Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
Vera Mardhani
"Perilaku menonton televisi dapat mempengaruhi perkembangan anak usia sekolah. Penelitian deskriptif korelatif ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu dengan 81 responden. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku menonton televisi dengan perkembangan anak usia sekolah menurut persepsi ibu (p value = 0,176; α = 0,05). Saran untuk pelayanan keperawatan komunitas, pemberian edukasi kesehatan kepada orang tua dalam merawat dan memantau perilaku perkembangan anak dalam hal menonton acara televisi dan bagi orang tua terutama ibu dalam upaya pencegahan terjadinya perilaku menyimpang atau kekerasan oleh anak.
Television viewing behavior can affect the development of school-age children. Correlative descriptive study was conducted aiming to identify the relationship of behavior to watch television with the development of school-age children as perceived by mothers with 81 respondents. There was no significant association between television viewing behavior with the development of school-age children according to mother?s perception (p value = 0.176; α = 0.05). Suggestions for community nursing services, the provision of health education to parents in caring for and monitoring the development of children's behavior in terms of watching television and for parents, especially mothers in efforts to prevent the occurrence of deviant or violent behavior by children."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57617
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Santi Maria Permatasari
"Pembelajaran jarak jauh yang terjadi akibat pandemi COVID-19 merupakan masa rentan bagi para Ibu dalam melakukan disiplin yang menggunakan kekerasan, padahal Ibu memiliki tanggung jawab dalam mendisiplinkan anak sesuai dengan perkembangannya. Akan tetapi, banyak para Ibu yang masih menggunakan kekerasan dalam mendisiplinkan anak karena para Ibu tidak memiliki kemampuan dalam mengarahkan anak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan anak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas program Bina Ibu Teladan dan Inspiratif (BITI) sebagai salah satu bentuk preventif dari kekerasan yang dilakukan oleh orang tua dalam menerapkan disiplin kepada anak. Partisipan diharapkan dapat menerapkan disiplin positif dengan mengikuti program ini. Penelitian ini menggunakan desain penelitian one group pre-test post-test design. Penelitian dilakukan secara daring dengan melibatkan 10 Ibu yang memiliki anak berusia 5 hingga 6 tahun. Berdasarkan hasil pengukuran menggunakan metode Wilcoxon signed rank test, hasil menunjukkan signifikansi p sebesar 0,007 (p< 0.05). Artinya, program BITI efektif membentuk penerapan disiplin positif pada para Ibu anak usia dini. Beberapa saran untuk penelitian selanjutnya antara lain menggunakan metode rekaman sebagai salah satu metode pengambilan data agar informasi yang didapatkan semakin kaya dan mengurangi penggunaan konsep psikologi di dalam pelatihan agar partisipan lebih mudah memahami informasi yang diberikan.
Distance learning that occurs due to the COVID-19 pandemic is a vulnerable period for mothers in carrying out discipline that uses violence, even though mothers have a responsibility to discipline children according to their development. However, many mothers still use violence in disciplining their children because mothers do not have the ability to direct their children according to their development and needs. This study aimed to examine the effectiveness of the Bina Ibu Teladan dan Inspiratif (BITI) program as a form of prevention of violence perpetrated by parents in applying discipline to children. Participants are expected to apply positive discipline by joining this program. This study uses a research design of one group pre-test post-test design. The research was conducted through virtual training involving 10 mothers with children aged 5 to 6 years. Based on the measurement results using the Wilcoxon signed rank test method, the result showed significancy p value of 0.007 (p < 0.05). The results show that the BITI program developed in this study can develop positive discipline practice among early childhood mothers. Some suggestions for further research include using the recording method as a data collection method so that the information obtained is richer and avoiding the use of psychological concepts in training so that participants can more easily understand the information provided."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Irsyad Muhammad Farhan
"Penelitian dengan desain eksperimental antar subjek ini bertujuan untuk menguji pengaruh sentuhan terhadap pengendalian diri pada anak usia 3-4 tahun. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa laki-laki dan perempuan berusia 3-4 tahun dari sekolah swasta Narada Jakarta Barat dan sekolah swasta Krista Gracia Klaten Jawa Tengah dengan jumlah total 41 peserta. Untuk mengukur pengendalian diri, peserta dilibatkan dalam prosedur replikasi tes marshmallow, yang merupakan prosedur standar untuk mengukur pengendalian diri. Partisipan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok sentuh yang disentuh sedangkan prosedur pengendalian diri dijelaskan, dan kelompok no sentuh yang tidak disentuh. Hasil analisis menggunakan uji chi-square menunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan sentuhan terhadap pengendalian diri anak usia 3-4 tahun.
This research with experimental design between subjects aims to examine the effect of touch on self-control in children aged 3-4 years. Participants in this study were male and female students aged 3-4 years from the Narada private school, West Jakarta and the Krista Gracia Klaten private school, Central Java, with a total of 41 participants. To measure self-control, participants were involved in the replication procedure of the marshmallow test, which is a standard procedure for measuring self-control. Participants were divided into two groups, namely the touch-touched group while self-control procedures were explained, and the untouched group no-touch. The results of the analysis using the chi-square test showed that touch had no significant effect on self-control of children aged 3-4 years."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Novi Margiyati
"Pandemi COVID-19 membuat pemerintah menetapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 3-4 yang berdampak pada penutupan sekolah. Pembatasan interaksi akibat adanya penutupan sekolah berdampak terhadap perkembangan sosial emosional anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat perkembangan sosial emosional anak usia sekolah di masa pandemi di Serang, Banten. Desain penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan sampel sebanyak 427 responden. Kuesioner menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), pola asuh orang tua, hubungan dengan teman sebaya, dan status kesehatan. Secara umum, hasil menunjukkan proporsi tingkat perkembangan sosial emosional anak usia sekolah di masa pandemi di Serang Banten berada pada kategori normal. Anak tidak mengalami gangguan pada indikator ketidakpedulian (prososial), namun beberapa di antaranya mengalami masalah pada perilaku mengganggu. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi berbagai pihak terkait perkembangan sosial emosional anak.
The COVID-19 pandemic has made the government set the Implementation of Community Activity Restrictions level 3-4 that impact school closures. Interaction restrictions due to school closures impact the social and emotional development of a child. This study aims to describe the social-emotional development of school-age children during the pandemic in Serang, Banten. The research design is descriptive quantitative with a sample of 427 respondents. The questionnaire used the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), parenting patterns, peer relationships, and health status. In general, the results show that the proportion of the level of socio-emotional development of school-age children during the pandemic in Serang Banten is in the normal category. Children do not have problems with indicators of indifference (prosocial), but the child had problems with disruptive behavior. This research can help as reference material for various parties related to the social-emotional development of children. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dixon-Woods, Mary
New York: Open University Press, 2005
618.929 9 DIX r
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Anindy Salsabila Ma`mun
"Kecemasan dan ketidakstabilan emosi sering terjadi pada remaja yang tinggal di panti asuhan. Hal ini karena banyaknya tuntutan dan kesulitan yang mereka hadapi sehingga diperlukan perhatian dan dukungan, terutama dari orang tua asuhnya. Dengan berbagai gejolak emosi yang dihadapi remaja, pengungkapan diri atau self-disclosure diperlukan. Remaja panti asuhan akan mengungkapkan diri ketika percaya dan nyaman dengan orang tua asuhnya, yang didukung dengan pemberian dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan dukungan sosial orang tua asuh dan self-disclosure remaja panti asuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan jumlah responden sebanyak 55 anak berusia 10-21 di Yayasan Panti Asuhan Hidayatullah Depok. Alat ukur dukungan sosial yang digunakan disusun berdasarkan teori House (1981) yang menganalisis dukungan sosial dari 4 aspek yaitu emosional, instrumental, informasi, dan penghargaan dan self-disclosure menggunakan Jourard Self-disclosure Questionnaire dari Jourard (1971). Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa 52,7% responden memiliki tingkat self-disclosure rendah dan 63,6% responden memiliki tingkat dukungan sosial orang tua asuh dalam kategori sedang. Hasil uji bivariat menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,577 dan p-value 0,001. Hasil tersebut disimpulkan bahwa adanya hubungan yang cukup dan signifikan dengan arah hubungan positif, di mana semakin tinggi dukungan sosial maka semakin tinggi self-disclosure yang dilakukan oleh remaja panti asuhan.
Anxiety and emotional instability are common among adolescents living in orphanages. This is due to the many demands and difficulties they face that require attention and support, especially from their foster parents. With the various emotional turmoil faced by adolescents, self-disclosure is necessary. Adolescents in orphanages will self-disclose when they trust and are comfortable with their foster parents, supported by the provision of social support. This study examines the relationship between foster parents' social support and orphanage adolescents' self-disclosure. This study used a descriptive quantitative approach with 55 respondents aged 10-21 at Hidayatullah Orphanage Foundation Depok. The social support measuring instrument used was prepared based on House's theory (1981) which analyzes social support from 4 aspects: emotional, instrumental, information, and appreciation and self-disclosure using the Jourard Self-disclosure Questionnaire from Jourard (1971). The results of univariate analysis showed that 52.7% of respondents had a low level of self-disclosure and 63.6% of respondents had a moderate level of social support from foster parents. The bivariate test results showed a correlation coefficient of 0.577 and a p-value of 0.001. These results concluded that there is a sufficient and significant relationship with a positive relationship direction, where the higher the social support, the higher the self-disclosure made by adolescents in orphanages."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dinda Ranti Sukma
"Mahasiswa sebagai individu mengalami masa peralihan dari remaja menuju dewasa awal dikenal dengan tahapan emerging adulthood ditandai dengan lebih banyak bereksperimen dan bereksplorasi. Masa peralihan ini dapat menyebabkan stres dan tekanan pada mahasiswa yang bersumber dari faktor internal dan eksternal sehingga menyebabkan mahasiswa kesulitan. Berbagai kesulitan yang dihadapi oleh mahasiswa dapat mempengaruhi kesejahteraan dirinya termasuk menjadi pemicu munculnya ide bunuh diri. Maka dari itu, pentingnya memiliki dasar emosional yang baik yang dapat dibentuk oleh kelekatan dengan orang tua. Meskipun mahasiswa cenderung banyak menghabiskan waktu di luar rumah dan memiliki interaksi dengan teman sebaya serta media sosial semakin dominan, namun kelekatan orang tua merupakan dasar utama yang dapat memberikan rasa aman pada seseorang. Seseorang dengan kelekatan aman dengan orang tua cenderung memiliki mekanisme koping dan mampu beradaptasi dengan baik. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini membahas mengenai hubungan kelekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada mahasiswa. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang dilakukan pada 306 mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023 dengan menggunakan accidental sampling. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengetahui tingkat ide bunuh diri pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023; (2) mengetahui tingkat kelekatan orang tua pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023; dan (3) mengetahui hubungan antara kedua variabel yaitu kelekatan orang tua dan ide bunuh diri. Penelitian ini menggunakan instrumen IPPA (Inventory Parent and Peer Attachment) pada variabel kelekatan orang tua dan DSI-SS (Depressive Symptom Index-Suicidality Scale) pada variabel ide bunuh diri. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel, digunakan uji korelasi menggunakan Kendall’s tau-b. Setelah melakukan analisis data, ide bunuh diri pada Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023 berada pada kategori ide bunuh diri rendah sebesar 80,4% (n=246). Sedangkan, pada variabel kelekatan orang tua, responden memiliki tingkat kelekatan orang tua sebagian besar berada pada kelekatan orang tua pada kategori sedang sebesar 69% (n=211). Berdasarkan uji bivariat yang dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima artinya bahwa terdapat hubungan antara kelekatan orang tua dengan ide bunuh diri pada mahasiswa FISIP Universitas Indonesia angkatan 2020–2023. Kedua variabel menunjukkan korelasi cukup dengan arah korelasi negatif (-0,328) artinya bahwa semakin meningkatnya kelekatan orang tua maka risiko ide bunuh diri pada mahasiswa akan menurun, begitupun sebaliknya ketika kelekatan orang tua menurun maka risiko ide bunuh diri akan meningkat.
College students as individuals experience a transition period from adolescence to early adulthood, known as the emerging adulthood stage, characterized by more experimentation and exploration. This transition period can cause stress and pressure on college students which originates from internal and external factors, causing college students to have difficulties. Various difficulties faced by college students can affect their well-being, including triggering suicidal ideation. Therefore, it is important to have a good emotional foundation that can be formed by attachment to parents. Even though college students tend to spend a lot of time outside the home and have increasingly dominant interactions with peers and social media, parental attachment is the main basis that can provide a person with a sense of security. Someone with a secure attachment to their parents tends to have coping mechanisms and can adapt well. Based on this, this research discusses the relationship between parental attachment and suicidal ideation in students. This quantitative research was conducted on 306 FISIP students at the University of Indonesia class 2020–2023 using accidental sampling. The aims of this research are (1) to determine the level of suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students class 2020–2023; (2) to determine the level of parental attachment to the University of Indonesia FISIP students, class 2020–2023; and (3) knowing the relationship between the two variables, namely parental attachment and suicidal ideation. This study used the IPPA (Parent and Peer Attachment Inventory) instrument on the parental attachment variable and the DSI-SS (Depressive Symptom Index-Suicidality Scale) on the suicidal ideation variable. To determine the relationship between the two variables, a correlation test using Kendall's tau-b was used. After analyzing the data, suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students in the class of 2020–2023 was in the low suicidal ideation category at 80.4% (n=246). Meanwhile, in the parental attachment variable, respondents whose level of parental attachment was mostly in the medium category were 69% (n=211). Based on the bivariate test carried out in this study, it can be concluded that H0 is rejected and Ha is accepted, meaning that there is a relationship between parental attachment and suicidal ideation among FISIP University of Indonesia students class of 2020–2023. The two variables show a sufficient correlation with a negative correlation direction (-0.328), meaning that as parental attachment increases, the risk of suicidal ideation in college students will decrease, and vice versa, when parental attachment decreases, the risk of suicidal ideation will increase."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library