunakan
bila ia melanggar peraturan atau melalaikan tugasnya, mengawasii mengontrol
perilaku anak, memberikan konsekuensi dengan segera, frekuensi pemberian
konsekuensi lebih sering, pertahankan konsislensi pada aturan/ disiplin; cara
berespon di tempat dan seting yang berbeda; dan perilaku antar orangtua,
menghindari/ membuat perencanaan terhadap situasi bermasalah, fokus pada hal-
hal yang positif pada anak, seperti prestasi atau hal yang berhasil dilakukan anak,
hindari perhatian yang berlebihan pada kelemahan dan keterbatasan anak,
Mendorong anak untuk meningkatkan potensi/ keterampilan mereka."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T37844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Micolla Waskita
"Pelaksanaan Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas membuat terjadinya klaster penularan Covid-19. Terdapat ribuan sekolah yang mengkonfirmasi adanya klaster penyebaran Covid-19 di semua jenjang pendidikan. Hal ini mendorong kesiapan orang tua dalam mencari informasi untuk mendapatkan jawaban terkait Covid-19 untuk mereka dan anak mereka yang sedang melangsungkan PTM Terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat konsep Theory of Planned Behavior (TPB) dalam memprediksi Health Information-Seeking Behavior (HISB) pada Orang Tua Siswa selama Pertemuan Tatap Muka (PTM) Terbatas saat Pandemi Covid- 19 di Jabodetabek. Terdapat 127 partisipan yang terlibat dengan rentang usia 24 - 55 tahun. Analisis regresi berganda dilakukan dengan menghasilkan temuan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari TPB terhadap intensi HISB, p < 0,01, R2 = 0,613, dimana Dengan demikian semakin kuat keyakinan dan tekanan sosial yang dirasakan, maka semakin kuat pula intensi HISB pada individu. Kemudian semakin kuat persepsi individu akan kemampuan mencari informasi kesehatan, maka semakin kuat pula HISB akan muncul secara aktual.
......Hybrid Learning led to clusters of Covid-19 transmissions. There are thousands of schools that have confirmed the existence of clusters of the spread of Covid-19 at all levels of education. This encourages the readiness of parents to seek information to get answers related to Covid-19 for themselves and their children who are holding Hybrid Learning. This study aims to look at the Theory of Planned Behavior (TPB) concept in predicting health information-seeking behavior (HISB) in parents of students during Hybrid Learning during the Covid-19 Pandemic in Jabodetabek. There were 127 participants involved, with an age range of 24–55 years. Multiple regression analysis was carried out by producing findings that there was a significant effect of TPB on HISB intentions, F (3, 126) = 64.865, p 0.01, R2 = 0.613, where attitude toward the behavior and subjective norms had a significant effect on behavioral intention, and attitude toward the behavior was the most significant predictor. Then the perceived behavioral control that is felt directly has a significant effect on the actual HISB. Thus, the stronger the belief and the perceived social pressure, the stronger the HISB intention on the individual. Then, the stronger the individual's perception of the ability to seek health information, the stronger the HISB will actually appear."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Robinson, Dana Gaines
"Finding out if your learning event has had real effect on the job is key for training intervention. This Infoline stresses the importance of laying the groundwork for measuring behavior and affective changes in resulting from training programs. It concentrates on Kirkpatrick's third level of evaluation, behavior, and discusses specific techniques to track and measure changes in behavior."
Alexandria, VA: American Society for Training & Development Press, 2000
e20435494
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Andhini
"Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan sektor yang hard to control dari segi kepatuhan pajak. Kepatuhan Wajib Pajak dapat dilihat sebagai perilaku. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan perilaku kepatuhan Wajib Pajak orang pribadi UMKM ditinjau dari Theory of Planned Behavior. Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan survei sebagai teknik pengumpulan data. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa sikap memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berperilaku patuh, norma subjektif tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan terhadap intensi berperilaku patuh, persepsi kendali perilaku memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berperilaku patuh, intensi berperilaku patuh memiliki pengaruh dan signifikan terhadap perilaku kepatuhan pajak orang pribadi UMKM.
......
Micro, Small, and Medium Enterprises is a sector that hard to control in terms of tax compliance. Tax compliance can be seen as behavior. This study aims to analyze tax compliance behavior viewed from Theory of Planned Behavior. This descriptive research was conducted by using quantitative approach with survey method. The result of this research show that attitudes has positive correlation and significant toward intention to comply, subjective norms has negative correlation and not significant toward intention to comply, perceived behavioral control has positive correlation and significant toward intention to comply, and intention to comply has positive correlation toward individual SME?s tax compliance behavior."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S64269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>