Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 40 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Goodman, Lawrence R
Philadelphia: Saunders Alsevier, 2007
617.54 GOO f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Napitupulu, Martin Raja Sonang
"ABSTRAK
Latar belakang : Tuberkulosis (TB) menempati urutan pertama sebagai penyebab pertama kematian akibat infeksi di Indonesia. Angka kesakitan TB di Indonesia semakin bertambah dengan semakin banyaknya kasus multi drug
resistant(MDR) TB. Pemeriksaan foto toraks merupakan bagian penegakkan diagnosis TB paru, terutama untuk menegakkan diagnosis MDR TB pada saat awal kunjungan penderita TB. Sampai saat ini belum ada data di Indonesia
mengenai perbandingan karakteristik lesi foto toraks MDR TB dengan lesi foto toraks drug sensitive (DS) TB.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan gambaran karakteristik lesi foto toraks MDR TB dengan lesi foto toraks DS TB. Bahan dan cara kerja : Penelitan ini dilakukan dengan studi retrospektif
menggunakan data sekundefr dari rekam medic penderita yang berobat ke poliklinik paru RS Persahabatan Jakarta selama periode Januari 2013 sampai Desember 2015. Pembacaan ulang foto toraks kunjungan pertama dalam semua
rekam medik pasien MDR TB dan DS TB, dilakukan di bagian radiologi RSUP Persahabatan dan dibaca oleh spesialis radiologi konsultan toraks. Penilaian foto toraks meliputi morfologi, lokasi dan derajat lesi.
Hasil : Gambaran foto toraks 183 penderita MDR TB dan 183 penderita DS TB memiliki lesi terbanyak berupa konsolidasi (57,4% vs 20,8%), kavitas (57,9% vs 6%), infiltrat (36,6% vs 66,7%). Kedua kelompok memiliki lesi terbanyak di
lapangan atas paru kanan. Gambaran lesi bronkiektasis ditemukan terbanyak di
MDR TB yaitu : 13,7% di lapangan tengah paru kanan. Kemlompok MDR TB memiliki kecenderungan derajat lesi luas lebih dominan dibandingkan DS TB(69% vs 27%).
Kesimpulan : Dari penelitian ini didapatkan kesimpulan bahwa lesi konsolidasi multiple dan kavitas multiple multiple lebih dominan pada MDR TB dibandingkan DS TB dan gambaran bronkiektasis unilobuler hanya ditemui pada
MDR TB terutama di lapangan tengah paru kanan. MDR TB memiliki derajat lesi luas dibandingkan dengan DS TB

ABSTRACT
Background: Tuberculosis (TB) is still rhe first cause of death due to infection in Indonesia. TB morbidity rate in Indonesia will had increasing with more cases of multi-drug resistant (MDR) TB. Chest x-ray is part of the diagnosis tools of establishing pulmonary TB, particularly for diagnosis of MDR TB at the early
visit of TB patients. Until now there is no data especially in Indonesia regarding the comparison between chest x-ray lesion characteristics of MDR lung TB with
chest x-ray lesions of drug-sensitive (DS) lung TB.
Objective: The aims of this study to compare between lesions characteristic on chest x fray of MDR lung TB and lesions characteristicon chest x ray.of DS lung TB.
Materials and methods: This research was conducted a retrospective study using seconday data from patients medical records medic in pulmonology department in
Persahabatan Hospital Jakarta within period January 2013 to December 2015. Chest x-ray of the first admission of new cases of MDR lung TB and DS lung TB DS, were reviewed by thorax radiology specialist consultant carried out in
radiology department of Persahabatan hospital. Assesment of chest x-ray include morphology, lesion location and degree of the lesions.
Results: The comparison between chest x-ray lesions of 183 patiens with MDR TB and of chest x-ray lesions 183 patiens with DS TB of predominantly as multilobular consolidation (57.4% vs 20.8%), the multilobuler multiple cavity (57.9% vs 6%), multilobular infiltrates (36.6% vs 66,7%). Both groups had preferable location on the upper of the right lung. Bronchiectasis lesions had found most in MDR lung TB are : 13.7% mainly located in the middle of the right lung. MDR TB has a tendency estensive lesions was more dominant than the DS TB (69% vs 27%).
Conclusion. the multiple consolidation and multiple cavity were more dominant in MDR lung TB compared to DS lung TB and unilobuler bronchiectasis lesion only found on MDR lung TB, especially in middle of the right lung. MDR TB on chest x-ray have extensive lesions more dominant than DS TB.
"
2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmat Umar
"ABSTRAK
Latar belakang: Beberapa komplikasi sulit yang timbul setelah tindakan sternotomi mediana yang menjadi penyebab utama mortalitas dan morbiditas pasien. Hal ini dapat dicegah dengan aproksimasi sternum yang stabil, Berbagai macam teknik jahitan fiksasi untuk aproksimasi sternum menggunakan wire. Peneliitian ini membandingkan biomekanik teknik jahitan figure of eight trans-sternal dan peristernal. Metode: Penelitian eksperimental pada sternum kambing sebanyak 36 sampel, dilakukan sternotomi mediana, kemudian dilakukan fiksasi sternum menggunakan wire, 18 sampel dilakukan fiksasi jahitan figure of eight peristernal dan 18 sampel trans-sternal. Dinilai dengan uji komparasi tiga dimensi: lateral distraction, transversal shear dan longitudianal shear dengan beban 125N, 150N, 200N, 250N, 300N, 400N. pergeseran diukur dalam mm setiap tingkat pembebanan. Dilakukan analisis statistik dengan uji independent sample t-test. Hasil: Pada uji lateral distraction dan longitudinal shear didapatkan perbedaan bermakna pada pemberian beban ringan 125N, 150N dan 200N, pada beban 300N dan 400N tidak ada perbedaan bermakna. Uji transversal shear tidak ada perbedaan bermakna pada kedua teknik jahitan. Pada hasil uji tarik kedua teknik jahitan mengalami pergeseran lebih dari 2mm pada pembebanan 250 N. Kesimpulan: Stabilitas sternum pada teknik jahitan figure of eight peristernal sama dibanding jahitan figure of eight trans-sternal.

ABSTRACT
Backgrounds There are troublesome complications following median sternotomy which are lead to major causes of morbidity and mortality of patients. This can be prevented by stable sternal approximation, Various suturing fixation method for sternal approximation using wire. To compare the biomechanics of the figure of eight trans sternal and the peristernal suturing method. Methods Experimental study on goat sternum 36 samples, performed sternotomi mediana, then performed sternum fixation using wire, 18 samples performed suturing fixation of figure of eight peristernal and 18 sample trans sternal. Assessed by a three dimensional comparative test lateral distraction, transversal shear and longitanium shear with loads of 125N, 150N, 200N, 250N, 300N, 400N. Shifts are measured in mm at each loading level. Statistical analysis was performed using independent sample t test. Results In lateral distraction and longitudinal shear tests, there were significant differences in the loading of light loads of 125N, 150N and 200N. The transverse shear test no significant difference in the two suturing techniques, In the bending test results both suturing method experience a shift of more than 2mm at 250 N loading. No other significant differrences in clinical outcomes. Conclusions The sternal stability of the peristernal figure of eight method is the same as that of the trans sternal figure of eight."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Novitasari
"Pendahuluan: Estimasi usia dan jenis kelamin yang akurat memiliki peran penting dalam upaya identifikasi individu yang tidak dikenal terutama pada kasus-kasus forensik, baik pada individu yang masih hidup maupun sudah meninggal. Tulang belakang segmen dada dan iga merupakan tulang yang tidak banyak diteliti dalam penentuan usia dan jenis kelamin, namun tulang-tulang tersebut sering ditemukan pada saat pemeriksaan identifikasi dilakukan. Metodologi: Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dan analitik dengan desain potong lintang menggunakan 300 sampel radiografi toraks dari pasien rawat jalan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta, terdiri dari 150 laki-laki dan 150 perempuan dengan rentang usia antara 18 hingga 65 tahun. Pengukuran dilakukan pada tulang belakang segmen dada ke-1 hingga ke-12 dan tulang iga ke-2 hingga ke-7. Penelitian ini disetujui oleh komite etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan korelasi yang lemah dan sangat lemah pada tulang belakang segmen dada yang signifikan (p<0,05) dan korelasi yang sangat lemah namun tidak signifikan (p>0,05) pada tulang iga terhadap estimasi usia kronologis. Terdapat hubungan yang signifikan antara ukuran lebar, tinggi, diagonal pada seluruh tulang belakang segmen dada dan semua iga yang diperiksa, dimana 14 parameter yang bermakna pada tulang belakang segmen dada ke-2, ke-3 dan ke-8; tulang iga ke-2, ke-3, dan ke-7; serta Y total secara bersama-sama memberikan nilai akurasi 70,7% terhadap estimasi jenis kelamin.
Kesimpulan: Radiografi toraks untuk menilai tulang belakang segmen dada dan iga-iga merupakan metode yang sangat berguna untuk upaya identifikasi usia dan jenis kelamin. Namun, penelitian lebih lanjut tetap diperlukan untuk mendapatkan estimasi yang lebih akurat.

Introduction: Accurate age and sex determination holds important role in determining the identity of unknown individuals in forensic science for both living and remains. Vertebrae are one of the least studied bones for chronologica age and sex identification; however, eventhough its presence at a death scene is the most common of all.
Methodology: This research was an observational descriptive and analytic study using cross-sectional research design with 300 chest radiograph as its sample in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, with 150 males and 150 females taken for T1-T12 thoracic vertebras and second-seventh ribs. All the procedures for this study were approved by the ethical committee of Faculty of Medicine, Universitas Indonesia.
Results: In this study, weak and very weak significant correlation was calculated from thoracic vertebras calculation and very weak correlation but no significant of ribs related to chronological age. There were significant correlation between width, height, and diagonal size in all thoracic vertebras and all ribs, which have 14 significant parameters of 2nd, 3rd and 8th thoracic vertebras; 2nd, 3rd and 7th ribs; and total height of thoracic vertebras with an accuracy value of 70.7% for sex determination.
Conclusion: Chest radiograph of thoracic vertebrae and ribs is a useful method for sex and chronological age identification of unknown bodies; however, further studies are still needed to develop examinations with higher accuracy."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mille Milasari
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ismid Djalil Inonu Busroh
Jakarta: UI-Press, 2004
617.54 ISM p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dhayanti Wisnuwardhani
"Pendahuluan: Sindrom Vena Kava Superior (SVKS) merupakan kegawatan onkologi yang membutuhkan penanganan segera, walaupun belum ada hasil histologi. Sebagian besar pasien dengan SVKS dapat ditangani dengan radioterapi. Metode penelitian: Penelitian ini menggunakan metode kohort retrospektif. Kami mengumpulkan data dari catatan rekam medis pasien keganasan rongga toraks dengan SVKS setelah radioterapi-segera di Rumah Sakit Persahabatan dalam jangka waktu Maret 2009 sampai Februari 2012. Analisis Kaplan-Meier digunakan untuk menilai angka tahan hidup pasien. Hasil Penelitian: Seluruh subjek berjumlah 104 orang. Subjek penelitian sebagian besar laki-laki (83,7%) dengan sebagian besar usia di atas 51 tahun (52,9%). Sebanyak 86 kasus merupakan kanker paru dengan jenis histologi terbanyak adenokarsinoma (61,5%), disusul dengan karsinoma sel skuamosa sebanyak 10 subjek (9,6%). Germ cell dan limfoma ditemukan masing-masing sebanyak 8 subjek (7,7%) dan 6 subjek (5,8%). Kesimpulan: Angka tahan hidup 1 tahun pasien keganasan rongga toraks dengan SVKS pasca radioterapi-segera sebesar 27%, dengan masa tengah tahan hidup (MTTH) 11 minggu, masa tahan hidup (MTH) 125 minggu, dan rerata lama hidup 13,3 minggu. Jenis kelamin perempuan, jenis keganasan tumor mediastinum dan kemoterapi merupakan faktor prognosis yang baik. Tidak ada perbedaan bermakna angka tahan hidup antara pasien kanker paru dengan jenis histologi adenokarsinoma dan non-adenokarsinoma.
Introduction: The superior vena cava syndrome (VCSS) is considered to be an oncologic emergency that requires immediate therapeutic action, even before a histologic diagnosis is obtained. Most patients with VCSS can be successfully managed with medical or radiation therapy. Methods: This study used the retrospective cohort method. We collected the data from medical records of thoracic malignancy with VCSS patients after cito-radiotherapy in Persahabatan Hospital, within March 2009 until February 2012. The Kaplan-Meier analysis was done to obtain patients survival rate. Results: Subjects in this study were mostly male (83,7%) with predominant age group of over 51 years old (52,9%). Lung carcinoma were 86 cases with predominant histopathologic type of adenocarcinoma (61,5%), squamous cell carcinoma were 10 subjects (9,6%), germ cell were 8 subjects (7,7%) and lymphoma were 6 subjects (5,8%). Conclusion: The 1-year survival rate of thoracic malignancy patients with VCSS after radiotherapy-cito in Persahabatan Hospital was 27%, with median survival time of 11 weeks, survival time of 125 weeks and mean survival time of 13,3 weeks. We found that sex of female, mediastinum tumor and chemotheraphy were good prognostic factors. There is no significant difference survival rate between adenocarcinoma and non-adenocarcinoma."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Foto thorax merupakan salah satu penunjang diagnostik tuberkolosis (TB). Lesi pada foto thorax seperti infiltrat, fibrosis, kalsifikasi, karvitas, effusi pleura maupun kombinasi lesi sering dijumpai pada penyakit radang kronik paru, terutama TB. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sensitifitas dan spesifisitas gejala klinis dan lesi foto thorax. Penelitian ini bersifat restrospektif dari catatan medik poliklinik dan bangsal RSUD Bantul tahun 2010. Ada 100 sampel, terdiri dengan klinis TB dan 50 tanpa klinis TB, usia 18-50 tahun dengan foto thorax dan pemeriksaan sputum BTA. Metode penelitian ui diagnostik ini didasarkan pada baku emas sputum BTA. Hasil menunjukkan gejala klinis TB terbanyak adalah batuk berdarah dan sesak napas. Foto thorax didapatkan 33 pasien dengan lesi infiltrat, 18 pasien kombinasi lebih dari 3 lesi 87,5%, 13,3%. Disimpulkan sensitifitas gejala klimis, infiltrat-fibroinfiltrat 83,3%, 24,4% dan kombinasi lebih 3 lesi cukup tinggi (>70%) sedangkan spesifisitasnya rndah (<70%)."
610 MUM 10:2(2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rachmania Diandini
"Latar Belakang dan Tujuan: Prevalensi tuberkulosis di Indonesia menduduki peringkat kedua terbanyak setelah India dan peran diagnosis cepat serta akurat sangatlah penting. Sejak tahun 2014 pemeriksaan laboratorium berbasis amplifikasi asam nukleat GenXpert MTB/RIF telah diadopsi dalam pedoman nasional penanggulangan TB paru BTA negatif karena dalam 2 jam dapat lebih akurat mendeteksi basil tahan asam dibandingkan dengan apusan sputum BTA konvensional. Harga yang mahal dan ketersediaan yang terbatas membuat perlunya alternatif lain untuk pemeriksaan ini. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan gambaran radiografi toraks GenXpert MTB/RIF pada pasien tersangka TB paru BTA negatif.
Metode: Uji komparasi dengan pendekatan potong lintang membandingkan gambaran radiografi toraks tipikal, atipikal dan bukan TB pada 44 subyek dengan hasil GenXpert MTB/RIF positif dan negatif 22 subyek per kelompok. Analisis berdasarkan adanya komorbiditas HIV, DM, terapi imunosupresan jangka panjang juga dilakukan.
Hasil: Terdapat kesesuaian antara gambaran radiografi toraks dengan hasil pemeriksaan genXpert MTB/RIF pada subyek dengan BTA sputum negatif, dengan nilai kappa 0,59 moderate, sensitivitas 81,8 dan spesifisitas 77,3, yang menguat pada kelompok tanpa komorbiditas kappa 0,71l; sensitivitas 87,5, spesifisitas 83,3, serta berkurang pada kelompok dengan komorbiditas kappa 0,464; sensitivitas 81,8 ; spesifisitas 71,4. Lesi radiografi toraks pada kelompok subyek dengan genXpert positif terbanyak adalah infiltrat lapangan atas paru 77,3, nodul 40,9, kavitas 36,4, secara statistik signifikan dengan p<0,05.
Kesimpulan: Jika dibandingkan dengan GenXpert MTB/RIF, radiografi toraks memberikan sensitivitas dan spesifisitas yang baik, sehingga dapat dijadikan alternatif modalitas diagnosis yang lebih murah, terutama di daerah perifer Indonesia.

Background and Purpose: Indonesia rsquo s tuberculosis prevalence is currently ranked second highest in the world after India. Therefore, the role of fast and accurate diagnosis is very important. After 2014, a nucleic acid amplification test GenXpert MTB RIF is implemented for negative sputum smear tuberculosis, due to its ability to diagnose tuberculosis within 2 hours with higher accuracy compared to conventional smear. Due to its high cost and lack of availability, an alternative for diagnostic tools should be sought. This study objective is to compare chest radiography using WHO ISTC criteria based on typical and atypical lesion, with GenXpert MTB RIF on subjects who are suspected tuberculosis, with negative sputum smear.
Methods: Comparative cross sectional study to compare chest radiography using WHO ISTC criteria based on typical and non typical TB among 44 subjects suspected tuberculosis infection with negative sputum smear, among groups with positive and negative GenXpert each 22 subjects. Analysis is also performed on subjects with and without comorbidities HIV, DM, long term immunosuppressive therapy.
Results: We found moderate agreement with kappa value 0,59 moderate, sensitivity 81,8 and specificity 77,3, and showing increased value in group without comorbidities kappa 0,71l sensitivity 87,5, specificity 83,3, and decreased value in group with comorbidities kappa 0,464 sensitivity 71,4 specificity 75. Radiographic lesions most frequently found in positive GenXpert group are upper field infiltrate 77,3, nodules 40,9, and cavities 36,4, with greater proportion compared with negative group, and statistically significant p<0,05.
Conclusion: Compared with GenXpert MTB RIF, chest radiography shows good sensitivity and specificity, so it is still potential as cost effective diagnostic modality especially in peripheral areas in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>