Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lukman Halim
"Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara masukan Ca, kadar ion Ca serum dengan tekanan darah primigravida dengan usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu dalam rangka poncegahan terjadinya Preeklampsia.
Tempat : Poliklinik Bagian Kebidanan dan Penyakit Kandungan FKUI Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.
Bahan dan Cara: Penelitian dilakukan pada wanita primigravida dengan usia kehamilan 24 minggu yang memenuhi kriteria. Mula-mula dikumpulkan data-data mengenai sosiodemografi dan pamoriksaan masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah, kemudian pada usia kehamilan 28 minggu diperiksa tekanan darah, usia kehamilan 32 minggu masukan Kalori, Protein, Ca dan tekanan darah, akhirnya pada usia kehamilan 36 minggu diperiksa masukan Kalori, Protein, Ca, kadar ion Ca serum dan tekanan darah. Data karakteristik disajikan secara deskriptif, sedangkan analisis dilakukan dengan uji statistik t dan x2.
Hasil: Dari 86 subyek penelitian yang diteliti, rata-rata masukan Ca nya pada usia kehamilan 24, 32 dan 36 minggu lebih rendah dari AKO, masing-masing 63%,76% dan 63%, rata-rata kadar ion Ca serumnya pada usia kehamilan 24 dan 36 minggu, dalam batas normal, masing-masing 1,06 dan 1,05 mmol/l, 7 orang (8,1%) menderita Preeklampsia. Tidak ditemukan hubungan bermakna antara Preeklampsia dengan variabel yang diteliti yaitu umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, status gizi, masukan Ca dan kadar ion Ca serum.
Kesimpulan: Masukan Ca dan kadar ion Ca serum tidak ada hubungan bermakna dengan terjadinya Preeklampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saptawati Bardosono
"ABSTRAK
Background of the study, materials and methods: Pregnancy-induced hypertension is still an important cause of maternal and fetal morbidity and mortality. Blood pressure changes during pregnancy especially in the second- and third trimester is very important to be monitored properly during prenatal care through routine blood pressure measurement as an early detection for prevention of pregnancy-induced hypertension. Though its etiology is still unknown, based on various epidemiological studies some nutritional- and non- nutritional factors were believed to be its predisposing factors, which also should be considered during prenatal care. A study had been carried out on 45 pregnant women in all 14 RW of Kelurahan Utan Kayu Selatan, Jakarta, Indonesia. They were followed fortnightly for a 6 weeks observational period to see the relationships between magnesium concentration in serum and in erythrocyte, and blood pressures changes in their second- and/or third trimester, and to see also factors that might influence this blood pressure changes. Anthropometrics, clinical, biochemical, and dietary assessments were done to gather data needed for this observational study. The data was analyzed using statistical tests at alpha equal to 0.05 as the significance level.
Results and conclusion: Hypertension based on the operational definition of this study was found in 4.4% of the subjects. Blood pressure changes in pregnancy in this study only significantly related to primigravida. The intakes of calorie, protein, saturated fatty acid, sodium and magnesium were found to be significantly different (p < 0.001) compared to its RDA, yet no significant was found with blood pressure changes/hypertension. Magnesium concentration in serum was mostly within the normal range (1.9 - 2.5 mg/dl) in 73.33% of the subjects, while magnesium concentration in erythrocyte was mostly lower than the normal range (5.7 - 7.5 mg/dl) in 73.33 % of the subjects. The concentration of magnesium in erythrocyte was significantly lower (p < 0.001) than the normal level after the 20th week of gestation. The data did not show any significant correlation on the relationship between the concentration of magnesium both in serum and in erythrocyte with blood pressure changes / hypertension."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Jusuf Susanto
"Pada setiap kerja otot akan terjadi kenaikan tekanan darah, baik itu kerja isotonik ataupun kerja isometrik. Kenaikan tekanan darah sewaktu kerja isometrik lebih tinggi daripada sewaktu kerja isotonik. Yang dimaksud dengan kerja isotonik atau kerja dinamis adalah kerja dimana terjadi pemendekan otot yang sedang berkontraksi. Sedangkan pada kerja isometrik atau statis tidak terjadi pemendekan otot.
Gerak otot-otot tubuh kita dalam kehidupan sehari-hari tidak ada yang bersifat murni isotonik atau isometrik. Pergerakan tubuh biasanya merupakan gabungan dari keduanya. Tergantung kerja yang dilakukan maka dapat lebih bersifat isotonik atau isometrik. Olahraga lari dan renang mempunyai lebih banyak komponen isotonik, sedangkan angkat besi dan push-up lebih banyak komponen isometrik.
Penyelidikan mengenai respons kardiovaskuler sewaktu kerja dinamis telah banyak dilakukan, tetapi penyelidikan mengenai respons tersebut sewaktu kerja statis belum cukup banyak. Dalam kehidupan kita sehari-hari kadang-kadang kita melakukan berbagai kerja isometrik yang bervariasi beratnya seperti mengangkat atau membawa barang yang berat, mendorong perabotan rumah tangga atau membuka pintu atau jendela yang sulit dibuka. Semuanya itu kita lakukan tanpa menyadari bahwa kerja itu dapat merupakan beban yang berat bagi jantung dan pembuluh darah terutama pada orang tua atau mereka yang berpenyakit jantung.
Di negara-negara yang mengalami musim salju seringkali dilaporkan adanya orang yang meninggal dunia segera sesudah membersihkan jalan atau halaman dari salju dengan sekop. Mereka tidak mengira bahwa bila mereka menyekop salju basah dengan kecepatan 10 x semenit selama 1 menit, energi yang dibutuhkan sama dengan naik tangga sampai lantai ke tujuh selama 1 menit. Membawa koper seberat 20 kg selama 2 menit dapat menaikkan tekanan sistolik sampai 45 mmHg dan tekanan diastolik sampai 30 mmHg.
Penggunaan alat-alat olah raga yang banyak memerlukan kerja isometrik seperti barbel dan dumbel juga mengandung resiko bagi mereka yang kesanggupan kardiovaskulernya terbatas. Apa lagi memang kegunaan alat-alat tersebut untuk meningkatkan efisiensi kardiovaskuler atau kemampuan aerobik serta kesegaran jasmani sangat terbatas. Kerja isotonik seperti berjalan atau berlari merupakan kegiatan yang rutin dikerjakan sehari-hari. Orang dengan kemampuan kardiovaskuler yang terbatas dapat segera menghentikan kegiatan itu jika merasa lelah tanpa melampaui batas kesanggupannya?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sudijanto Kamso
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan tekanan darah sistolik pada kelompok lanjut usia pria. Suatu studi dengan rancangan 'cross sectional' dilakukan di 4 kota besar di Indonesia dengan menggunakan inetoda 'multistage random sampling'. Jumlah responden 320 orang lanjut usia pria, yang merupakan sub-sampel dari 981 responden pada penelitian yang lebih besar. Pengumpulan data dilakukan dengan pengukuran antropometri, analisa biokimia darah, analisa asupan makanan, dan pengukitran indeks aktivitas dan angka stress. Penentuan determinan tekanan darah sistolik pada kelompok lanjut usia pria, dilakukan dengan menggunakan 2 tehnik analisa statistik multivariat; regesi linear ganda langsung pada independen variabe! awal, dan regesi linear ganda yang dilakukan pada komponen-komponen yang dihasilkan dari analisa faktor. Kedua tehnik analisa statistik ini menghasilkan gatnbaran detenninan tekanan darah sistolik yang lidak bertentangan. Analisa regesi linear ganda langsung pada independen variabel awal menghasilkan massa lemak tubuh, dan LDL kolesterol sebagai determinan tekanan darah sistolik pada lanjut usia pria. Analisa regesi linear ganda menggunakan komponen-komponen yang dihasilkan dari analisa faktor menghasilkan massa lemak tubuh, indeks massa mbuh, junilah massa lemak bawah kulit dan lingkar perut sebagai detenninan tekanan darah sistolik pada lanjut usia pria. (Med J Indones 2006; 15:115-20)

The objective of this study was to assess the determinants of systolic blood pressure in elderly men. A cross sectional study was undertaken in 4 big cities in Indonesia using multistage random sampling. The respondents were 320 elderly men who were the sub-sample of 981 sample of a larger population study. Data were collected through anthropometric measurements, biochemical blood analysis, nutrient intake assessment, activity index and stress score. Two type of statistical analysis techniques were used to determine the determinants of systolic blood pressure in elderly men; multiple regression analysis and factor analysis. This study shows thai determinants of systolic blood pressure, analyzed with these two types of analysis, multiple regression and factor analysis, resulting in no contradictory result. Direct multiple regression analysis to all independent variables showed that there was correlation between systolic blood pressure with fat mass, and LDL cholesterol. Multiple regression analysis to components resulting from factor analysis showed that there was positive correlation between systolic blood pressure with fat mass, body mass index (BMI), sum of skin-folds and waist circumference. (Med J Indones 2006; 15:115-20)"
[place of publication not identified]: Medical Journal of Indonesia, 2006
MJIN-15-2-AprilJune2006-115
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Asti Werdhani
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi program latihan Klub Jantung Sehat Pondalisa sekaligus mengetahui hubungan frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Dengan demikian diharapkan akan didapatkan tekanan darah yang terkendali pada anggota KJS Pondalisa khususnya dan masyarakat usia dewasa tua umumnya.
Studi kohort retrospektif dilakukan dengan menggunakan data yang terdapat pada buku anggota KJS Pondalisa. Digunakan pendekatan analisis Cox Regression untuk melihat efek frekuensi dan keteraturan senam yang telah dilakukan oleh para anggota KJS Pondalisa selama 1 tahun pertama keanggotaan terhadap penurunan tekanan darah. HR (hazard ratio) digunakan sebagai estimasi RR (risiko relatif) efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah. Anatisis multivariat digunakan untuk mengendalikan variabel-variabel perancu.
Sebanyak 132 data anggota K7S Pondalisa dianalisis dalam penelitian ini. Dalam 1 tahun pertama keanggotaan terdapat 11,36% anggota yang melakukan senam 2x1minggu, 39,39 % anggota yang melakukan senam > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut, dan 11,36% anggota yang melakukan senam 2xlminggu selama > 8 minggu (9-15 minggu) berturut-turut. Tidak ada anggota yang melakukan senam 3xlminggu sesuai program dan tidak ada anggota yang melakukan senam 2x1minggu selama < 8 minggu berturut-turut_ Keteraturan senam anggota maksimum selama 15 minggu. Didapatkan penurunan tekanan darah pada 32,58 % anggota dengan rata-rata penurunan tekanan darah sistolikldiastolik sebesar 6 mmHg/4 mmHg yang dapat dipertahankan minimal selama 1 bulan. Besarnya penurunan TD ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat hipertensi; sedikitnya dapat memperlambat perjalanan penyakit hipertensi serta bermanfaat dalam pencegahan primer.
Efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 1 Va dibandingkan dengan frekuensi senam < 2xlminggu [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Efek senam teratur 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah meningkat sebesar 36 % dibandingkan dengan senam teratur < 8 minggu berturut-turut [RR 1,36;95%CI [0,63-2,93]. Senam yang dilakukan 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-tunrt memberikan manfaat penurunan tekanan darah sebesar 34 % dibandingkan dengan senam <2xlminggu selama 8 minggu berturut-turut [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. Tidak ada perbedaan manfaat penurunan tekanan darah antara senarn < 2xlminggu selama 9-15 minggu berturut-turut dengan senam < 2xlminggu selama < 8 minggu berturut-turut [RR 0,99;95% CI [0,42-2,32].
Dan basil penelitian ini disimpulkan bahwa efek frekuensi senam 2xlminggu terhadap penurunan tekanan darah tidak berbeda dengan efek frekuensi senam < 2xlminggu. Efek keteraturan senam 9-15 minggu berturut-turut terhadap penurunan tekanan darah lebih besar dibandingkan efek frekuensi senam 2xlminggu. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertahankan keteraturan senam untuk mendapatkan basil penurunan tekanan darah yang lebih baik. Manfaat penurunan tekanan darah pada frekuensi senam 2xlminggu didapatkan bila dilakukan selama 9-15 minggu berturut-turut. Walaupun senam sudah dilakukan secara teratur sarnpai dengan 15 minggu berturut-turut, bila dilakukan dengan frekuensi < 2x1minggu tidak didapatkan manfaat penurunan tekanan darah.
Masih adanya faktor-faktor yang belum diperhitungkan seperti durasi dan intensitas latihan, peran obat anti hipertensi, dan adaltidaknya penyakit lain, serta masih lebar dan tidak konsistennya rentang interval kepercayaan yang dihasilkan, menyebabkan basil penelitian ini belum sepenuhnya menunjukkan efek frekuensi dan keteraturan senam terhadap penurunan tekanan darah yang sebenarnya pada populasi. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan menggunakan berbagai nilai frekuensi dan keteraturan senam, dengan memperhitungkan berbagai faktor di atas dan jumlah sampel yang lebih besar, untuk memperoleh manfaat penurunan tekanan darah yang sebenarnya dan presisi yang lebih akurat.

The aim of this research is to evaluate the performance of `Klub Jantung Sehat Pondalisa' as well as the association of frequency and regularity of exercise with blood pressure reduction. The long-term benefit achieved will be adequate control of blood pressure among members of the club and adults as a whole.
Retrospective cohort study was conducted, using data found on the member's logbook. Cox Regression analysis approach was used to find the benefit of blood pressure reduction through exercise's frequency and regularity which have been done by all member of KJS Pondalisa during the first year of membership. HR (hazard ratio) was used to estimate the RR (relative risk) of both exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure. Confounders were adjusted by multivariate analysis.
There were 132 members analyzed in this research. In the first year of membership, there were 11.36% members doing exercise twice weekly, 39.39 % members doing exercise > 8 weeks (9-15 weeks) regularly, and 11.36% members doing exercise twice weekly in > 8 weeks (9-15 weeks) regularly. There were no member doing exercise thrice weekly as programmed. There were no member doing exercise twice weekly in < 8 weeks regularly. The maximum exercise's regularity was 15 weeks. There were 32.58 % blood pressure reduction among members. The mean systolic/diastolic reduction which can be maintained for at least I month were 6 mmHg/4 mmHg, This amount of BP reduction might reduce morbidity and mortality among hypertensives; at least might retard the natural history of hypertension and give benefit to primary prevention.
The effect of twice weekly's exercise on blood pressure reduction increase 1 % as compared to less than twice weekly's exercise [RR 1,01;95%CI [0,43-2,38]. Effect of doing 9-15 weeks regular exercise on blood pressure reduction increase 36 % as compared to members doing 8 weeks regular exercise [RR 1,36;95%CI [ 0,63-2,93]. Members doing exercise twice weekly in 9-15 weeks regularly get benefit on blood pressure reduction 34 % more as compared to members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks regularly [RR 1,34;95% CI [0,50-3,60]. There were no difference in blood pressure reduction between members doing exercise less than twice weekly in 9-15 weeks regularly and members doing exercise less than twice weekly in < 8 weeks [RR 0,99;95% CI [ 0,42-2,32].
From this research, we conclude that there was no different effect of blood pressure reduction between twice weekly's exercise and less than twice weekly's exercise. The effect of exercise in 9-15 weeks regularly toward blood pressure reduction is bigger compared with effect of twice weekly's exercise. This fording shows the importance of maintaining exercise's regularity to get benefit of reducing blood pressure. The benefit of twice weekly's exercise for blood pressure reduction will be achieved when it is conducted in 9-15 weeks regularly. Although exercise has been conducted regularly up to 15 weeks, if done less than twice weekly, it will not yield the benefit of blood pressure reduction.
There are still many factors which have not been considered such as the duration and intensity of exercise, the role of anti hypertensive drugs, and the presence of other diseases. All of those factors together with the wide range and inconsistent of confidence interval, make the results of this study fail to show the maximal effect of exercise's frequency and regularity to reduce blood pressure in population. Therefore, further research is needed using several degrees of exercise's frequency and regularity, considering also the above mentioned related factors and bigger number of sample size, to obtain the true benefit of blood pressure reduction and more accurate precision.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19090
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Untuk mengetahui hubungan antara hasil pengukuran tekanan darah dengan waktu pengukuran yang dilakukan setelah klien bangun tidur dan menentukan waktu yang tepat untuk pengukuran tekanan darah setelah kiien bangun tidur, dilakukan penelitian kuantitatif analitik terhadap 120 klien di Rumah Sakit Bhakti Yudha Depok dari tanggal 27 Desember 2001 sampai dengan 22 Januari 2002. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan bermakna / korelasi tinggi / sangat kuat (r = 0,99 - 1) antara hasil pengukuran tekanan darah dengan waktu pengukuran yang dilakukan setelah klien bangun tidur dan waktu pengukuran tekanan darah terbaik adalah 20 menit setelah klien bangun tidur."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5222
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fauji
"Berbagai kondisi dapat mempengaruhi hasil tekanan darah, dan kondisi tersebut berbeda setiap orangnya diantaranya: umur, aktivitas, stress, ras, obesitas, jenis kelamin, pengobatan, variasi diurnal, dan proses penyakit (Kozier, et al. (2004). Aktifitas fisik dapat meningkatkan curah jantung dan juga tekanan darah (Kozier, et al. 2004). Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa aktifitas fisik dapat meningkatkan curah jantung dan juga tekanan darah. Belum adanya penelitian terkait tekanan darah sebelum dan 1 menit setelah beraktifitas, sehingga berdasar permasalahan diatas maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian dan akan memfokuskan penelitian pada satu aktifitas fisik yaitu menaiki tangga sehingga masalah penelitian yang akan diteliti adalah pengaruh aktiiitas menaiki tangga terhadap hasil tekanan darah.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan hasil tekanan darah sebelum beraktifitas menaiki tangga dan satu menit setelah menaiki tangga. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperiment dengan jumlah sampel 70 orang dengan simple random sampling yang telah memenuhi kriteria yang ditentukan.
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan tekanan darah terutama sistolik pada responden laki-laki setelah 1 menit menaiki tangga sebesar 12,2 mmHg, sedangkan rata-rata kenaikan tekanan darah terutama sistolik pada responden perempuan setelah 1 menit menaiki tangga adalah sebesar 9,7 mmHg. Dari analisa data dengan uji t pada tekanan darah sistolik diperoleh t = 10,430, nilai t hasil perhitungan lebih besar daripada nilai dalam tabel distribusi t dengan alfa 0,05 (1,671) maka dapat diputuskan Ho ditolak. Selain itu perhitungan menghasilkan nilai P < 0,001 yang lebih kecil dari nilai alpha (0,05) maka dapat diputuskan Ho ditolak. Sehingga dengan menggunakan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa, secara statistik ada perbedaan antara tekanan darah terutama sistolik sebelum menaiki tangga dan 1 menit setelah menaiki tangga.
Sedangkan hasil analisa terhadap tekanan darah diastolik menunjukkan sebaliknya, nilai t hasil perhitungan lebih kecil daripada nilai dalam tabel distribusi t dengan alfa 0,05 (1,671) maka dapat diputuskan Ho gagal tolak. Selain itu perhitungan menghasilkan nilai P > 0,25 yang lebih besar dari nilai alpha (0,05) maka dapat diputuskan Ho gagal tolak. Sehingga dengan menggunakan alpha 5% dapat disimpulkan bahwa, secara statistik tidak ada perbedaan antara tekanan darah terutama diastolik sebelum menaiki tangga dan 1 menit setelah menaiki tangga. Sehingga dapat disimpulkan bahwa memang terdapat hubungan atau pengaruh yang kuat antara aktifitas menaiki tangga dengan hasil tekanan darah.
Penelitian ini merupakan informasi awal yang perlu ditindaklanjuti untuk dilakukan penelitian terutama rentang usia responden dipersempit atau dengan usia yang sama (homogen), difokuskan hanya pada satu jenis kelamin dan kecepatan menaiki tangga diawasi, Serta dengan alat yang sama merek dan jenisnya sehingga dapat dilihat pengaruh aktiiitas fisik menaiki tangga terhadap hasil tekanan darah."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2004
TA5370
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Minarma
"Tujuan Untuk menganalisis apakah bising pesawat terbang denyut nadi istirahat, dan faktor lain berperan meningkatkan risiko kejadian tekanan darah diastolik (TDD) pada penerbang TNI AU.
Metode Desain penelitian nested case-control. Data berasal dari rekam medis hasil pemeriksaan kesehatan berkala dan indoktrinasi latihan aerofi siologi di LAKESPRA Saryanto di Jakarta antara Januari 2003 ? September 2008. Kelompok kasus ialah subjek dengan TDD ≥90 mmHg; kelompok kontrol adalah dengan TDD ≤89 mmHg. Setiap kasus dipadankan dengan 12 kontrol.
Hasil Di antara 567 penerbang, 544 (95,9%) mempunyai rekam medis yang lengkap, dan diperoleh 40 kasus dan 480 kontrol. Penerbang yang biasa terpajan bising dalam pesawat 90-95 dB dibandingkan 70-80 dB mempunyai risiko 2,7 kali menderita TDD tinggi [rasio odds (ORa) = 2,70; 95% interval kepercayaan (CI) = 1,05-6,97]. Penerbang dengan frekuensi nadi istirahat ≥ 81/menit dibandingkan ≤ 80/minute mempunyai risiko 2,7 kali TDD tinggi (ORa = 2,66; 95% CI = 1,26- 5,61). Ditinjau dari segi total jam terbang, penerbang dengan total jam terbang 1401-11125 jam dibandingkan 147-1400 jam mempuyai risiko 3,2 kali menderita TDD tinggi (ORa = 3,18; 95% CI = 1,01-10,03).
Kesimpulan Intensitas bising dalam pesawat yang tinggi, frekuensi nadi istirahat yang tinggi, jumlah jam terbang total yang tinggi meningkatkan risiko TDD tinggi. Pemeriksaan mawas diri frekuensi nadi istirahat oleh penerbang dapat dipakai untuk pengendalian TDD tinggi.

Aim To analyze the effects of aircraft noise, resting pulse rate, and other factors on the risk of high diastolic blood pressure (DBP) in Indonesian Air Force pilots.
Methods A nested case-control study was conducted using data extracted from annual medical check-ups indoctrination aerophysiologic training records at the Saryanto Aviation and Aerospace Health Institute (LAKESPRA) in Jakarta from January 2003 ? September 2008. For analysis of DBP: the case group with DBP = 90 mmHg were compared with contral group with DBP < 79 mmHG. One case matched to 12 controls.
Results Out of 567 pilots, 544 (95.9%) had complete medical records. For this analysis there were 40 cases of high DBP and 480 controls for DBP. Pilots exposed to aircraft noise 90-95 dB rather than 70-80 dB had a 2.7-fold increase for high DBP [adjusted odds ratio (ORa) = 2.70; 95% confi dence interval (CI ) = 1.05-6.97]. Pilots with resting pulse rates of = 81/minute rather than = 80/minute had a 2.7-fold increase for high DBP (ORa = 2.66; 95% CI = 1.26-5.61). In terms of total fl ight hours, pilots who had 1401-11125 hours rather than 147-1400 hours had a 3.2-fold increase for high DBP (ORa = 3.18; 95% CI = 1.01-10.03).
Conclusion High interior aircraft noise, high total fl ight hours, and high resting pulse rate, increased risk for high DBP. Self assessment of resting pulse rate can be used to control the risk of high DBP.
"
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Arief Widjaja
"Untuk mempertahankan tingkat produksi, daya saing dan kontinuitas pekerjaan maka di era sekafang banyak perusahaan atau pabrik-pabrik yang memberlakukan pekesjaan shi# bagi karyawannya. Ada yang memberlakukan 2 atau 3 shi# tergantung dari pada kebutuhan perusahaan. Pada populasi pekeria dinegara berkembang 20 - 30 % memberlakukan kerja shim sehingga kelja shift menjadi hal yang biasa. Pada penelilian Simon Folkard dan Philip tahun 2002 (shitiwork safely and productivity) rnenyimpulkan bahwa produktifltas dan keselamatan kerja akan berkuranglmenurun pada waktu karyawan beraktilitas di malam hari. Pengurangan inl didasari oleh berbagai faktor antara lain: gangguan kesehatan, terganggunya kehidupan sosial, gangguan tidur (memendeknya waktu tldur) dan gangguan irama Sirkadlan.
Dalam tesis ini ingin ditelili dampak kerja malam terhadap perubahan tekanan darah sistolik, diastolik dan denyut jantung pada Operator Pmduction perusahaan Migas X. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitalif dengan desain penelitian kuasi eksperimental, menggunakan alat ukur berupa kuesioner dan pengukuran langsung tekanan darah slstolik, diastol0< dan denyut jantung pada 77 Operator Production perusahaan Migas X pada saat shi# non malam dan malam. Setelah diukur kemudian dibandingkan apakah ada perbedaan hasil pengukuran antara yang shit! non malam dengan malam pada seorang pekerja.
Hasil penetitian dengan analisis bivariat menunjukkan terjadinya perbedaan bermakna tekanan sistotik dan diastolik antara pekerja shift non maiam dengan shift malam (p< 0,05). Untuk tekanan sistolik oenderung mengalami penumnan pada saat shit? malam, sedangkan untuk tekanan diastolik mengalami kenaikan pada saat shift malam. Kenaikan dan penurunannya masih dalam batas yang tidak mengganggu kesehatan. Untuk tekanan denyut jantung oenderung tidak mengalami perubahan antara yang bekerja pada shift non malam maupun shit? malam. Analisa multivariat menunjukkan bahwa faktor Olah Raga dan Kopl merupakan faktor dominan dalam perubahan tekanan darah dan denyut jantung.

To maintain productivity level, competition among and continuity of workers, most company or production apply shift working among their employee. There are 2 or 3 shifts applied based on the company?s need. In the developing countries' population. 20-30% ofthe country apply working shift, which make it as a common thing. ln the research done by Simon Folkard and Philip 2002 (Shift Working Safety and Productivity) concluded that productivity and work safely will decrease during night shift This decrease is due to several factors, such as health, social, sleep (decrease in the quantity time of sleep), and circadian rhythm disorder.
This thesis would like to know the effect of night shift on systolic, diastolyc blood pressure and heart beat among pmducfion operators in X Indonesia Company. This is a quantitative research with Quasy experimental design using queslonnaire and direct blood pressure measurement (systolic and diastolic) and heart beat as the research tools on 77 production operators during night and non-night shift in X Indonesia Company. After being measured, we compare the difference ofthe result among workers who work on night and non-night shift.
This research shows that there is a difference on systolic and diastolic among night shift and non-night shift workers (p < 0,05). Systolic pressure tends to decrease during night shift, while for diastolic pressure tends to increase during the same shift. Both the increase and decrease are within normal limit which does not effect their health. Heart beat tends not to change between these workers. Sport and coffee are the dominant factors to influence blood pressure and heart beat by multivariate analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Ayu Putu Wilandari Dewi, auhthor
"Kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan, salah satunya dapat mengakibatkan kenaikan tekanan darah dan apabila terjadi terus menerus akan berakibat pada hipertensi. Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan yang serius saat ini, dimana 27,5% penduduk di Indondesia menderita hipertensi. Kasus hipertensi di DKI Jakarta terbanyak terdapat di Wilayah Jakarta Timur yaitu 75.099 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan peningkatan tekanan darah sesudah kerja pada pekerja di PT. Sanggar Sarana Baja Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan jumlah sampel 196 orang.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara umur (5,97; 3,03–11,76) dan kebiasaan merokok (5,85; 2,91–11,77) dengan kejadian peningkatan tekanan darah. Besar risiko yang dialami oleh pekerja yang berumur > 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok dalam satu hari > 2 batang untuk mengalami kejadian peningkatan tekanan darah adalah 7,87 kali dibandingkan dengan pekerja yang berumur ≤ 40 tahun dan memiliki kebiasaan merokok dalam satu hari ≤ 2 batang.

Noise is unwanted sound and can cause health problems, one of which can result in increased blood pressure and the event will continue to result in hypertension. Hypertension is one of the non-communicable diseases are a serious health problem today, where 27,5% of the population suffers from hypertension in Indondesia. Cases of hypertension in Jakarta are the highest in the East Jakarta District 75.099 cases. This study aims to analyze the risk factors associated with increased blood pressure after work on workers at PT. Sanggar Sarana Baja in 2013. This study uses cross-sectional design with a sample of 196 people.
The results showed a significant relationship between age (5,97; 3,03-11,76) and smoking (5,85; 2,91-11,77) with an increased incidence of blood pressure. Major risks faced by workers aged > 40 years and have a habit of smoking in one day > 2 sticks to experience an increased incidence of blood pressure was 7,87 times compared with workers aged ≤ 40 years and has a habit of smoking in one day ≤ 2 sticks.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35881
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>